"Boboiboy rasa permen karet." Aku menyundul jari telunjukku ke ujung hidungnya Taufan. Sebagai responnya, Taufan memejamkan mata, dan semakin mendongak padaku—aku duduk di sofa, sedangkan Taufan di karpet. Otomatis, dia kini menjadi lebih pendek dari posisiku. Lucu banget. Mipan zu zu zu, nyam nyam nyam. Taufan zu zu zu, nyam nyam nyam.
"Boboiboy rasa coklat," Sekarang, aku menyentuh ujung hidungnya Gempa dengan lembut, sampai dia tersentak dan menunduk malu. Yang satu ini kalau malu-malu, pipinya membengkak. Apa isi kedua pipi Gempa? Coklat lumer, ya? Marshmellow coklat? Mochi coklat? Boba choco moist cake? Brigaderio coklat? Viennoiserie? Gawat, aku suka banget coklat.
"Boboiboy rasa strawberry," Sekarang gilirannya Blaze. Saat aku menempelkan jari telunjukku ke puncak hidungnya, Blaze terkikik geli. Dia gampang digelitik.
"Boboiboy rasa blue berry," aku melandaskan jariku pada hidung orang di sebelahnya Blaze, Ice. Ice tidak berhenti menatapku, bahkan saat aku menyentuh hidungnya.
"Hatchih!" Tanpa diduga, Ice bersin-bersin. "Hatchoo!"
Ice bersin dua kali. Setiap kali dia bersin, bukannya mengeluarkan ingus kuning lengket, dia malah menyemprotkan bunga es cantik ke udara. Bunga-bunga es itu berbentuk diskoid, kristaloid, dan beberapa butir es lain berwujud butiran salju berkilauan. Tiba-tiba, ruangan ini berubah menjadi miniatur daratan bersalju.
Tadinya, aku duduk di sofa besar, dan para Boboiboy itu duduk di karpet mengelilingiku. Namun karena Ice menurunkan banyak es cantik di sepenjuru atmosfer ruangan, Taufan justru bangkit dan menangkup salah satu bunga esnya, dan terkekeh senang.
Dan kemudian, Blaze juga tidak mau kalah. Mereka berlomba-lomba menangkap kristal esnya, berlarian kesana kemari.
"Boboiboy rasa matcha," Memutuskan untuk tidak mengurusi Taufan dan Blaze, aku melanjutkan ritual mengabsen ini; aku menenggerkan jariku di hidungnya Duri, tahap dua dari Rimba. Duri terkikik. Dia menggelengkan kepalanya sengaja, sambil menikmati rasanya dibuat geli dengan disentuh ujung hidungnya.
"Boboiboy rasa nanas!" Dan terakhir, aku mencubit hidung Solar. Solar tidak bereaksi. Tapi wajahnya bersemburat kemerahan. Dia menahan malu. Dia seperti ingin memprotes, tapi dia tidak bisa, lidahnya kelu. Manisnya tersumbat gengsi. Tidak apa. Aku tetap suka nanas. Apalagi kalau dibuat isian nastar. Solar boleh dimakan?
"Sekarang, aku tinggal mencari Boboiboy rasa cabe merah." Aku menyilang tangan bangga.
Pahlawan TAPOPS unik juga. Mereka memperkerjakan seseorang yang memiliki tujuh power sphera, dan dia mempergunakannya dengan cara membelah diri begini. Aku tak terbiasa melihat tujuh orang berwajah sama. Power sphera mereka pun sifatnya elemen semua.
Satu power sphera saja sudah cukup merepotkan, karena power sphera bekerja dengan mengonsumsi mana. Aku hanya punya satu power sphera, power spheranya Ayah, tapi kadang-kadang, kalau aku memakainya berlebih-lebihan, aku bisa sakit. Tapi Boboiboy menguasai tujuh.
Retak'ka juga. Tapi Retak'ka sampai perlu berkeliling galaksi untuk menyerap azoth, supaya dia bisa mencapai tahap tiga dengan mudah.
Brak!
Pintu ruangan ini dibuka dari luar. Kenopnya sampai membentur dinding di belakangnya. Kepala Jokertu menyembul dari ambang pintu. Dia tertegun menyaksikan keadaan ruangan; bersalju. Frostflower berdatangan dari langit-langit ruangan disertai kepingan kecil salju berkemilauan. Udara juga menjadi agak dingin dan itu bisa merusak pigmen kulitku.
Jokertu menganga, dan setelah dia ingat, Ice bisa berbuat begini, Jokertu langsung berdeham, "Sudah selesai rapatnya?"
"Ya, sudah." Kataku. Aku telah membagikan rancangan misi gabungan ini pada para Boboiboy. Kami belum menyerah untuk mencari Halilintar di Gur'latan. Karena jika bukan Gur'latan, maka, kami tidak punya kecurigaan lain mengenai dimana Halilintar bersembunyi.