12

146 24 2
                                    

..

Aku kembali ke masa lalu sekitar tiga puluh menit yang lalu di atap lagi.

Kali ini aku memakai jam tangan jadi aku tahu aku sudah ketinggalan kelas pertama.

Ketika aku berlari menuruni tangga untuk bisa sampai ke kelas berikutnya, Jennie ada di sana membuatku terlonjak karena aku tidak berharap untuk bertemu siapa pun ketika kelas masih berlangsung.

"Jennie?"

Gadis bermata kucing itu tidak beranjak dari tempatnya, masih menghalangiku untuk turun dari tangga.

"Bukankah seharusnya kamu ada di kelas? ini masih jam pelajaran."

Jennie masih berdiri di sana dengan kerutan di alisnya.

"Aku menunggumu."

Hah? Sudah berapa lama dia berdiri di sini?

"Sudah berapa lama kamu berdiri di sini?"

Gadis yang lebih pendek mengangkat bahu dengan cemberut yang manis di wajahnya. Perlahan-lahan dia mulai lebih ekspresif padaku, membuatku senang. Itu jauh lebih baik daripada sekadar wajahnya yang tenang, maksudku tidak ada yang salah dengan itu karena dia tetap cantik dengan cara apa pun.

"Satu jam."

Mataku terbelalak menyadari bahwa dia mungkin sudah berdiri di sana tanpa bergerak selama itu. Maksudku, dia pasti sudah pergi jika aku tinggal di sana lebih lama, kan? Dia tidak akan menungguku lebih lama lagi.

"Astaga Jennie! Jisoo mungkin sedang memanggil regu pencarian sekarang, kamu harus pergi ke kelas!" Aku mengulurkan tangan mencoba menyentuh bahunya untuk menuntunnya ke kelasnya, tetapi dia mundur menghindari sentuhanku.

Aku langsung menarik tanganku karena lupa bahwa dia tidak suka disentuh. Jujur saja, aku kesal sekali kenapa dia bisa menyentuhku kapan pun dan di mana pun dia mau, tetapi aku tidak bisa melakukan hal yang sama. Aku merasa mataku berkedut karena standar ganda itu.

Tidak adil.

"Kamu gila."

Yang bisa kulakukan hanyalah tertawa.

Itulah yang dia tangap dari semua ini.

"Kenapa kamu bisa menyentuhku, tapi aku tidak bisa menyentuhmu?"

Gadis yang lebih pendek itu mengerutkan bibirnya, seolah-olah dia sedang berpikir keras tentang pertanyaanku. Kemudian wajahnya kembali normal dan dia melangkah beberapa langkah sehingga dia benar-benar dekat denganku.

"Kamu boleh menyentuhku."

Aku boleh? Aku mengernyitkan alisku saat gadis itu berdiri di sana tanpa ekspresi apa pun di wajahnya menungguku untuk menyentuhnya?

"Apa kamu yakin?"

Gadis yang lebih pendek itu hanya mengangguk, melangkah lebih dekat lagi.

Dengan ragu aku mengulurkan tangan dan menyentuh bahunya sambil tersenyum canggung.

"Hanya itu?" Jennie memiringkan kepalanya sambil cemberut.

Ya tuhan lihat pipinya. Aku benar-benar ingin mencubitnya, tetapi itu mungkin agak berlebihan.

"Boleh aku mencubit pipimu?"

Alisnya terangkat karena terkejut? Aku tidak tahu. Dia langsung berdiri sambil mengangguk, menunjuk pipinya dengan jarinya.

Ini gila dia akan membiarkanku.
Aku tidak akan membiarkan kesempatan ini berlalu begitu saja.
Aku perlahan mengulurkan tangan dan mencubit pipinya.

Back To 1998Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang