23 - Hipnotis

15 1 0
                                    

23. HIPNOTIS

"Gimana, Ran? Lo jadi ketemu Si Combro kemarin?" Yosika membuka percakapan setelah bel istirahat kedua berbunyi. Karin dan Tabita menyimak, ikut penasaran.

Rana yang ditanyai demikian kontan membentuk senyum sumringah. Setelah pulang dari perayaan kecil-kecilan Rahsa, Rana sampai tidak bisa tidur. Alhasil pagi tadi ia nyaris terlambat datang ke sekolah. Pikirannya langsung melayang pada saat Rahsa memeluknya. Bahkan wanginya pun, Rana masih ingat dengan jelas.

"Gue ... dipeluk Rahsa," cicitnya malu-malu. Kepala Rana tertunduk, pipinya merona. Tangannya memegangi kedua pipinya yang menghangat.

Yosika, Karin, dan Tabita saling pandang. Ketiganya berujar bersamaan. "Serius?" tanya mereka.

Rana mengangguk cepat. "Wangi banget. Rahsa baunya kayak ketumpahan sebotol parfum. Ya mirip-mirip lah sama baunya Jengkol Busuk. Tapi tetep aja, gue suka banget baunya Rahsa. Pengen banget gue endus-endus."

"Seolah-olah lo pernah ketemu Isagi," cibir Yosika, yang sampai detik ini pun masih belum mempercayai ucapan Rana perihal Isagi yang mengenalnya. Rana sampai capek sendiri menjelaskan bagaimana Isagi dan dirinya bisa sampai tahap berteman. Sejauh ini pun, hanya Karin yang tampaknya mempercayai ucapan Rana. Rana jadi tambah sayang sama gadis itu.

"Serah lo deh, Yos. Mau sampe mulut gue berbusa ngejelasin ke lo, kayaknya lo tetep enggak percaya. Lo menggambarkan Isagi kayak dewa yang mustahil ditemui manusia," tutur Rana.

Yosika termangu, dia berujar dengan nada terbata-bata, "Y—ya enggak gitu juga. Ta—tapi menurut gue sedikit banget fans kayak kita bisa sampe berteman, ya apalagi lo, mengingat track record lo sebagai haters-nya. Kayak ... enggak mungkin."

"Iya enggak mungkin buat lo, tapi mungkin aja buat orang lain," sembur Rana. Dia beralih pada Karin dan Tabita yang menggeleng-gelengkan kepalanya pada mereka.

"Kita lama-lama bubar kalo tiap saat adu bacot kayak gini," kata Tabita membuat Rana dan Yosika saling pandang.

"Ran, tapi aku iri banget sama kamu, kamu bisa ketemu Rahsa. Bahkan sampe dipeluk sama dia. Aku pengen banget juga ketemu dia, tapi orang tua aku pasti enggak ngizinin. Ya kamu tau lah, mereka lumayan strict. Susah dapet izinnya," ucap Karin dengan bibir manyun.

Rana manggut-manggut. "Ya juga sih. Jadi pas tanggal 15 lo enggak nonton konser Rahsa dong?" tanyanya.

"Pengen banget. Tapi biasanya kalo gitu aku harus ditemenin, enggak boleh sendirian. Kamu nonton, Ran?"

Rana mengangguk. "Harus dong, gue ditraktir sama Kak Gaby!"

"Kak Gaby admin ya? Wah, duitnya banyak banget kayaknya Ran, sering traktir orang-orang."

"Yoi, memang banyak duitnya." Rana menyengir lebar.

Karin menoleh pada Yosika yang sibuk menyimak. "Isagi enggak ada ngadain konser ya, Yos? Udah lama juga kan sejak terakhir dia ngadain konser?"

Yosika mengangguk membenarkan. "Isagi biasanya konser diakhir tahun, jadi mungkin sekitar dua bulanan lagi. Sekarang aja dia lagi sibuk banget, mana dia bilang di Instagram ntar sore baru nyampe Jakarta."

"Oh gitu ..."

"Ini jam istirahat kedua, tumben banget lo di kelas Rin," heran Tabita menatap Karin yang biasanya langsung melarikan diri ke perpustakaan begitu bel berbunyi.

Karin yang diperingatkan seperti itu langsung menepuk dahinya. "Astaga aku lupa," Dia buru-buru menatap jam di atas papan tulis. "Masih lumayan lama, aku ke perpus dulu ya!" kata Karin terburu-buru lantas ngacir keluar kelas.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 18 hours ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

LOVE HATERSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang