- 23

2.3K 370 118
                                    

"Mana yang harus aku percaya?" Aku mendelik pada lukisan Santriantar di lorong mahligai, yang dibingkai oleh figura gipsum, dan berpahatkan motif floral. "Keturunannya Maharani Ratna Santriantar atau,"

Aku menyilang tangan, dan melirik Adudu, alien hijau yang aku selundupkan ke sini, ke dalam kediaman pribadinya Kira'na. Dan robot tempur jadulnya—kalau tidak salah, Probe. Namanya Probe. Apa itu kata lanjutan dari Problematik?

"Penjahat kotak." Aku menghimbau Adudu untuk tidak mempermainkan kepercayaanku, makanya aku mengintimidasinya berulang kali. Aku merasa tidak punya kuasa sama sekali untuk menentukan. Aku memilih membawanya ke regu Kokotiam, supaya dia bisa dihakimi oleh banyak orang. Kalau Fang setuju dengan kecurigaan dan pengakuan-pengakuan Adudu, aku juga ikut memihak Adudu. Tapi katakan saja Fang menolak percaya dan hendak menangkap Adudu karena dia berpotensi berulah di negri orang, aku pun mau menerima keputusannya.

Diikuti oleh para Boboiboy lainnya yang sudah turut menjadi saksi, aku menggiring Adudu dan robot tempurnya masuk ke ruang diskusi.

Sebetulnya ini ruang kopongan. Kira'na meminjamkannya pada Fang, agar ketika kami mau mengoper shift jaga, kami bisa mengisi absen di sini.

Pintunya tergeser secara otomatis, oleh mekanisme penghantar listrik yang non-aktif karena sensor pada ambang pintunya berhasil mengidentifikasi ID Card milikku.

Adudu masuk duluan, dan robot mangkuk ramen itu bersembunyi di balik punggung Incik Bosnya. Padahal dia robot tempur. Tapi dia berperasaan selayaknya makhluk hidup. Setahuku, robot tempur seharusnya tidak begitu. Aku paham. Karena aku memiliki beberapa yang mirip dengan Probe di markas Ayah. Tipe Mukalakus, dari toko barang elektroniknya Bagogo bersaudara.

Probe dicat warna ungu. Catnya sudah pudar. Chassisnya tergores oleh banyal hal. Percaya atau tidak, Ice bilang, robot mangkuk ramen itu dulunya samsak tinjunya Halilintar, Taufan, dan Gempa.

Kata Ice, Probe paling sering berurusan dengan Halilintar. Bahkan Probe merayakan ulang tahunnya Halilintar. Dan memberi Halilintar balon.

Fang, Yaya serta Ying yang mengapitnya, dan Gopal di sudut ruangan bersama sekotak cokelat Kibble dan biskuit cokelat couverture menyambut kami. Rupanya Boboiboy lain juga ada di dalam; Gempa dan Solar.

Gopal sibuk makan, tapi ketika dia melihat keberadaan Adudu dan Probe, Gopal menyimpan kotak manisannya ke laci, kemudian dia cepat-cepat berdiri di sebelahnya Fang, yang artinya dia mendesak pundak Yaya untuk menjauh. Yaya tahu Gopal itu tukang cari masalah, jadi Yaya hanya menghiraukannya, sedangkan jika saja aku menjadi Yaya, akan kuinjak sepatu si Gopal sampai dia mengaduh dan meninggalkan ruang rapat.

Gopal menarik kacamata hitam dari saku celananya, dan memasangkannya elok-elok. Aku curiga. Kacamata Gopal terlalu mirip dengan kacamatanya Komander Kokoci yang akhir-akhir ini sedang hilang.

Gopal menyilang tangan, dan berdeham, "Wah, wah, Adudu. Setelah sekian lama, akhirnya kita bertemu lagi."

Adudu tiba di sentral ruangan, bersiap dipersidangi.

"Kupikir kamu sudah bertaubat dengan tidak lagi menginterupsi misi kami." Gopal terkekeh-kekeh. "Aku jadi bernostalgia."

"Aku tidak datang untuk mengganggu!" Dengan suara Doraemon kecepirit serak-serak kering itu lagi, Adudu memekik, dan menatap Gopal kesal. "Seharusnya kamu bisa memutuskan,"

"Betul! Aku punya buktinya. Antena rusaknya juga kamu bawa di bagasi." Probe menimpali.

Adudu sudah menjelaskan semuanya, lewat sambungan intranet pada jam kuasanya Ice. Jam kuasa itu terhubung secara intranet ke jam kuasa Fang, Gopal, Yaya, Ying, regu penjahat, orang TAPOPS, dan staffnya—Gopal telah mendengarkan advokasi Adudu, tapi karena responnya jelek, Adudu misuh-misuh.

Boboiboy x Reader | The VillainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang