Setelah sepekan menikmati bulan madu dan melewati momen-momen bahagia, Fadli dan Ivy kembali ke rutinitas di sekolah. Namun, segalanya kini berbeda. Ada rasa kebahagiaan yang memancar dari keduanya, terlihat jelas dari senyum lebar yang selalu menghiasi wajah mereka. Saat mereka memasuki ruang guru, rekan-rekan menyambut mereka dengan sorakan dan canda tawa yang menyenangkan.
"Gimana malam pertama? Sukses?" goda salah satu rekan guru dengan nada menggoda, membuat pipi Fadli seketika memerah. Ivy menutup mulutnya, tertawa kecil sambil melirik ke arah Fadli.
Fadli tersenyum canggung, tapi dalam hatinya ada kehangatan yang sulit dijelaskan. Ia merasakan kebahagiaan yang nyata, mengingat betapa indahnya setiap momen yang telah ia lalui bersama Ivy. Bagi Fadli, menjadi suami Ivy bukan hanya sebuah mimpi yang terwujud, tapi juga awal dari kehidupan baru yang penuh cinta.
Mereka mulai menjalani kehidupan rumah tangga di rumah Fadli yang kini telah direnovasi habis-habisan. Dinding yang dulunya terkesan suram kini diberi warna-warna hangat. Ruang tamu dan dapur ditata dengan perabotan baru, semua demi menciptakan lingkungan yang nyaman bagi mereka. Setiap sudut rumah kini dipenuhi dengan kenangan manis dan tawa.
Di rumah, Ivy membawa kehangatan yang tidak pernah Fadli rasakan sebelumnya. Setiap subuh, Ivy akan membangunkannya untuk shalat dan bersiap-siap mengajar. Jika Fadli berpura-pura masih tertidur, Ivy memiliki cara tersendiri untuk membuatnya bangun. Ivy akan mencium bibirnya dengan lembut, membuat Fadli tersenyum dalam kantuk. Dan jika itu masih tidak berhasil, Ivy akan mencium lehernya dengan manja, membuat Fadli merasa geli.
"Sayang... jangan," keluh Fadli sambil mendesah, tapi hatinya merasa hangat. Ivy hanya tertawa kecil sambil mengelus rambut Fadli. Setiap sentuhan Ivy membawa kebahagiaan dan cinta yang semakin mendalam. Fadli tidak pernah menyangka bahwa kebahagiaan bisa terasa begitu nyata.
Di akhir pekan, Fadli merasakan manisnya perubahan dalam hidupnya. Rumah yang dulu terasa sepi dan hampa kini diisi dengan suara tawa dan aroma masakan hangat. Ivy akan menyiapkan sarapan untuk mereka berdua, sering kali mengenakan celana pendek dan tank top yang membuat Fadli tak bisa fokus pada makanannya. Dia akan memandang Ivy dengan penuh cinta, merasa betapa beruntungnya dia memiliki istri secantik dan sebaik Ivy.
Suatu hari, saat Ivy sedang memasak di dapur, Fadli tidak bisa menahan diri lagi. Dia mendekat, mematikan kompor dengan cepat, dan memeluk Ivy dari belakang. Ivy terkejut dan sedikit marah, "Fadli! Aku sedang masak!" protesnya.
Namun, Fadli membungkam protes Ivy dengan ciuman lembut di bibir. "Maaf, sayang, tapi aku tidak bisa menahan diri," ujarnya, sambil menyentuh lembut tubuh Ivy. Ciuman itu membawa mereka ke dunia lain, seolah-olah hanya ada mereka berdua di dalamnya. Fadli kemudian menggendong Ivy menuju kamar mereka, dan sisa hari itu dihabiskan dengan penuh keintiman dan cinta.
Malam-malam berikutnya, Fadli sering terbangun lebih awal dari Ivy. Ia akan menatap wajah istrinya yang tertidur dengan damai, merasa sangat bersyukur atas segala yang mereka miliki. Dia akan mengecup kening Ivy dengan lembut, mencium matanya, pipinya, dan bibirnya, sambil mengelus rambutnya penuh kasih sayang.
Suatu malam, saat Fadli sedang pura-pura tidur, dia merasakan sentuhan lembut di pipinya. Ivy membelainya dengan penuh cinta, lalu mengecup bibirnya. "Ternyata benar kata rekan-rekan kerja di sekolah kita. Kamu tampan sekali, Fadli," bisik Ivy dengan suara pelan, mengungkapkan rasa hatinya.
Fadli tetap berpura-pura tidur, menikmati setiap kata yang diucapkan Ivy. Dalam gelapnya kamar, Ivy melanjutkan, "Aku beruntung pria tampan ini sekarang menjadi suamiku. Entah kebaikan apa yang aku lakukan sehingga aku bisa mendapatkanmu, di saat kamu bisa saja mendapatkan wanita yang jauh lebih baik dariku."
Fadli merasakan hatinya berdesir mendengar pengakuan itu. **Jika ada yang merasa beruntung di sini, itu adalah aku**, pikirnya. Ivy kemudian berkata, "Aku izin tidur bersandar di dadamu ya. Dadamu bidang sekali," sambil melipat tubuhnya dan bersandar di dada Fadli.
Setelah yakin Ivy sudah tertidur, Fadli membuka matanya. Dengan lembut, dia mengecup kening Ivy dan berbisik, "Bukan kamu yang beruntung mendapatkanku. Aku yang sangat beruntung mendapatkanmu." Dia mengelus rambut Ivy dengan penuh kasih, merasa bahwa cintanya pada Ivy semakin kuat setiap harinya.
---
Beberapa minggu kemudian, Fadli mulai memperhatikan perubahan pada Ivy. Ivy sering keluar masuk kamar mandi dan mengalami mual. Dia bahkan sempat absen mengajar beberapa kali, membuat Fadli cemas.
"Sayang, kamu baik-baik saja?" tanya Fadli suatu pagi dengan nada penuh kekhawatiran.
Ivy hanya mengangguk dan tersenyum, tetapi Fadli tahu ada sesuatu yang tidak beres. Kecemasannya memuncak ketika Ivy tiba-tiba pingsan saat upacara bendera di sekolah. Fadli yang berbaris di sampingnya langsung menangkap tubuh Ivy, hatinya berdegup kencang penuh kecemasan.
Ivy segera dilarikan ke rumah sakit. Dalam suasana tegang, Fadli duduk menunggu dengan gelisah. Ketika akhirnya dokter keluar membawa kabar, Fadli merasakan seakan waktu berhenti.
"Ibu Ivy hamil," ujar dokter dengan senyuman. Sejenak, Fadli tidak bisa berkata apa-apa. Kebahagiaan meluap dalam hatinya.
**Kebahagiaan Bersama**
Begitu kabar itu tersebar di sekolah, rekan-rekan mereka memberikan selamat dengan antusias. "Selamat, Fadli! Kamu akan jadi ayah!" teriak salah satu guru saat dia kembali ke sekolah.
Fadli tersenyum lebar, membayangkan masa depan mereka yang baru. Ia memeluk Ivy dengan penuh cinta, sementara orang tua Ivy dan sahabat-sahabat mereka juga ikut merayakan kebahagiaan ini.
Dalam hatinya, Fadli bertekad untuk selalu mendampingi Ivy melalui perjalanan baru ini. Dia tahu, cinta mereka yang tulus akan menjadi landasan yang kokoh untuk keluarga kecil yang akan segera mereka bangun. Fadli tak henti-hentinya merasa bersyukur karena telah menemukan dan memiliki Ivy, wanita yang membuatnya merasa hidup kembali dan berarti.
KAMU SEDANG MEMBACA
REVERB
قصص عامة"REVERB" adalah kisah tentang perjuangan, dukungan, dan menemukan cinta dalam diri sendiri dan orang-orang terkasih.