OLINE ARALIE WEDDING

35 11 0
                                    


Hari pernikahan Oline dan Aralie akhirnya tiba. Pesta besar itu digelar dengan meriah di sebuah ballroom mewah, dihadiri oleh keluarga besar dan teman-teman terdekat. Semua tampak sempurna, dari gaun pengantin Aralie yang anggun hingga dekorasi yang indah. Namun, di balik semua kemeriahan ini, ada satu perasaan yang tersembunyi di hati Oline—perasaan yang sulit untuk ia ungkapkan.

Oline, pria yang tampan dan selalu terlihat ceria, kini berdiri di depan altar, menunggu Aralie untuk memasuki ruangan. Meskipun dia tahu bahwa pernikahan ini adalah jalan yang harus ia jalani, hatinya merasa kosong. Perasaannya masih tertuju pada seseorang yang jauh di dalam pikirannya—Erine.

Erine, sahabat sekaligus cinta pertama Oline, kini berada di kursi tamu, jauh dari Oline, dengan pandangan yang sayu. Ia melihat Oline berdiri di sana, mengenakan jas pengantin yang rapi, namun di matanya, ada perasaan yang tidak bisa disembunyikan. Erine tahu bahwa Oline menikahi Aralie bukan karena dia tidak mencintai Aralie, tetapi karena perasaan terpaksa dan kewajiban yang ada pada keluarga mereka.

Selama ini, Erine sudah menerima kenyataan bahwa cinta mereka tidak bisa diteruskan. Mereka berasal dari latar belakang yang berbeda, dan pernikahan antara Oline dan Aralie sudah direncanakan jauh sebelum mereka saling mencintai. Namun, meskipun begitu, Erine tidak bisa membohongi hatinya—sisa cintanya hanya untuk Oline.

Ketika Aralie akhirnya melangkah masuk, mengenakan gaun pengantin putih yang indah, semua mata tertuju padanya. Ia terlihat cantik, anggun, dan bahagia. Namun, di balik senyuman manisnya, Aralie tahu bahwa pernikahan ini tidaklah sempurna. Meskipun ia mencintai Oline, ia juga tahu bahwa di dalam hati Oline, ada tempat yang tidak bisa ia isi—tempat yang selalu ada untuk Erine.

Pernikahan dimulai dengan penuh haru. Oline berdiri di samping Aralie, mencoba untuk menunjukkan senyuman terbaiknya, meski hatinya terasa sangat berat. Ketika ijab kabul dilontarkan, ia mendengar suaranya sendiri, tetapi semua itu terasa begitu jauh. Oline tahu, saat ini, dia tidak hanya menikahi Aralie, tetapi juga melepaskan semua harapan untuk bersama dengan Erine.

Ketika resepsi dimulai, Oline dan Aralie berdansa bersama di lantai dansa, di tengah sorakan tamu undangan. Aralie tersenyum bahagia, tetapi Oline merasa seperti sedang terjebak dalam mimpi buruk. Meskipun ia berusaha untuk menikmati malam itu, perasaan kosong dan terluka tak bisa disembunyikan.

Di sisi lain, Erine berdiri di sudut ruangan, menatap mereka dengan hati yang berat. Semua kenangan indah bersama Oline terlintas begitu saja dalam pikirannya—kenangan masa kecil, saat mereka tertawa bersama, dan saat mereka saling berbagi mimpi. Namun, semua itu kini tinggal kenangan. Erine tahu bahwa Oline memilih untuk menjalani hidupnya dengan Aralie, meskipun perasaan cinta yang sebenarnya ada untuknya.

Tiba-tiba, Oline menyadari bahwa pandangannya tertuju pada Erine. Dalam kerumunan tamu, ia melihat Erine berdiri sendirian, dengan tatapan kosong yang penuh dengan perasaan yang tak terucapkan. Hati Oline terasa sakit, dan seolah-olah waktu berhenti sejenak.

**"Erine,"** bisik Oline dalam hati. **"Sisa cintaku hanya untukmu."**

Aralie yang sedang berdansa dengan Oline tidak menyadari pandangan Oline yang tertuju pada Erine. Namun, dalam hatinya, ia merasakan ada sesuatu yang tidak beres. Aralie sudah lama merasa ada sesuatu yang tidak lengkap dalam pernikahan ini. Meski ia mencintai Oline, ia juga tahu bahwa Oline tidak sepenuhnya bisa melepaskan Erine dari hatinya.

Setelah beberapa waktu, Oline memutuskan untuk menghampiri Erine. Meninggalkan Aralie di tengah keramaian, ia berjalan menuju Erine yang sedang berdiri di pojok ruangan. Erine menatapnya dengan mata yang sendu, dan meskipun ia mencoba tersenyum, air mata perlahan turun dari pipinya.

**"Oline,"** ucap Erine dengan suara lemah. **"Kamu baik-baik saja?"**

Oline hanya mengangguk, meskipun hatinya terasa hancur. Ia berdiri di depan Erine, memandang mata gadis itu dengan penuh perasaan. **"Aku menikahi Aralie,"** katanya, suaranya bergetar. **"Tapi sisa cintaku... hanya untukmu."**

Erine menatap Oline dengan hati yang terluka. Ia sudah tahu perasaan Oline, dan ia juga tahu bahwa ini adalah jalan yang tidak bisa mereka lewati bersama. Namun, meskipun begitu, ia merasa sakit. Sakit karena harus melepaskan Oline meski ia masih mencintainya.

**"Aku tahu, Oline,"** jawab Erine, suaranya hampir berbisik. **"Aku juga mencintaimu. Tapi aku sudah belajar untuk menerima kenyataan ini."**

Oline menghela napas panjang, mencoba menahan air mata yang ingin keluar. **"Aku akan selalu mencintaimu, Erine,"** katanya lagi, dengan perasaan yang semakin berat. **"Meskipun aku menikahi Aralie, hatiku tetap di sini, bersamamu."**

Erine menundukkan kepalanya, merasakan berat di dadanya. **"Aku ingin kamu bahagia, Oline. Aku akan selalu mendukungmu, meski bukan di sisimu."**

Keduanya saling berdiam diri sejenak, merasakan kenyataan yang pahit namun harus diterima. Oline memeluk Erine erat untuk terakhir kalinya, merasakan kehangatan yang selalu ia rindukan, meskipun itu hanya untuk sejenak.

Ketika Oline kembali ke sisi Aralie, ia tahu bahwa hidupnya kini sudah berubah selamanya. Meskipun ia menikahi Aralie, di dalam hatinya hanya ada satu nama—Erine.

Pernikahan ini mungkin resmi, tetapi cinta yang sesungguhnya tetap tinggal di dalam hati mereka berdua. Sisa cinta Oline hanya untuk Erine, dan meskipun mereka berpisah, cinta itu tidak akan pernah padam.

SISA CINTAKU UNTUKMU (ORINE) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang