Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Arshelin mengunci pintu kamarnya tatkala gadis itu berhasil membawa Nishala ke dalam kamarnya agar gadis itu merasa aman dari Julian. Arshelin menghela nafasnya panjang, gadis itu berbalik guna melihat raut wajah Nishala yang masih setia terdiam dengan pandangan kosongnya. Lantas, Arshelin menghampiri gadis itu dan menaiki ranjangnya bersama dengan Nishala.
Oke, santaiㅡini pertama kalinya untuk Arshelin. Mengajak Nishala berbicara dalam keadaan seperti ini sangatlah penting, agar adiknya itu tak merasakan trauma yang mendalam.
Arshelin melambaikan tangannya di hadapan wajah Nishala, bermaksud menyadarkan gadis jangkung itu dari lamunannya.
“La?”
“Nishala??”
“....”
Arshelin menjentikkan jarinya tatkala ia merasa tidak mendapatkan balasan dari Nishala. Sontak, Nishala mulai tersadar dengan air matanya yang lolos turun menyentuh pipinya.
Nishala menundukkan wajahnya dan kembali terisak, ingatan tentang betapa liarnya Julian saat mencoba untuk melecehinya kembali berputar di pikirannya.
Di dalam kamar itu hanya terdengar suara isakan Nishala saja, ditemani dengan Arshelin yang senantiasa mendengarnya tanpa rasa lelah.
Arshelin sendiri sebenarnya tengah mengeraskan rahangnya, menahan gejolak amarah pada dirinya. Gadis itu merasa marah dan kecewa pada dirinya sendiri karena membiarkan Nishala sendirian tanpa pengawasan.
Sret...
Arshelin menarik pundak Nishala, mendekat ke arahnya. Kemudian, ia memeluk Nishala dengan usapan lembut pada bagian punggungnya. Arshelin membiarkan Nishala meluapkan emosi dan tangisannya itu pada bahunya sendiri.
Lihat, Arshelin berhasil, kan?
“Udah, La. Jangan nangis lagi...” Cicit Arshelin.
Hanya suara erangan dan isakan yang Arshelin dengar. Mungkin, Nishala belum meluapkan seluruh tangisannya, sehingga pada akhirnya ia memutuskan untuk membiarkan Nishala kembali menangis terlebih dahulu.
Butuh beberapa menit untuk Arshelin menunggu Nishala menjadi jauh lebih tenang. Sekarang adalah giliran Arshelin yang bertanya, momen yang tepat karena Nishala sudah benar-benar tenang.
“Udah tenang?” Nishala hanya mengangguk sebagai balasan.
Arshelin mengambil nafasnya panjang sejenak.
“Gue minta lo jangan malu buat utarain semuanya ke gue tentang apa aja yang Julian lakuin ke lo, barusan. Aduin semuanya ke gue kalo lo belom puas, La. Gue nggak keberatan dengernya, kok” Tuturnya lembut.
Suatu keajaiban bagi Nishala, sehingga gadis itu mendongakkan wajahnya guna menatap Arshelin.
“Kenapa Kak Shelin tiba-tiba peduli sama aku? Padahal biasanya juga Kak Shelin selalu acuh ke aku” Lantas, pertanyaan lain lah yang ia tanyakan kepada Arshelin.