31

182 28 4
                                    

..

14 April di tahun 1998

Beberapa hari terakhir ini aku menghabiskan setiap momen yang kumiliki bersama Jennie.

Aku tidak bisa melupakannya dan setiap kali aku memikirkannya, aku selalu mendatanginya entah itu di sekolah, di rumah, atau saat dia sedang melakukan sesuatu.

Namun, hari ini aku memilih untuk tidak menemuinya.

Aku merasa butuh ruang. Aku menjadi terlalu bergantung dengannya disaat aku tahu akhir dari cerita ini. Aku tidak bisa membiarkan mereka mati. Aku tidak bisa membiarkannya mati.

Aku menangis setiap kali memikirkannya.

Apa yang akan terjadi jika mereka tidak mati? Itu pasti akan mengubah seluruh masa depan. Apakah ibuku tidak akan pernah bertemu ayahku jika Taehyung masih hidup? Dan jika dia bertemu ayahku, apakah dia masih akan menikahinya dan memilikiku?

Aku tidak tahu harus berbuat apa. Aku tidak bisa memberi tahu Jennie tentang ini karena aku tidak ingin dia takut. Aku tidak ingin dia menjalani sisa hidupnya dalam ketakutan akan apa yang akan terjadi.

Aku tidak ingin dia mati. Jika sampai pada titik itu, aku akan memilihnya daripada diriku sendiri. Aku akan memilih agar dia hidup dan aku tidak pernah ada.

Aku ingin dia bisa hidup, aku ingin mereka semua hidup.

"Bisa bergeser?"

Aku menoleh dan melihat Lali menatapku dengan wajah cemberut.

Aku memutar mataku, dan bergeser ke samping.

"Senang bertemu denganmu"

Gadis itu menyikutku saat dia meraih minuman didepannya. Dan setelah mendapatkannya, dia menatapku dengan ekspresi aneh di wajahnya.

"Ada apa?"

"Aku minta maaf."

Aku mengangkat alis mendengar permintaan maafnya yang tiba-tiba.

"Kamu tidak perlu minta maaf, ini toko untuk umum."

Lali hanya menggelengkan kepala sambil mendesah.

"Tidak, bukan itu maksudku, Bodoh. Aku minta maaf untuk kejadian di sini yang sebelum-sebelumnya. Kamu memang menyebalkan saat itu, tapi aku seharusnya bisa bersikap lebih baik. Aku tidak tahu apa yang sedang kamu alami dan aku biasanya tidak suka membicarakan masalah pribadi, tapi kalau kamu perlu bicara, kita bisa melakukannya."

Lali tersenyum getir setelah itu. Seperti dia dipaksa melakukannya atau seperti ada seseorang yang berdiri di belakangnya dengan pistol di kepalanya dan mendesaknya untuk mengatakan itu.

Aku juga tidak tahu apa yang dia bicarakan, tapi kukira itu adalah percakapan yang terjadi saat Rosé dulu ada di sini.

"Tidak apa-apa, aku juga minta maaf untuk itu."

Suasana mulai sedikit canggung jadi aku tertawa untuk meredakan ketegangan.

"Haruskah kita berpelukan atau semacamnya?"

Mata Lali hampir keluar dari kepalanya mendengar pertanyaanku dan dia mundur dua langkah.

"Sama sekali tidak." Dia mengejek sambil berjalan ke kasir dan membawa minumannya. Itu dia Lali yang kukenal.

Aku tertawa kecil sambil berjalan keluar toko, dia mengajakku ikut dan mulai berjalan ke taman di seberang jalan.

Setiap kali aku datang ke taman ini, aku teringat saat sebulan yang lalu ketika aku meminta Jennie menjadi pacarku. Kemudian setelah itu, aku berhenti kembali selama sebulan. Jadi, rasanya kami hanya baru berpacaran selama seminggu.

Back To 1998Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang