#tujuh

344 58 14
                                    

Satu minggu berlalu, Canny pun telah di izinkan untuk pulang meski harus tetap beristirahat total. Rami masih dengan aktivitasnya, menjadi supir pribadi Asa, menjadi kuli angkut di gudang setiap 2 hari sekali dan bertambah menjadi kurir pengantar makanan jika Asa memintanya untuk libur.

Selama itu pula Ahyeon, si gadis yang telah menolong Rami dan menemaninya beberapa hari di Rumah Sakit tiba-tiba menghilang. Bodohnya, Rami maupun Ruka dan Pharita lupa meminta nomor ponsel si gadis. Tak hanya Ahyeon, Aurora sang kekasih pun nampak sulit untuk di hubungi setelah terakhir bertemu Rami di rumah sakit.

Meski si gadis blonde nampak sibuk dengan kegiatan dan menjaga keluarganya namun tetap saja ia memikirkan kekasihnya, mengapa Aurora seperti menjauhinya?
Rami menggelengkan kepala, mengusir pemikiran jelek tentang kekasihnya.

"Dia hanya sibuk dengan pelajarannya, maklumi Rami" Gumamnya seraya menatap belasan pesan yang ia kirim namun tak satupun mendapat balasan dari Rora.

"Rami" Gadis itu menoleh pada Rose yang baru masuk ke kamarnya dan terduduk di tepi ranjang Canny, menatap sesaat pada si bungsu yang tertidur pulas di sana.

"Ada apa Eomma?" Tanyanya seraya menaruh ponsel dan menghampiri Rose

"Tak apa, Eomma hanya ingin bertanya tentang Aurora, kemana dia? Apa hubungan kalian baik-baik saja?" Nampaknya keresahan Rami terbaca oleh Rose membuat wanita itu tak sabar untuk bertanya pada anaknya.

"Aku tidak tahu Eomma, tapi ku rasa dia sibuk dengan kuliahnya"

"Kau yakin tak terjadi apa-apa?" Rami mengangguk dengan senyuman

"Iya Eomma, tidak terjadi apa-apa di antara kami"

"Syukurlah, Eomma hanya takut jika anak Eomma ini menyakiti orang lain"

"Eomma, mengapa Eomma bicara seperti itu? Apa aku pernah membuatmu dan Canny terluka?" Rose menatap lekat wajah gusar sang anak, ia menariknya untuk duduk dan menangkup wajah Rami dan mengusapnya lembut.

"Bukan seperti itu, kau tak pernah membuat kami terluka. Eomma hanya takut sayang, Eomma tak ingin kau terluka atau melukai"

"Eomma, meski kehidupan begitu sulit dan melelahkan, aku tidak akan bersikap buruk hanya untuk melimpahkan rasa kesalku. Eomma tidak usah mencemaskan aku" Rose tersenyum, ia tahu betul bagaimana sifat baik dan penyayang sang anak yang sama persis seperti sifat sang suami yang telah tiada.

Jika Canny terkesan sulit di atur dan selalu menunjukkan amarahnya, berbeda dengan Rami yang lebih tenang dan hebat menyembunyikan segala perasaannya. Ia menarik kepala Rami ke dadanya, mengusapnya lembut dan mencium kepalanya.

"Maafkan Eomma karena telah memaksa gadis kecil ini untuk bersikap dewasa. Harusnya Eomma bisa membahagiakanmu dan Canny bukan malah menaruh segala beban yang sangat berat di pundakmu"

"Eomma beruntung memilikimu, kau adalah versi terbaik dari mendiang Appa-mu. Rami, Eomma yakin jika suatu hari nanti kau akan hidup bahagia dan Eomma minta, rangkul adikmu jika nanti Eomma tak ada lagi di dunia"

"Eo-mma.." Lirih Rami dengan kedua mata yang berkaca-kaca

"Maafkan Eomma dan Canny yang dengan sengaja menjadi beban untukmu" Gadis itu menggeleng dan mengeratkan pelukan

"Kalian bukan beban untukku, Eomma dan Canny adalah hidupku, Appa memintaku untuk menjaga kalian dan akan aku berikan yang terbaik untuk kalian"

"Aku mohon jangan bicara seperti itu lagi, Eomma"

"Dan satu hal lagi, aku tidak akan membiarkan Eomma pergi sebelum aku membuat Eomma bahagia dan bangga padaku. Penyakit sialan itu takkan membuatku menyerah, Eomma pasti akan sembuh" Ujarnya seraya menegakkan tubuh dan tersenyum manis pada Rose.

Babymonster RamYeon || Second Chance or Choice?? [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang