Semenjak mengenal Calvin, Valerie semakin bersemangat menjalani hari-harinya. Lelaki itu telah melengkapi warna pelangi dalam hidupnya. Setiap pagi, Calvin selalu menelpon Valerie, hanya untuk menanyakan kabar dari gadis itu.
Bukankah itu terlalu berlebihan ya?
Seperti pagi ini, tiga panggilan tak terjawab tertera dilayar ponsel Valerie. Gadis itu lekas meraih ponselnya yang berada di atas nakas. "Siapa sih yang nelpon?" dumalnya.
Matanya belum terbuka sempurna, lagi-lagi deru ponselnya kembali berdering. Valerie langsung mengangkatnya tanpa melihat lagi nama siapa yang ada dilayar ponselnya.
"Hallo, ini siapa?"
"Good morning, Valerie. Baru bangun ya?"
Suara dari sebrang sana mampu membuat mata Valerie terbelalak. Gadis itu mencoba menstabilkan suaranya, agar tidak terdengar seperti orang yang baru saja bangun tidur.
"Eh, Calvin, nggak kok, aku udah bangun dari tadi. Cuman masih tidur-tiduran aja di kasur sambil scroll sosmed," alibinya. Ia tidak ingin tebakan Calvin itu benar, bisa malu nanti. Apalagi anak gadis yang bangun siang. Apa kata calon mertua coba?
"Oh, gitu. Kamu gak kuliah hari ini?"
"Kuliah kok, emang kenapa?"
Keduanya hanyut dalam obrolan, sampai Valerie tidak ingat bahwa dirinya sudah telat. Ketukan pintu dari luar menyadarkannya, dengan cepat-cepat ia memutuskan panggilan itu sepihak dan segera bergegas menuju kamar mandi.
"Valerie, bangun sayang, kamu udah telat loh ini," itu suara bi Siti yang memanggili nama Valerie.
"Iya, Bi. Ini Valerie lagi siap-siap kok," balas Valerie dari dalam.
"Ya udah, Bibi tunggu di bawah ya."
"Iya-iya, Bi."
Bi Siti pun kembali ke dapur, menyiapkan sarapan untuk Valerie.
"Bi, hari ini sarapan apa?" tiba-tiba saja Valerie sudah berada di bawah.
"Roti, kayak biasa, kenapa emang?"
Gadis itu tak lagi bertanya, melainkan mengambil sehelai roti dan membalutinya dengan selai strawberry.
Valerie sibuk dengan sarapannya, sedangkan bi Siti sibuk membuatkan bekal Valerie. Walaupun sudah kuliah, gadis itu masih tetap membawa bekal dari rumah. Ia malas untuk ngantri di kantin.
Rumah megah, namun penghuninya sedikit. Terkadang Valerie merasa kesepian. Meskipun segala fasilitas sudah disiapkan oleh kakeknya, Valerie tetap membutuhkan seorang teman. Tapi Valerie sangat bersyukur, karena bi Siti selalu ada untuknya.
Benar-benar tidak ada suara sedikitpun selain suara berisik dari peralatan masak bi Siti. Valerie yang tidak melihat keberadaan kakeknya daritadi, pun bertanya. "Bi, kakek ke mana?"
Wanita paruh baya itu menghampiri Valerie. "Kakek udah berangkat dari tadi, kamu sih turun ke bawah nya lama," jawab bi Siti.
"Yah, namanya Valerie lagi mandi," jawabnya enteng.
"Ya udah, cepat abisin. Ntar kamu nambah telat lagi."
"Iya Bi Siti yang bawel."
Kembali sunyi, sampai akhirnya Valerie mengucapkan sebuah kalimat yang membuat dirinya diberi nasehat oleh sang bibi.
"Bi, Valerie mau bilang sesuatu," katanya.
"Soal apa?" Jawab bi Siti sambil membersihkan bekas sarapan Valerie.
KAMU SEDANG MEMBACA
Janji Palsu (End)
Ficção AdolescenteIni kisah tentang seorang gadis bernama Valerie, yang ditinggal nikah oleh pacarnya. Di situ Valerie frustasi, ia kehilangan kebahagiaan dan harapannya. Usai dikhianati oleh Calvin, Valerie berada difase mati rasa akan cinta. Ia tidak pernah percaya...