OLINE TABRAKAN

31 12 0
                                    


Hari itu, cuaca tampak cerah meskipun angin sepoi-sepoi menerpa wajah Oline yang sedang berjalan menuju kantor. Pikirannya penuh dengan kebingungannya sendiri, terjebak antara perasaan yang belum selesai dan kenyataan yang harus diterima. Dalam beberapa hari ke depan, ia akan menikah dengan Aralie, wanita yang dipilihkan keluarganya untuknya.

Namun, di dalam hatinya, hanya ada satu nama—Erine.

Oline mencoba menerima kenyataan bahwa dirinya dan Erine tidak bisa bersama, meskipun keduanya saling mencintai. Semua ini terjadi karena perbedaan yang tidak bisa disatukan, dan karena tekanan keluarga yang tidak memberikan ruang untuk memilih. Namun, meski Oline mencoba menenangkan dirinya, perasaan itu tetap menguasai hatinya. Sisa cintanya hanya untuk Erine.

Saat Oline melangkah di jalan raya menuju kantor, tiba-tiba sebuah mobil melaju dengan kecepatan tinggi, dan dalam sekejap, terjadilah kecelakaan. Sebuah tabrakan keras terdengar, dan tubuh Oline terpelanting ke sisi jalan. Suasana menjadi kacau, dan orang-orang berlarian untuk membantu. Aralie yang sedang dalam perjalanan menuju rumah Oline pun tiba di tempat kejadian dan segera menghampiri.

**Erine**, yang kebetulan melewati jalan itu, juga melihat kejadian tersebut. Hatinya tergetar melihat Oline yang terjatuh. Tanpa berpikir panjang, Erine berlari menuju Oline dan memegang tangannya.

"Ini semua salahku, Oline," bisik Erine, merasa cemas. "Aku nggak bisa membiarkan kamu pergi begitu saja."

Oline membuka matanya perlahan, tampak lemah dan bingung. Matanya bertemu dengan mata Erine, dan meski dalam keadaan terpuruk, perasaan yang sudah lama terpendam muncul begitu saja.

"Erine..." suara Oline terdengar lemah. "Aku... aku hanya bisa mencintaimu."

Erine menatap Oline dengan mata yang berkaca-kaca. "Aku juga, Oline. Sisa cintaku hanya untukmu," jawab Erine, suaranya bergetar. "Tapi aku takut kalau semuanya sudah terlambat."

Tepat pada saat itu, Aralie datang menghampiri mereka. Ia melihat Oline tergeletak di tanah, dan raut wajahnya terlihat cemas. "Oline, kamu oke?!" Aralie bertanya dengan panik.

Oline mencoba tersenyum, meski kesakitan. "Aku baik-baik saja," jawab Oline pelan, lalu menatap Erine dengan mata penuh makna. "Tapi hati aku... hanya untukmu, Erine."

Aralie terdiam sejenak, mendengar kata-kata itu. Ia sudah tahu tentang hubungan erat antara Oline dan Erine, tetapi tak pernah menduga jika perasaan itu masih ada di hati Oline. Sebagai seorang wanita yang sudah dipilihkan untuk Oline, perasaan cemburu dan kesedihan mengalir begitu saja.

"Kamu harus memutuskan, Oline," kata Aralie dengan suara pelan namun penuh penekanan. "Aku di sini bukan hanya untuk jadi pelarianmu, bukan hanya untuk menjadi pilihan kedua."

Oline merasakan perasaan yang sangat berat. Tubuhnya masih terasa lemah, tetapi hatinya semakin bingung. Ia ingin memilih Erine, wanita yang sejak lama ada di hatinya, tetapi ia tahu perasaan Aralie juga sangat tulus. Dan sekarang, perasaan itu terjebak di antara dua wanita yang sangat berarti dalam hidupnya.

Erine menggenggam tangan Oline lebih erat, namun matanya tetap menatap Aralie. "Oline, kamu harus memikirkan masa depanmu," kata Erine dengan suara pelan. "Aku ingin kamu bahagia, meskipun itu berarti kita harus berpisah."

Oline menatap mereka berdua dengan rasa sesak di dada. "Aku... aku nggak tahu harus bagaimana. Aku mencintaimu, Erine. Tapi aku juga nggak bisa meninggalkan Aralie begitu saja."

Kesedihan di mata Erine semakin terlihat, namun ia tetap berusaha tersenyum. "Aku akan selalu mencintaimu, Oline," ucap Erine sambil meneteskan air mata. "Tapi jika memang ini yang terbaik untukmu, aku akan mencoba melepaskanmu."

Namun, perasaan Oline tidak bisa begitu saja dilupakan. Ketika dokter datang untuk memeriksa, Oline memutuskan untuk dirawat di rumah sakit untuk beberapa waktu. Dan selama proses pemulihan itu, perasaan cinta dan kebingungannya semakin kuat. Ia tahu, meskipun Aralie adalah wanita yang baik, sisa cintanya hanya untuk Erine.

Selama beberapa hari, Oline berpikir keras dan akhirnya membuat keputusan. Ketika ia sudah cukup pulih, ia mengundang Erine dan Aralie ke rumah sakit untuk berbicara.

"Saya tahu ini sangat sulit untuk kalian berdua," kata Oline, tatapannya serius. "Tapi saya sudah memutuskan. Sisa cintaku hanya untuk Erine. Aku tak bisa hidup tanpa mencintainya."

Erine menatap Oline dengan penuh haru dan lega, sementara Aralie menundukkan kepala, menerima kenyataan yang sudah terjadi. Aralie sudah tahu bahwa perasaan Oline tak pernah sepenuhnya untuknya. Meskipun rasa sakit itu menghantam, ia tahu keputusan ini adalah yang terbaik bagi Oline.

Erine dan Oline akhirnya bersama, meskipun perjalanan mereka tidak mudah. Mereka berdua memulai hidup baru, belajar untuk mengatasi rintangan yang datang, namun mereka tahu, meskipun dunia menguji mereka, cinta mereka akan selalu bertahan.

"Terima kasih sudah menunggu, Oline. Aku akan selalu mencintaimu," kata Erine, menggenggam tangan Oline erat.

SISA CINTAKU UNTUKMU (ORINE) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang