7

175 29 2
                                    

..

Kemarin, begitu aku selesai membaca catatan harian ibuku, aku menelepon Lisa dan meminta maaf padanya.

Apakah dia sedikit mengelak? Ya, tetapi dia bermaksud baik. Dia hanya ingin tahu bahwa aku peduli, yang membuatku khawatir. Apakah dia pikir aku tidak peduli padanya? Akulah yang paling peduli padanya di seluruh dunia.

Dia selalu ada di sampingku dalam segala hal. Aku tidak ingat kapan dia tidak ada dalam hidupku dan aku tidak ingin membayangkan dia pergi dari hidupku.

Dia bersikap keras dan pura-pura tidak peduli, tetapi sebenarnya dia sangat peduli. Dia sangat peduli pada orang-orang yang dia cintai dan kurasa sulit untuk menerimanya karena aku tumbuh dengan seorang ibu yang tidak pandai membagi cintanya kepadaku.

Sungguh menyakitkan mengetahui betapa ceria, riang, dan penuh kasihnya dia dulu.

Aku tidak ingin kembali ke masa lalu lagi karena setiap kali aku kembali, aku merasa semakin dekat dengan mereka dan hatiku hancur setiap kali aku ingat mereka sudah meninggal.

Apa yang bisa membuatku mengalami hal ini? Mengapa aku harus melihat ibuku dan teman-temannya semua bahagia, ceria, dan masih hidup disana?

"Lisa datang!" Ayahku berteriak dari suatu tempat di dalam rumah, lalu tiba-tiba pintu kamarku terbuka lebar dan Lisa melompat ke atas tempat tidur sambil mendengus.

"Hai, Lisa." Aku menggoyangkan alisku ke arah gadis yang mengerang dan tidak mau diam di tempat tidurku.

"Kamu tidak akan percaya apa yang di lakukan ibuku padaku pagi ini! Itu seharusnya dianggap sebagai eksploitasi anak! Dia berbicara omong kosong tentang hari ini sebagai hari roti dan menyuruhku membuat roti sepanjang hari! Aku mencari hari roti dan ternyata itu bukan hari ini! Aku bersumpah terkadang dia gila!"

Lisa akhirnya terdiam di tempat tidurku sambil menatap langit-langit setelah omelannya.

Aku bertanya-tanya apakah dia tahu tentang teman-teman ibunya dan apa yang terjadi pada mereka. Mungkin aku bisa memberitahu apa yang sedang kualami.. Tapi tidak, dia hanya akan menganggapku gila.

"Kalau aku jadi kamu, aku akan dengan senang hati menghabiskan sepanjang hari dengan ibumu membuat roti! Kedengarannya seperti surga bagiku!"

Lisa berguling ke samping sambil menopang dirinya dengan sikunya dan menatapku dengan aneh.

"Aku belum pernah bertemu seseorang di bumi ini yang sangat menyukai roti daripada dirimu. Benar-benar, tidak pernah. Dan kebetulannya lbuku suka membuatkan roti untukmu, dan dia selalu membicarakan tentang kenangan indah atau apa pun yang dia maksud."

Senyum di wajahku langsung memudar saat menyadari mengapa Bibi Manoban begitu menyayangiku dan suka membuatkan roti untukku. Itu pasti mengingatkannya saat dia biasa membawakan roti untuk ibuku dan teman-temannya.

Aku merasakan sakit di dada. Itu sangat menyedihkan.

"Aku merindukan ibumu."

Aku ingin tahu apakah dia mau membicarakannya padaku. Aku hanya ingin tahu lebih banyak tentangnya.

"Kamu bisa datang kapan saja kamu mau. Kamu tahu dia suka kamu main ke rumah. Jujur saja, dia mungkin juga merindukanmu."

Aku tertawa sambil naik ke tempat tidur di sebelah gadis Thailand itu.

"Aku akan segera kesana."

Aku menatap bibirnya.

Lisa dan aku pernah berciuman dua kali. Sekali ketika kami berada di sebuah pesta dan itu adalah tantangan dan sekali lagi ketika dia tiba-tiba menyerang bibirku dan langsung kabur.

Back To 1998Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang