- 09

2.6K 422 124
                                    

Jokertu dan aku berlari beriringan, sedangkan Kapten Separo berkuda-kuda untuk mengulurkan tali laso berujung kaitnya pada salah satu dari keempat kuda kaki Ice.

Jugglenaut menjadi personil paling fleksibel di misi ini. Dia membesarkan diri menjadi raksasa badut sialan berhidung tomat, dan berusaha menjangkau kuda esnya Ice.

Sialnya, Ice pergi melalui dua tembok es yang tak bisa dilalui Jugglenaut. Jugglenaut perlu menyesuaikan ukurannya supaya tubuhnya muat. Aku dan Jokertu tidak punya masalah. Kami menyusul Ice di barisan paling depan setelah kail dari Kapten Separo gagal mencengkram kudanya Ice karena lemparannya tidak tepat sasaran.

Sembari berlari, Joktertu melontarkan beberapa lembar kartu. Kali ini, aku yakin Jokertu akan dapat menangkap Ice secara instan, tapi karena daritadi tepak kaki kuda Ice melahirkan banyak sekali frost flower beserta percikan efek nitrogen, kartunya lagi-lagi tidak berguna. Oh. Berguna. Begini, dentum kaki Jugglenaut menghancurkan permukaan es licin dimana daritadi kami berkejaran dengan Ice. Oleh karena itu, celah sempit di sekitar kami juga ikutan retak-retak, keropos, dan longsor ke atas kepalaku. Jokertu menolongku, dia melambungkan tiga kartunya, dan menyihir pilar es di sana agar masuk ke kartu-kartu judinya.

"Dia cepat!" Jokertu mulai mengeluh. Biasanya kalau Jokertu sudah mulai mengeluh, sebentar lagi dia akan berbuat tidak logis dan berujung menjadi tidak berguna di sepanjang pertarungan.

"Dia berkuda. Kita jalan kaki!" Aku mendengus sambil memerhatikan sekeliling, mewaspadai apabila ada salju longsor, dinding es retak dan amblas, atau meteor jatuh.

Kupikir di celah sempit ini, aku dan Jokertu merupakan sisa harapan terakhir. Kapten Separo entahlah kenapa tidak menyusul, barangkali tubuhnya sudah encok karena osteoporosis atau sejenis penyakit rematik, soalnya dia sudah tua, dan Jugglenaut kerepotan menyesuaikan diri.

Glass slipper, atau mari menyebutnya ice slipper di kedua telapak kakiku sama sekali tidak mentrasfer rasa dingin. Permukaan mengkilapnya justru menampung banyak cahaya dan memantulkannya kembali. Aku bisa merasakan aku memakai sesuatu yang sifatnya magical, eksklusif, dan akan menyulut perhatian orang-orang bila aku memamerkannya di fashion show bumi. 

Aku berlari dengan glass slipper tanpa aku kesulitan mengendalikan keseimbangan tubuhku. Slipper esnya mencegah aku jatuh terpleset dari permukaan es yang licin, dan tumpukan salju. Ukurannya pas di telapak kakiku, seakan slipper berhak ini diciptakan khusus untuk ukuran kakiku. Detailnya menawan. Ketika aku melompat supaya aku tidak ditindih kolapsnya bongkahan es raksasa, aku sempat melihat rinciannya. Slippernya lebih mirip terbuat dari kristal tembus pandang. Warnanya bening kebiruan. Di bagian depannya, slippernya memiliki pahatan bunga es dalam bentuk manik-manik berpotongan super rumit.

Aku memfokuskan diri untuk tetap mengejar Boboiboy di atas kudanya. Jokertu dan aku masih berlari berdamping-dampingan. Tubuh kami mulai lelah. Kami tak mampu menyaingi keperkasaan kuda tempur seperti itu, apalagi larian kudanya difasilitasi oleh aktivitas sihir.

Mataku terfokus pada dinding gletser yang mulai membiru. Konsistensinya tak lebih keras daripada dinding es murni seperti tadi, dan kurasa aku bisa memanjat lewat situ.

"Jokertu." Aku memanggilnya dengan suara ngos-ngosan. "Bantu aku naik ke undakan itu."

Aku menunjuk pada objek kasar yang bagian bawahnya dipenuhi stalagmit transparan dan bekuan tanah tinggi.

"Bagaimana caranya?" Jokertu menjawab skeptis. Dia tidak ingin tetap berlari. Langkahnya telah limbung.

"Berikan kedua tanganmu." Aku menarik tangan Jokertu, menyuruhnya berhenti mengejar. Jokertu membungkuk sesuai instruksiku, lalu aku naik ke kedua tangannya yang saling menyatu.

Boboiboy x Reader | The VillainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang