40. Terima kasih

1 0 0
                                    

Hujan kembali melanda kota Jakarta, Valerie yang baru saja hendak keluar rumah menuju cafe mengurungkan niatnya. Ia tidak mungkin menerobos hujan, meskipun ia menggunakan mobil, tetap saja akan menghalangi pandangannya.

"Aduh, deras lagi," keluhnya.

Gadis itu duduk di depan teras sembari menatapi air hujan yang perlahan jatuh. Karena bosan, ia berdiri, memainkan air hujan, kedua telapak tangannya ia gunakan untuk menampung air itu. Tanpa gadis itu sadari, senyuman manis mengukir di kedua sudut bibirnya.

Dari kejauhan, terlihat seseorang mengendarai motor dengan jaket hitam yang selalu ia kenakan. "Itu David?" tanya Valerie pada dirinya sendiri.

Gadis itu segera ke dalam mengambil payung, untuk menghampiri lelaki itu. Setibanya di depan pagar ia melihat David basah kuyup. Apa yang membuat lelaki itu datang ke rumah Valerie?

"Sayang, kamu ngapain ke sini? Ini hujan deras loh, malah kamu basah kuyup lagi. Ntar gimana kalo kamu sakit?" begitu banyak kalimat yang gadis itu lontarkan. Sampai-sampai David bingung harus jawab apa.

"Kangen aja sama kamu," ucapnya. Hal itu membuat Valerie tersenyum malu.

"Ih, gombal aja. Eh, masuk yok. Keringin baju kamu, ntar aku pinjem baju kaos kakek buat kamu," serunya.

Keduanya pun masuk ke dalam, bi Siti yang baru saja keluar dari kamarnya kaget melihat David yang basah kuyup. "Loh, nak David. Kok basah kuyup gini sih?"

Tak banyak berkata, David hanya membalasnya dengan senyuman dan Valerie yang menjelaskannya. "David kehujanan Bi, pas dia mau ke sini," jelas gadis itu.

"Oh, gitu. Ya udah Val, kamu ambilin handuk sama baju ganti gih. Biar Bibi yang buatin teh anget."

Valerie pun segera beranjak dari sana, mengambil handuk baju dan baju ganti untuk David.

Ketika semua orang sibuk dengan kegiatan mereka masing-masing, David yang menunggu di ruang tamu tersenyum simpul. Ia merasa bahagia saat berada di sekeliling kelurga Valerie. Dirinya sangat dihargai.

"Kalo aja rumah seperti di rumah Valerie, aku pasti betah pulang. Tapi, yang aku harapkan gak sesuai dengan apa yang terjadi," gumamnya seorang diri.

David menghelai napas panjang, lelaki itu sangat mengharapkan keharmonisan keluarganya kembali seperti dulu lagi.

"Dav, ini handuk sama bajunya. Kamu ganti gih, nanti keburu kamu masuk angin." Valerie menyodorkan handuk dan baju itu kepada David.

Tanpa basa-basi lagi, David meminjam kamar mandi rumah Valerie dan mengganti pakaiannya yang basah itu.

Sedangkan bi Siti sibuk membuat camilan dan teh hangat, wanita tua itu tengah membuat pisang goreng. Mencium aroma harum dari pisang itu, Valerie segera ke dapur menghampiri bi Siti yang sibuk dengan pekerjaannya.

"Bi, buat apa?" Tanyanya saat masuk ke pintu masuk dapur.

Bi Siti menoleh ke arah sumber suara. "Eh kamu, Val. Bibi lagi buat pisang goreng, lumayan kan buat teman ngeteh pas hujan-hujanan begini," balasnya.

"Oh ..., aku bantuin ya, Bi."

"Boleh, sini."

Di saat keduanya sibuk membuat camilan. Tiba-tiba terdengar ketukan pintu, itu pasti Malik yang baru pulang dari kantornya.

"Bi, itu kakek ya?"

"Iya, bukain gih pintunya," seru wanita itu.

Valerie mengangguk paham, lalu bergegas pergi menuju pintu utama. "Kakek," panggilnya antusias.

"Hai, cantik. Lagi ngapain?" meskipun pun Malik capek, ia tetep meluangkan waktu untuk cucunya. Ia tidak ingin karena kurangnya kasih sayang dari sosok ayah, membuat Valerie mencari kenyamanan itu dengan orang lain. Hal yang dulu tidak boleh terulang kembali.

"Lagi buat pisang goreng buat teman ngeteh," balasnya.

"Wih, enak tuh. Kakek mau dong," ucapnya.

"Ayok Kek. Oh, ya, ada David juga loh kek," beritahunyan.

"Iya? Kapan dia datang?"

"Tadi sih, basah kuyup. Jadi aku pinjemin baju kaos Kakek yang udah gak pernah Kakek pake lagi. Boleh kan, Kek?"

"Boleh dong, masa gak boleh."

Keduanya saling mengobrol sepanjang jalan menuju ruang tamu.

"Nih, udah jadi. Yok kita ngumpul sini." Ajak bi Siti yang ditanganinya sudah membawa nampan berukuran lumayan besar. Di nampan itu terdapat lima gelas teh hangat dan sepiring pisang goreng.

"Wih, enak nih," ucap Ferdi yang tidak-tidak muncul.

"Ih, kamu ngangetin aja, Fer." Bi Siti terkejut dengan kedatangan Ferdi yang tiba-tiba saja.

Lelaki itu terkekeh mendengar ocehan bi Siti.

"Val, David mana?" tanya bi Siti yang menyadari sosok David belum terlihat.

"Iya ya, ke mana dia? Bentar Bi, aku susul dulu."

Usai kepergian Valerie, Malik, Bi Siti, dan Ferdi asik ngobrol. Sedangkan Valerie sibuk mengetuk pintu kamar mandi. Memanggil nama David.

"Dav, kamu udah selesai belum? Kalo udah ayo langsung ke ruang tamu, udah ditungguin tuh sama Kakek," katanya.

"Iya, bentar lagi," jawab David dari dalam sana.

Valerie pun menunggunya di depan pintu. Sampai akhirnya laki-laki itu keluar dengan kaos berwarna biru yang sedikit kebesaran.

Valerie tertawa melihat penampilan Davit, lelaki itu terlihat lucu. Biasnya David terlihat cool, tapi kali ini tidak.

"Kamu ngapain ketawain saya, emang ada yang lucu?"

Valerie tak berhenti ketawa, ia benar-benar terlihat bahagia. "Ada, kamu biasnya keliatan cool tapi kali ini lucu banget. Apa kalo penampilan kamu pas di rumah gini ya?"

"Ih kamu ini, nyebelin ya ternyata."

"Gak juga sih, aku lebih ke ngangenin," katanya percaya diri.

Melihat kepercayaan diri Valerie, David terkekeh. "Kamu tuh, ada-ada aja."

"Ada dong."

Hening, tak ada lagi yang bersuara. Keduanya hanya saling bertatapan. Hingga akhirnya, David mengungkapkan apa yang selama ini ia katakan.

"Val, aku mau ngomong sesuatu sama kamu," kalimat itu seperti dejavu untuk Valerie. Namun, gadis itu tetap merespon dengan baik.

"Kamu mau ngomong apa?"

David menundukkan kepalanya sebentar, lalu kembali menatap ke arah Valerie. "Val, terima makasih ya. Selama ini kamu udah banyak bantuin saya, selama saya kenal kamu. Saya ngerasa bahagia banget, gak nyangka bisa dapat cewek kayak kamu. Yang perhatian, baik, dan pengertian. Cewek yang gak ninggalin saya di saat tau permasalahan keluarga saya. Saya jadi ngerasa gak enak sama kamu, entah gimana caranya saya balas semua kebaikan kamu dan keluarga kamu, saya—"

Valerie memotong kalimat David. "Dav, aku bantuin kamu tulus, karena aku juga sayang banget sama kamu. Gara-gara kamu aku bisa bangkit lagi dari rasa keterpurukan aku selama ini.  Kamu yang banyak bantuin aku sama keluarga aku, kamu dengan sabar ngadepin aku. Terima kasih ya, Dav. Aku gak mau banyak berharap sama kamu, karena aku belum siap untuk kecewa lagi."

David mengengam kedua tangan Valerie. Menaruhnya didekat dadanya. "Tapi aku berharap lebih sama kamu, Val."

Ditulis, 12 November 2024
Dipublish, 12 November 2024

Janji Palsu  (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang