Setelah semua permasalahan David selesai, lelaki itu mengajak keluarga besarnya menemui keluarga Valerie. Keputusannya untuk mempersunting Valerie sudah mantap.
"Dav, ayo kamu udah siap belum?" Teriak mamah.
"Sebentar Mah, aku lagi siap-siap," balas David dari kamarnya.
Sedangkan Daren dan sang ayah sudah menunggu di dalam mobil.
Seperkian detik kemudian, David dan sang ibu keluar. Keduanya segera masuk ke dalam mobil.
"Kamu ngapain sih Dav, lama banget," omel Daren.
Sebenarnya Daren tidak secuek itu, dia pun bukan tipikal orang yang pendiam seperti David dan papahnya.
"Namanya aku lagi siap-siap, makanya lama," balasnya.
"Kita kapan jalannya kalo kalian ribut terus?" sekian lama terdiam, kini suara sang ayah terdengar.
"Ini juga mau jalan, Pah," jawab Daren.
Menempuh jarak yang cukup jauh, akhirnya mereka tiba di kediaman keluarga Valerie. Di sana, Malik dan bi Siti menyambut kedatangan keluarga David. Sedangkan Valerie masih berada di kamarnya, gadis itu belum kunjung turun ke bawah.
"Selamat datang ke rumah kami," sambut Malik.
Kedua orang tua David tersenyum sebagai respon. Mereka pun masuk ke dalam, tapi tidak dengan Daren. Lelaki itu masih ingat di luar. Antara senang dan sedih. Ia tidak tahu bagaimana perasaannya saat ini.
David yang menyadari sang abang termenung, segera menghampirinya. Tapi, sebelum ia pergi. Lelaki itu izin terlebih dahulu dengan kedua orang tuanya.
"Mah, Pah, aku masuknya nanti ya. Ada yang mau aku omongin sama bang Daren," ujarnya.
"Kalian gak lagi berantem kan?" tanya mamah.
"Nggak, Mah. Aku baik-baik aja kok, cuman ada yang pengen aku omongin aja sama dia," jelas David.
Tak banyak tanya lagi, mamah dan papah pun mengizinkan David pergi menemui abangnya.
"Ya udah, nanti kalo udah selesai langsung masuk ya," seru papah. David pun mengangguk paham.
Usai kedua orang tuanya masuk, David menghampiri sang abang. "Bang," panggilnya.
Daren menatap ke arah David. "Eh kamu, Dav. Ngapain di sini? Bukannya kamu ke dalam bareng sama papah, mamah ya?"
"Gak Bang, aku ke sini mau nanya sesuatu," kalimat yang barusan David lontarkan membuat Daren penasaran.
Lelaki itu membenarkan posisi dirinya. Yang tadinya mengarah ke jalanan, kini ia berdiri menghadap ke arah adiknya. "Soal apa?"
"Soal aku yang mau tunangan sama Valerie. Abang gak papa aku langkahin?"
Sejauh ini, Daren belum mau membuka kembali hatinya yang sempat terluka. Lelaki itu sengaja menyibukkan dirinya dengan bekerja, agar mempercepat move on nya.
"Kenapa harus dipermasalahkan? Kalo emang jodoh kamu yang duluan datang, ya udah, mau diapain lagi?"
David merasa tidak enak, sebenarnya ia tidak ingin secepat ini. Tapi, ia juga tidak ingin berjauhan dengan Valerie.
"Tapi, Bang ...."
"Dav, udah ah. Gak usah dibahas lagi, mendingan kita masuk aja yok, kasian udah pada nungguin tuh," saran Daren.
Tak membantah, David pun menyetujui ajakan abangnya. Namun, saat mereka hendak melangkah, tiba-tiba ada seorang gadis yang terjatuh dari motornya. Tepat saat gadis itu melewati depan rumah Valerie.
"Astaga." Keduanya terkejut saat mendengar suara nyaring itu. Segera mereka menghampiri gadis itu.
"Kamu gak papa?" tanya Daren?
Gadis itu menggelengkan kepalanya. "Aku gak papa, cuman kaki aku keselo," ucapnya.
Mereka yang berada di dalam pun langsung keluar, penasaran dengan apa yang terjadi di sana.
"Ini ada apa?" tanya mamah.
David dan Daren menjawab dengan kompak. "Kecelakaan kecil," ucap mereka.
Valerie dan mamahnya David menghampiri mereka berdua.
"Kamu gak papa?" kini giliran Valerie yang bertanya.
"Gak papa kok, cuman kaki aku keselo dikit," masih dengan jawaban yang sama gadis itu menjawab pertanyaan dari Valerie.
"Em, kalo gitu kamu masuk aja ke dalam. Nanti aku obatin," ajak Valerie.
Gadis berambut panjang lengkap dengan jaket pink-nya menolak ajakan Valerie. Ia merasa tidak enak jika harus merepotkan orang lain. "Nggak usah, aku gak papa kok. Ini udah bisa jalan lagi," kekehnya.
Saat ia berdiri, gadis itu tidak bisa menjaga keseimbangannya. Hingga ia terjatuh, untung saja Daren sigap menangkapnya.
"Kamu tuh belum bisa jalan, jangan dipaksain. Nanti bisa bahaya," nasehat Daren. Lelaki itu kembali hangat saat berhadapan dengan cewek, biasnya ia akan bersikap dingin.
"Maaf, tapi aku gak mau ngerepotin. Lagi pula, ada seseorang yang nungguin aku pulang."
Mereka yang berada di sana jadi bingung, tidak tahu harus bagaimana lagi. Mau ditolong, tapi gadis itu tidak mau. Tapi, David punya ide cemerlang.
"Nah, gini aja. Gimana kalo Bang Daren nganterin Mbaknya pulang, nanti motor Mbak ditaro di bengkel sekitar sini. Nanti saya yang urus," saran David.
Daren menyengol lengkap adiknya. "Dav, kamu apa-apa sih," bisik Daren.
David tak menghiraukan sang abang, lelaki itu sibuk memarkirkan motor gadis tadi ke pinggir. "Bang, anterin ya. Nanti Mbaknya tinggalin nomor Mbak aja di sini, nanti kalo motornya udah beres langsung saya hubungi."
"Makasih banyak ya, kalian baik banget sama aku," ucapnya.
Gadis berambut panjang itu pun memberikan ponselnya pada David, agar mempermudah lelaki itu mencatat nomornya.
"Nih, Mbak. Di situ udah ada nomor atas nama Valerie. Nanti Mbak hubungi aja nomor itu, biar saya bisa tau mana nomor Mbak," ucapnya.
Gadis itu segera mengambil alih ponselnya dari tangan David. "Makasih ya, Mas," ucapnya sekali lagi.
David mengangguk sebagai respon. Setelah semua urusan sudah beres, Daren mengambil mobilnya dan mengantarkan gadis itu. Tak lupa ia pun berpamitan dengan orang tuanya. Ia merasa tidak enak tak hadir di acara penting sang adik.
"Mah, aku anterin dia dulu ya. Maaf gak bisa hadir pas David sama Valerie tunangan."
"Iya, kamu hati-hati ya, Nak."
"Bang Daren bisa datang kok, aku sama David nunda acaranya sampai Bang Daren balik ke sini," kata Valerie.
Tak banyak omong lagi, Daren segera menancapkan gasnya.
Saat di sepanjang perjalanan, Daren tak mengajak gadis itu ngobrol. Lelaki itu kembali menjadi Daren yang cuek dan bodo amatan. Sampai akhirnya gadis itu mulai bersuara.
"Em, makasih ya. Kamu udah mau nganterin aku pulang, dan makasih juga karena kamu udah nolongin aku," ucapnya.
Daren hanya menatap gadis itu sekilas, lalu kembali fokus pada jalan.
Merasa canggung, gadis itu mencoba mencarikan suasana. Tapi, ia salah lawan bicara.
"Tadi tuh keluarga kamu lagi ada acara ya? Maaf ya, kalo aku ngacauin acara kalian."
Daren menghelaikan napas panjang, ternyata yang ia pikirkan tidak seperti kenyataannya. Gadis yang sedang duduk di sampingnya ini sangat cerewet. "Kamu kenapa sih nanya-nanya," cetusnya.
"Maaf, aku gak bermaksud lancang nanya-nanya soal keluarga kamu. Tap aku—"
"Udah, gak usah dibahas," final Daren.
"Iya, maaf."
Siapa gadis yang sedang bersama Daren itu? Apakah dari sini kisah asmara mereka dimulai, atau hanya sekedar kenal tanpa dekat?
Ditulis, 15 November 2024
Dipublish, 15 November 2024
![](https://img.wattpad.com/cover/376564877-288-k265615.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Janji Palsu (End)
Teen FictionIni kisah tentang seorang gadis bernama Valerie, yang ditinggal nikah oleh pacarnya. Di situ Valerie frustasi, ia kehilangan kebahagiaan dan harapannya. Usai dikhianati oleh Calvin, Valerie berada difase mati rasa akan cinta. Ia tidak pernah percaya...