TIDAK DI RESTUI

75 15 0
                                    


Malam itu terasa dingin, angin sepoi-sepoi menerpa wajah Erine saat ia berdiri di balkon apartemennya. Di kejauhan, gemerlap lampu kota terlihat seperti ribuan bintang yang bersinar di bawah langit gelap. Di sampingnya, Oline duduk dengan wajah penuh kegelisahan. Mereka sudah berada di sini selama hampir satu jam, berbicara tanpa henti, namun setiap kalimat seakan tak memberikan jawaban pada masalah mereka.

“Ini semakin sulit, Oline,” ucap Erine dengan suara bergetar. “Mereka tidak akan pernah setuju. Kamu tahu itu, kan?”

Oline menunduk, merasakan berat di dadanya. Ia tahu betul maksud Erine. Keluarga mereka tidak merestui hubungan ini, dan alasannya bukanlah hal yang bisa mereka ubah—mereka berasal dari keyakinan yang berbeda. Bagi keluarga Erine, perbedaan agama adalah hal yang tidak bisa ditawar. Begitu juga dengan keluarga Oline.

“Aku tahu,” kata Oline pelan, menatap tanah seolah berharap jawaban datang dari sana. “Tapi, Erine… perasaanku ke kamu nggak bisa begitu saja hilang. Sisa cinta yang ada di hatiku, semuanya hanya untuk kamu. Aku nggak bisa bayangkan hidup tanpa kamu.”

Erine memejamkan matanya sejenak, merasakan air mata mulai menggenang. Ia ingin sekali percaya bahwa cinta mereka bisa mengalahkan semua hambatan, namun realitas selalu datang menghantam keras. Setiap kali ia mencoba meyakinkan keluarganya, mereka hanya memberikan tatapan dingin dan kata-kata penuh penolakan.

“Kita udah berusaha, Oline. Aku udah bicara berkali-kali sama mereka, tapi jawabannya tetap sama. Mereka nggak akan pernah setuju kalau kita bersama,” kata Erine lirih. “Aku tahu kamu juga pasti merasakan hal yang sama di keluargamu.”

Oline mengangguk. Keluarganya pun tidak memberikan restu. Bagaimanapun juga, perbedaan agama adalah sesuatu yang sangat berarti bagi mereka. Oline berulang kali mencoba berdiskusi, meyakinkan bahwa cinta bisa melampaui segalanya, tapi keyakinan orang tuanya tetap tak tergoyahkan.

“Tapi, Erine… aku nggak bisa menyerah begitu saja. Aku cinta kamu,” Oline berkata penuh kepedihan. Matanya menatap Erine dalam-dalam, berharap bisa menemukan sedikit harapan di sana.

Erine tersenyum pahit, menahan air mata yang semakin deras. “Aku juga cinta kamu, Oline. Tapi apa gunanya kalau kita nggak bisa bersama? Cinta aja nggak cukup kalau dunia di sekitar kita terus menolak.”

Hening. Hanya suara angin yang menemani mereka, membawa keheningan yang menyakitkan. Erine tahu betapa besar cinta Oline padanya. Cinta yang tidak pernah goyah meski badai penolakan terus menerpa. Namun, semakin lama mereka bertahan, semakin jelas bahwa cinta mereka mungkin tidak akan pernah bisa berlabuh di tempat yang damai.

“Aku pernah berpikir kalau kita cukup kuat, kita bisa hadapi ini,” kata Erine, suaranya mulai bergetar. “Tapi sekarang aku sadar, mungkin kita hanya menyakiti diri sendiri. Aku nggak mau kamu kehilangan keluargamu karena aku. Dan aku juga nggak bisa meninggalkan keluargaku demi kita.”

Oline menggenggam tangan Erine, mencoba menyalurkan kekuatan melalui sentuhan itu. “Aku akan tetap mencintai kamu, Erine. Mungkin aku nggak bisa melawan semuanya sekarang, tapi sisa cinta di hatiku ini akan selalu ada buat kamu. Walaupun kita nggak bisa bersama seperti yang kita inginkan.”

Erine merasakan genggaman tangan Oline yang hangat. Di balik kata-kata itu, ia tahu bahwa Oline mencoba bertahan, meski hatinya juga hancur. Ia ingin berkata bahwa mereka bisa menemukan cara lain, namun ia tahu bahwa dunia di sekitar mereka lebih kuat dari sekadar harapan dan cinta.

“Kamu akan selalu jadi bagian dari hidupku, Oline. Tapi, mungkin takdir kita bukan untuk bersama. Kita harus berhenti menyakiti diri sendiri dengan terus berharap pada sesuatu yang mungkin nggak pernah bisa terjadi,” ucap Erine dengan suara berbisik, mencoba menerima kenyataan yang begitu pahit.

Oline memejamkan mata, air mata menetes perlahan di pipinya. Ia tahu Erine benar, tapi hatinya tidak bisa dengan mudah menerima kenyataan ini. Mereka telah melalui begitu banyak hal bersama, dan sekarang semua harus berakhir hanya karena sesuatu yang tidak bisa mereka kendalikan.

“Aku nggak akan pernah berhenti mencintai kamu, Erine,” kata Oline pelan. “Mungkin kita nggak bisa bersama, tapi sisa cintaku... hanya untuk kamu.”

Erine tersenyum kecil, meski hatinya terasa semakin hancur. Mereka duduk bersama di sana, dalam keheningan yang menyakitkan, tahu bahwa ini mungkin adalah akhir dari perjalanan cinta mereka. Tapi di dalam hati masing-masing, mereka tahu bahwa cinta mereka tidak akan pernah benar-benar hilang, meski dunia tidak mengizinkan mereka bersama.

Dan malam itu, di bawah bintang-bintang yang tampak jauh, Oline dan Erine berpisah, membawa cinta yang masih ada di hati mereka, namun dengan kesadaran bahwa beberapa hal, meskipun penuh cinta, tak selalu bisa diperjuangkan hingga akhir.

!! Bersambung !!

SISA CINTAKU UNTUKMU (ORINE) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang