9. Siuman

1 1 0
                                    

Sudah hampir seminggu Valerie dirawat, namun tidak ada tanda-tanda gadis itu mengerakkan tubuhnya. Bi Siti menatapi gadis yang biasanya selalu memanggil namanya saat pulang, kini suara itu seakan hilang diterpa angin lalu.

Bi Siti terus berceloteh, bertanya pada gadis yang tidak akan menjawab pertanyaannya itu. "Val, bangun dong. Bibi kangen sama kamu."

Masih sama, tidak ada jawaban juga. Bi Siti pun, tak henti-hentinya menangis. Ketakutannya semakin besar, pikirannya berkecamuk.

Saat siang, Valerie ditemani oleh bi Siti. Ketika malam hari Malik yang menemani cucunya. Ia lelah seharian bekerja, tapi ia tidak pernah lelah untuk selalu berada di samping cucunya.

Pintu ruangan Valerie terbuka. Terdapat dua suster yang menghampiri tempat tidur gadis itu.

"Permisi, Ibu. Valerie-nya mau diperiksa dulu ya," katanya.

Bi Siti bergeser, membiarkan para suster itu melakukan pekerjaan mereka.

Cukup lama para suster itu mengecek kondisi Valerie, akhirnya selesai juga. Bi Siti yang penasaran langsung bertanya. "Gimana, Sus? Apakah kondisinya baik-baik aja?"

Suster yang memegang buku berkata, "Gak papa, Bu. Mungkin dia butuh istirahat aja untuk memulihkan badannya, banyak-banyak berdoa aja ya, Bu. Biar pasien cepat sadar kembali," saran Suster.

"Biak, terima kasih ya, Sus."

"Sama-sama, oke, kalo gitu kami permisi dulu ya, Bu."

"Iya, Sus."

Baru saja bi Siti ingin cerita lagi dengan Valerie, tiba-tiba ponsel gadis itu berdering.

"Siapa yang nelpon, Valerie?" Bi Siti meraih ponsel Valerie. Benda yang sudah lama tidak dimainkan oleh pemiliknya.

Tertera nama Calvin di sana. "Calyu? Siapa? Apa ini pacarnya Valerie?" Segudang pertanyaan menjadi satu dalam pikiran bi Siti.

Ketika bi Siti hendak mengangkat telpon itu, secara bersamaan jari jemari Valerie bergerak. Kini perhatian bi Siti teralihkan, ia tidak peduli soal siapa yang menelpon Valerie.

"Val? Denger suara Bibi gak?" Tidak bisa di bohongi bagaimana bahagianya bi Siti melihat gadis yang terlelap dalam tidur panjang, kini telah sadarkan diri.

"Aw, aku di mana?" Ia meringis kesakitan.

"Sayang, ini Bi Siti. Kamu gak papa kan? Ada yang sakit gak? Mau Bibi panggilan dokter?"

Valerie tidak menghiraukan pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan bi Siti. Kepalanya masih sakit, "Kepala aku sakit banget, Bi," keluhnya.

"Bentar ya, Bibi panggilan dokter dulu." Wanita itu menekan tombol yang berada tak jauh dari tempat tidur Valerie.

Beberapa menit kemudian, dokter dan suster datang. "Hallo , Valerie. Gimana perasaan kamu? Apa ada yang sakit?"

Valerie menggelengkan kepalanya. "Kepala saya sakit banget, Dok."

Dokter melakukan tugasnya, sedangkan bi Siti keluar untuk memberitahu Malik.

"Hallo, Tuan."

"Iya, hallo. Ada apa, Bi?"

"Valerie sudah siuman. Sekarang dia lagi diperiksa sama dokter."

Bagaikan menemukan sebongkah berlian, tanpa basa-basi lagi. Pria itu langsung menuju ke rumah sakit. Bahkan telponnya tidak ia matikan.

"Hallo, Tuan," panggil bi Siti lagi. Merasa tidak ada jawaban, ia pun mengakhiri panggilan itu.

Dokter sudah selesai memeriksa Valerie. Bi Siti pun masuk ke dalam menemui gadis itu.

Janji Palsu  (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang