1. Pertemuan pertama

23 8 8
                                    

Saat ini kota Jakarta tengah diguyur dengan hujan deras, namun hal itu tidak membuat sebagian orang untuk menghentikan aktivitas mereka. Begitu pula yang dilakukan oleh gadis cantik yang sedang mengendarai mobilnya. Ia terus menerjang derasnya hujan.

Ketika sedang asik menikmati suasana hujan dengan ditemani oleh suara musik yang menggema di dalam mobil, tiba-tiba saja mobilnya berhenti tepat di depan sebuah toko kelontong.

"Astagaa, kenapa ini?" Gadis itu lekas keluar untuk mengecek kondisi mobilnya, namun ia tidak mengerti soal otomotif. Tak ingin ambil pusing, ia pun mampir ke toko kelontong, sembari  menunggu hujan reda.

Usai memesan kopi hangat beserta mie instan, ia duduk di depan toko, sambil mengamati setiap tetesan hujan yang jatuh. "Menyenangkan jika  bisa hujan-hujanan," celotehnya seorang diri.

Seperkian detik kemudian, ponsel yang berada di tasnya berdering minta diangkat. "Siapa sih yang telpon?" Ia merongah tasnya, lalu mengangkat panggilan itu.

"Hallo."

"Kamu di mana?"

"Aku lagi di depan toko kelontong, bentar lagi aku pulang kok."

"Ya sudah, hati-hati ya."

"Iya."

Percakapan singkat itu pun berakhir, Valerie kembali menikmati mie dan kopi hangat. Ia tidak ingin pusing memikirkan tentang mobilnya yang  tiba-tiba mati, ia berpikir simpel, setelah hujan reda ia akan mencari bengkel untuk memperbaiki mobilnya.

Valerie Chyara—gadis cantik dan baik hati, memiliki wajah cantik, kulit putih, dan rambut yang indah tak membuat dirinya luput dari kebencian orang-orang. Namun, ia tidak pernah peduli akan hal itu, selagi keluarganya menyayanginya, ia tidak butuh tanggapan orang lain tentang dirinya.

Suasana depan toko kelontong ramai dengan orang-orang yang berteduh. Valerie mengamati orang-orang di sana, namun sorot matanya terus mencari bengkel yang berada di dekat sana.

"Kalo gak ada bengkel, aku harus gimana? Aku gak mungkin kasih tau kakek soal ini, nanti dia akan khawatir."  Valerie menghembuskan napasnya dengan kasar, ia kembali ke posisi awal.

Entah orang dari mana, sosok itu tiba-tiba menghampiri Valerie yang tengah duduk seorang diri.

"Hai, boleh duduk di sini?" Izinnya.

Valerie mendongakkan kepalanya ke atas, menatap lelaki yang sedang berdiri di hadapannya sejenak. "Oh, boleh, silahkan."

"Terima kasih," ucapnya. Valerie hanya membalasnya dengan senyuman, gadis itu kembali fokus kepada layar ponselnya.

Tidak ada obrolan di antara keduanya, hanya terdengar suara rintikan hujan yang menggema.

Lelaki itu mencoba untuk memulai obrolan dengan Valerie. "Em ..., udah lama nunggu di sini?"

Valerie menatap lelaki itu, lalu bertanya padanya. "Kamu nanya aku?"

"Iya, udah lama di sini?" tanyanya sekali lagi.

"Lumayan sih, mobilku mogok. Jadi, aku mampir deh ke sini, sambil nyari-nyari bengkel dekat sini," jelas Valerie.

"Mogok kenapa?"

Sepertinya obrolan mereka semakin menarik, terlihat dari Valerie menangapi pertanyaan laki-laki itu dengan senang hati.

"Gak tau, tiba-tiba mati."

"Mau aku cek'in mobilnya?" tawar lelaki berbadan tinggi, kulit sawo matang, dan rampung belah tengah. Laki-laki itu benar-benar terlihat sangat tampan

"Boleh kalo gak ngerepotin kamu," tentu saja Valerie tidak menolak tawaran itu. Kalau ia tolak, belum tentu ada bengkel di sekitar sini.

"Oke, ntar aku cek mobil kamu."

Sunyi kembali melanda keduanya, tidak ada obrolan lagi di antara mereka. Hingga hujan pun berlalu pergi, orang-orang yang berteduh tadi mulai beranjak dari tempat mereka.

"Mau di cek sekarang?" Suara lelaki itu menyadarkan Valerie dari lamunannya.

"Ah, boleh. Yok kita ke sana." Lelaki itu mengikuti langkah Valerie dari belakang.

Setibanya mereka di sana, Valerie langsung memberitahu bahwa mobilnya mati secara tiba-tiba. "Aku gak tau salahnya apa, aku juga udah sering servis kok. Kalo soal oli, tiap bulan aku ganti," jelasnya.

"Ini cuman kena radiatornya aja, kamu punya air minum gak?"

Valerie mengerutkan keningnya bingung. "Buat apa?"

"Kamu gak tau ya, kalo mobil juga butuh minum."

"Ha? Minum? Emang bisa?" Bagitu banyak pertanyaan yang Valerie lontarkan, hal itu membuat lelaki yang berada di sampingnya tertawa melihat aksi lucu gadis itu.

"Bisalah, mobil juga butuh air ketika mesinnya panas. Kalo radiator udah kena ya gak akan bisa jalan."

Valerie mengangguk paham sambil membentuk mulutnya menjadi huruf O. "Ya udah, kalo gitu aku beli minum dulu ya di toko kelontong. Kamu tunggu di sini," ucapnya.

Sebelum Valerie pergi, suara Calvin terdengar. Calvin Shaka—laki-laki yang di idamkan oleh banyak gadis. Namun, belum ada satu pun orang yang bisa meluluhkan hatinya. "Tunggu! Aku belum tau nama kamu siapa, boleh kita kenalan?"

Valerie berbalik badan lalu berdiri di depan Calvin.  "Aku Valerie Cahyra." Gadis itu menjabatkan tangannya.

Tangan itu disambut  hangat oleh sang empu. "Calvin Shaka, kamu boleh panggil aku Calvin," ujarnya.

"Oke, ya udah aku ke dalam dulu ya beli minum," lanjut Valerie.

Calvin membiarkan Valerie pergi, ia pun mengecek -cek mobil Valerie, takut ada kerusakan lain, selain radiatornya.

Tak lama kemudian Valerie datang dengan sebotol air mineral yang berukuran besar. "Nih airnya." Ia memberikan air itu pada Calvin.

"Oke, aku benerin dulu ya." Valerie hanya mengangguk.

Setelah mobilnya selesai diperbaiki, keduanya berbincang-bincang sedikit. "Makasih ya udah bantuin aku. Kalo gak ada kamu, aku gak tau gimana lagi."

"Iya sama-sama, kita kan sebagai manusia memang harus saling membantu satu sama lain."

"Iya, heheh. Oh, ya, sebagai ucapan terima kasih karena kamu udah bantuin aku, giaman kalo kita makan siang? Aku yang teraktitir."

Ajakan Valerie ditolak oleh Calvin, bukan tanpa alasan. Lelaki itu masih ada kesibukan yang tidak bisa ia tinggalkan. "Next time aja ya. Aku lagi ada kesibukan yang gak bisa aku tinggalin."

"Oh, gitu? Oke deh, lain kali aja. Nanti kalo kamu punya waktu luang kabarin aku ya."

"Iya. Em ..., by the way aku belum tau nomor telepon kamu, gimana coba caranya aku hubungi kamu." Lengkungan senyum terpapar jelas di wajah tampan Calvin. Lelaki itu gemas melihat tingkah laku Valerie.

"Aku lupa, pinjam ponsel kamu, aku mau catetin nomor handphone aku."

Tanpa basa-basi lagi, Calvin segera menyerahkan ponselnya pada Valerie, dan membiarkan gadis itu menuliskan nomor handphonenya di sana.

"Nih, udah aku tulis. Jangan lupa ya hubungin aku ya kalo kamu gak sibuk."

"Iya, aku pasti  bakalan hubungin kamu, kok. Ya udah ya, aku duluan. see you again."

"Kamu hati-hati ya di jalan," ucap Valerie sebelum Calvin menjauh.

"Iya, kamu juga. Bye." 

Valerie melambaikan tangannya, membiarkan sosok Calvin pergi menjauh. "Ganteng banget sih tuh cowok," gumamnya pelan.

Setelah kepergian Calvin, Valerie pun mulai beranjak dari tempatnya.

Ditulis, 30 September 2024
Dipublish, 01 Oktober 2024

Janji Palsu  (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang