Momen Hening

7 0 0
                                    

Suatu siang, saat Fadli sedang melintasi koridor SMP Cemerlang, langkahnya terhenti di depan kelas tempat Ivy mengajar. Dari luar jendela, ia menyaksikan suasana kelas yang tenang dan khusyuk. Ivy berdiri di depan siswa-siswanya, menatap mereka dengan ketenangan yang mengisyaratkan kebijaksanaan yang mendalam. Sesuatu dalam cara Ivy berdiri dan berbicara membuat Fadli merasa ingin tahu apa yang sedang terjadi.

Ia merapatkan langkahnya ke arah jendela, berusaha mendengar dengan lebih jelas tanpa mengganggu kelas. Di dalam, Ivy sedang memulai kegiatan yang tidak biasa. “Hari ini, kita akan melakukan sesuatu yang berbeda,” katanya dengan suara lembut namun tegas. “Saya ingin kalian fokus pada suara saya, dan biarkan diri kalian terhubung dengan hati kalian.”

Para siswa langsung memperhatikan. Mereka tahu, ketika Ivy berbicara dengan nada seperti ini, ada sesuatu yang penting dan mendalam yang akan ia sampaikan. Fadli mendengar Ivy melanjutkan, "Tundukkan kepala kalian selama satu menit. Ini adalah waktu untuk berdoa, untuk apa pun yang kalian inginkan."

Ia menyalakan timer dan memulai sesi doa itu dengan khidmat. “Ingat, saat kalian berdoa, jangan lupa untuk mendoakan orang-orang yang kalian sayangi. Dan jika kalian merasa ada yang tidak beres, mintalah ampun kepada Tuhan jika ada kata-kata atau perilaku kalian yang mungkin pernah menyakiti hati orang lain.”

Kata-kata Ivy seakan bergema di hati Fadli. Ada kehangatan dan kepedulian yang terpancar dari setiap ucapannya. Dia melihat bagaimana siswa-siswa itu menundukkan kepala mereka, menutup mata, dan memasuki keheningan yang jarang ditemukan dalam keseharian mereka yang penuh kegaduhan. Di situ, Ivy memberi mereka ruang untuk merenung dan berterima kasih, untuk sejenak terlepas dari tekanan dan hiruk-pikuk sekolah.

Fadli merasakan haru menyelinap ke dalam dirinya. Ia menyaksikan Ivy yang berdiri dengan tenang di depan kelas, wajahnya memancarkan kedamaian yang tulus. Momen satu menit itu seolah berjalan begitu cepat, dan Fadli melihat sesuatu yang tak biasa. Ivy tidak hanya mengajar, ia membimbing anak-anak ini untuk menemukan ketenangan dalam hati mereka, sesuatu yang bahkan orang dewasa sering lupa caranya.

Ketika timer berbunyi, Ivy tersenyum lembut. "Kita sudah selesai," katanya dengan suara yang sejuk, seolah menghapus batas antara guru dan murid. "Semoga apa yang kalian doakan bisa menjadi kenyataan, dan ingatlah untuk selalu bersikap baik kepada orang lain."

Saat bel berbunyi menandakan akhir kelas, para siswa mulai mengangkat kepala mereka dengan senyum penuh rasa syukur. Fadli bisa melihat perubahan di wajah mereka. Mereka tampak lebih ceria, seolah-olah beban yang mereka pikul telah terangkat sejenak. Ivy mengucapkan salam kepada para siswanya, dan mereka pun meninggalkan ruangan dengan semangat yang baru.

Fadli masih berdiri di luar, menyaksikan momen yang baru saja terjadi. Ia merasa tersentuh dan kagum pada Ivy. Di balik sikapnya yang tenang dan kadang tertutup, Ivy memiliki cara unik untuk menyentuh hati para siswa. Fadli semakin yakin bahwa Ivy bukan hanya seorang guru; dia adalah seseorang yang mampu memberikan inspirasi dan membangkitkan semangat hidup orang lain.

Ivy membereskan meja dan mulai keluar dari kelas, membawa beberapa buku catatan. Saat dia menutup pintu dan berbalik, Fadli menyapanya. "Hai, Ivy," katanya dengan senyum yang tulus.

Ivy tampak sedikit terkejut melihat Fadli berdiri di sana. "Oh, Fadli. Ada apa?" tanyanya lembut, matanya masih membawa ketenangan yang tadi ia pancarkan di dalam kelas.

"Aku tadi lewat dan tidak sengaja mendengar sedikit dari apa yang kamu lakukan di kelas. Cara kamu memimpin doa dan menenangkan siswa-siswa itu... luar biasa," kata Fadli, berusaha menyampaikan rasa kagumnya tanpa terlihat berlebihan. "Kamu benar-benar punya cara unik untuk menyentuh hati mereka."

Ivy tersenyum tipis, ada kilatan rasa terima kasih dalam matanya. "Terima kasih, Fadli. Aku hanya ingin mereka punya waktu untuk merenung, tahu bahwa mereka bisa memikirkan orang-orang yang mereka sayangi dan juga meminta maaf jika mereka merasa pernah melakukan kesalahan."

Fadli merasakan kehangatan dalam ucapan Ivy. Ia menyadari betapa dalam dan bijaksananya wanita di depannya ini. "Itu hal yang indah, Ivy. Anak-anak itu beruntung memiliki guru sepertimu," tambah Fadli dengan nada tulus.

Ivy mengangguk, tampak sedikit tersipu. “Terima kasih. Aku hanya ingin memberikan sedikit pelajaran hidup, sesuatu yang mungkin tidak selalu mereka dapatkan dari buku pelajaran.”

Mendengar itu, Fadli semakin yakin bahwa Ivy adalah sosok yang penuh perhatian dan kasih sayang, meskipun dirinya sendiri seringkali merasa ragu dan terluka. Ia tahu bahwa di balik semua itu, ada seorang perempuan yang memiliki kekuatan untuk memberikan harapan dan semangat kepada orang-orang di sekitarnya.

"Ivy," panggil Fadli perlahan. "Kalau kamu butuh teman untuk berbicara atau berbagi, aku ada di sini. Kamu telah memberikan banyak kepada siswa-siswa ini. Aku ingin memastikan kamu juga punya seseorang yang peduli padamu."

Ivy menatap Fadli, dan sejenak mata mereka bertemu dalam keheningan yang penuh makna. Ada keraguan di mata Ivy, namun juga ada secercah harapan. "Terima kasih, Fadli. Itu... berarti banyak untukku."

Fadli tersenyum. Ia tidak ingin memaksa Ivy untuk terbuka lebih jauh, karena ia tahu bahwa proses itu akan membutuhkan waktu. Tetapi, melihat Ivy dengan cara baru ini, ia merasa bahwa sedikit demi sedikit, ia bisa mendekat dan menjadi seseorang yang Ivy bisa andalkan.

Ketika Ivy melanjutkan langkahnya, Fadli berdiri di sana, memandangi sosoknya yang perlahan menghilang di ujung koridor. Dalam hatinya, ia bertekad untuk tetap ada bagi Ivy, mendukungnya seperti Ivy mendukung siswa-siswanya. Melihat bagaimana Ivy mengajarkan siswa-siswa untuk menemukan kedamaian dalam diri mereka, Fadli merasa bahwa dia ingin menjadi bagian dari perjalanan Ivy dalam menemukan kembali kedamaiannya sendiri.

Di tengah koridor yang sepi, Fadli menatap ke depan, membawa serta perasaan hangat yang telah ditanamkan Ivy dalam hatinya. Ia tahu perjalanan ini masih panjang, penuh dengan ketidaktahuan dan rintangan. Namun, Fadli bertekad untuk berada di sisinya, membantu Ivy menemukan keberanian untuk membuka hati dan meraih kebahagiaan yang seharusnya menjadi miliknya.

REVERBTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang