13

142 31 1
                                    

..

Kami sedang makan siang, dan suasananya agak tegang. Maksud tidak semua karena Miyeon, Lalisa, Jisoo, dan Taehyung sama sekali tidak menyadari apa-apa, mereka hanya tertawa dan bersenang-senang.

Jennie terus menatapku, tetapi aku tidak sanggup menatapnya setelah menyadari bahwa aku sangat menyukainya.

Chaeyoung jelas menyadari hal ini karena dia terus menatap Jennie dan aku untuk melihat apakah aku akan menyerah dan menatapnya lagi.

"Rosé, kalau kamu nggak mau, boleh aku memakan cupcake-mu ?" Miyeon menatapku sambil tersenyum lebar dan menggemaskan.

Tadinya aku mau memakannya, tapi bagaimana mungkin aku bisa menolaknya.

"Tentu. Ini." Aku menyerahkan cupcake itu dan Miyeon menjerit kegirangan membuatku ikut tersenyum.

"Yak Miyeon-a, kamu sudah makan punyamu, punyaku, dan punya Jennie juga! Kalau kamu makan lagi itu, kamu bisa meledak!" gerutu Lalisa sambil memutar matanya saat Miyeon dengan senang hati menjejali mulutnya dengan Cupcake.

"Biarkan dia menikmati cupcake-nya, kita tidak pernah tahu kapan dia akan memakan cupcake- nya yang terakhir." Chaeyoung tersenyum lebar sementara semua orang di meja tertawa, tetapi komentar itu melekat di benakku. Aku hampir lupa dengan akhir yang dialami sekelompok orang ini.

Aku hampir lupa bahwa mereka sudah mati.

Aku merasa tercekat di tenggorokanku saat melihat mereka semua tertawa dan bermain satu sama lain. Aku harus keluar dari sini.

Aku segera pamit, berdiri dari meja dan mulai berjalan melewati lorong-lorong sementara air mata mulai mengalir dari mataku.

Aku berlari keluar ke bagian belakang sekolah di dekat kolam kecil dan berdiri sebentar.

Aku tidak lagi merasa sedih.. Aku hanya marah. Mengapa aku harus mengalami semua ini? Apa yang sudah ku lakukan sehingga pantas menerima siksaan ini?

"HENTIKAN!!" teriakku tanpa alasan sambil menendang batu-batu acak di tanah.

Aku benci ini!

Kenapa aku harus dekat dengan orang-orang ini hanya untuk mereka direnggut dariku.

Kapan sebenarnya ini akan berakhir?

Aku berlutut di depan kolam dan saat aku berlutut, selembar kertas putih jatuh dari sakuku.

Apa ini?

Aku mengambilnya dan membuka kertas yang sudah ringsek itu sambil membacanya.


Siapa kamu? Tolong tinggalkan aku sendiri!

Apa-apaan ini? Siapa yang menulis ini? Kok bisa ada di sakuku!?!

"Rosé?"

Aku berbalik dan memasukkan kertas itu kembali ke sakuku dan melihat Chaeyoung menatapku dengan ekspresi khawatir.

"Chaeyoung, tolong tinggalkan aku sendiri dulu. Aku tidak bisa melakukan ini sekarang."

Aku berjalan melewatinya sambil menyentuh bahunya, berusaha melepaskan diri darinya.

"Rosé, ada apa!?"

Dia berlari ke arahku sambil menarik lenganku sehingga aku menghadapnya lagi.

"Kenapa kamu peduli? Kembalilah saja ke teman-temanmu dan tinggalkan aku sendiri!"

Aku tahu itu kasar, tetapi aku stres dalam berbagai hal dan aku merasa ingin muntah.

"Kamu juga temanku Rosé! Dan aku peduli padamu!"

Aku mendesah, memukul kepalaku dengan tanganku.

Tolong bangun, tolong bangun!

"Sudah, Chaeyoung hentikan!" teriakku lagi karena frustrasi padanya.

"Aku tidak akan berhenti peduli padamu. Kamu jelas membutuhkan seseorang.. tolong biarkan aku untuk membantumu."

Dia berjalan mendekatiku, tetapi tidak cukup dekat sehingga kami bisa bersentuhan.

"Keberadaanku di sini hanya mengacaukan segalanya. Aku ingin kembali.. Aku tidak pantas berada di sini."

Gadis yang sedikit lebih pendek itu hanya mengerutkan kening sambil menatapku dengan bingung.

"Apa yang sedang kamu bicarakan?"

Suaranya lembut, mengingatkanku pada saat biasa dia membacakan cerita sebelum aku tidur saat masih kecil... saat dia setidaknya mencoba.

Aku merasa diriku tercekat lagi.

Aku ingin pulang.

"Tidak apa-apa."

Chaeyoung tampaknya tidak percaya, masih menatapku dengan bingung.

"Aku harus ke kelas."

Aku berjalan menjauh sambil mendengar Chaeyoung memanggil namaku, tetapi aku tidak berhenti, aku hanya terus berjalan.

Dari sudut mataku, aku melihat Jennie. Sial, kenapa dia selalu ada di mana-mana!?!





2 Februari 1998

Hari ini bukan hari yang baik.

Rosé akhirnya muncul di sekolah lagi setelah seminggu setidaknya.
Kurasa dia menyukai Jennie, dan sejujurnya kupikir Jennie mungkin juga punya perasaan padanya.
Aku belum pernah melihat Jennie menatap seseorang seperti dia menatap Rosé. Hatiku hancur untuk Jisoo, dia sangat mencintainya. Mereka tidak pernah berpisah. Kurasa ini akan menghancurkannya jika dia tahu.

Saat di kantin Rosé tiba-tiba keluar dengan marah saat makan siang dan tidak heran Jennie menyuruhku mengejarnya.

Kuharap Rosé mengizinkan kami masuk dan lebih mengenalnya.

Kuharap dia mengizinkan kami untuk merawatnya.







Chaeyoung

Back To 1998Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang