ARALIE HAMIL

47 12 0
                                    


Setelah beberapa bulan menikah, kehidupan Oline dan Aralie tampak berjalan dengan biasa saja. Oline, meski hatinya masih penuh dengan perasaan yang tak bisa diungkapkan, berusaha menjalani perannya sebagai suami dengan sebaik mungkin. Sementara Aralie, istrinya, tampak bahagia, meskipun Oline tahu ada keraguan di matanya yang selalu ia coba sembunyikan.

Namun, kenyataan hidup tidak pernah berjalan seperti yang direncanakan. Suatu hari, Aralie datang kepada Oline dengan berita yang tak pernah mereka bayangkan sebelumnya.

**“Oline,”** kata Aralie pelan, memandang suaminya dengan mata yang penuh kebingungan. **“Aku... aku hamil.”**

Berita itu datang seperti petir di siang bolong. Oline terdiam, seolah kata-kata itu tidak benar-benar masuk ke dalam pikirannya. Aralie hamil? Meskipun mereka sudah menikah, dan mungkin itu hal yang seharusnya diharapkan, perasaan Oline tetap bingung. Ada kebahagiaan karena ini adalah tanda bahwa mereka akan menjadi orangtua, tapi ada juga rasa kesepian yang mendalam, karena hatinya masih tertinggal pada seseorang yang bukan istrinya.

**“Aku... aku nggak tahu harus merasa bagaimana, Aralie,”** Oline akhirnya berkata dengan suara serak. **“Aku ingin sekali bisa merasa bahagia untukmu. Tapi... hatiku masih... sulit untuk menerima kenyataan ini.”**

Aralie menatap suaminya dengan cemas, matanya tampak basah. **“Oline, aku tahu kamu masih memikirkan Erine,”** ucapnya pelan. **“Aku tahu, kamu tidak pernah bisa sepenuhnya melupakan dia. Tapi aku berharap kita bisa menjalani hidup kita bersama. Aku ingin membangun keluarga denganmu.”**

Oline menundukkan kepalanya. Benar, hatinya masih penuh dengan Erine, meskipun ia tahu Erine tidak bisa lagi menjadi bagian dari hidupnya. Erine adalah cinta pertama Oline, wanita yang sudah lama ia cintai, tetapi perbedaan antara mereka terlalu besar untuk dipertahankan. Kini, ia terjebak dalam pernikahan dengan Aralie, yang meskipun baik hati dan mencintainya, tidak bisa menggantikan tempat yang pernah dimiliki oleh Erine di hatinya.

**“Aku minta maaf, Aralie. Aku ingin menjadi suami yang baik untukmu. Tapi kamu harus tahu bahwa sisa cintaku... hanya untuk Erine,”** kata Oline, suaranya hampir berbisik.

Aralie terdiam. Ia tahu bahwa Oline mencintai Erine, meskipun Oline sudah memutuskan untuk menikahi dirinya. Perasaan itu adalah beban yang harus mereka bawa bersama dalam pernikahan ini, dan Aralie merasa terluka, namun ia tahu ini adalah kenyataan yang harus dihadapi.

**“Oline, aku tahu ini tidak mudah. Tapi aku ingin kita mencoba. Kamu bisa mencintai Erine dengan cara yang berbeda, dan kita bisa membangun masa depan bersama. Untuk anak kita, dan untuk kita berdua,”** ucap Aralie dengan penuh harap, meskipun ada air mata yang menggenang di matanya.

Oline merasa sangat terbebani. Di satu sisi, ia ingin memberikan kebahagiaan kepada Aralie, yang sekarang tengah mengandung anak mereka. Namun, di sisi lain, ia tidak bisa membohongi perasaannya sendiri. Hatinya masih tertinggal pada Erine, meskipun ia tahu itu adalah perasaan yang tak mungkin terwujud.

---

Sementara itu, Erine mendengar kabar tentang kehamilan Aralie dari teman-temannya. Berita itu membuat Erine terdiam sejenak. Ia tahu ini saat yang sulit bagi Oline, dan meskipun ia sudah berusaha untuk melepaskan cinta mereka, kenyataan ini tetap membuat hati Erine terasa nyeri.

Erine masih mencintai Oline, meskipun mereka sudah berpisah. Kenangan mereka berdua, kenangan masa kecil yang penuh kebahagiaan, tak pernah bisa ia lupakan begitu saja. Namun, melihat Oline bersama Aralie, membuat Erine merasa bahwa ini adalah waktu yang tepat untuk ia benar-benar melangkah maju.

Pada suatu sore yang cerah, Erine memutuskan untuk bertemu dengan Oline. Ia tahu ini mungkin bukan saat yang tepat, tapi ia merasa bahwa pertemuan ini bisa memberi sedikit kejelasan dalam hidup mereka.

Ketika mereka bertemu di sebuah taman, Oline tampak lebih kurus dari biasanya. Ada kelelahan yang jelas terlihat di wajahnya, dan meskipun ia berusaha tersenyum, Erine bisa merasakan betapa berat hatinya.

**“Oline, aku dengar kabar tentang Aralie,”** Erine memulai, mencoba membuka percakapan. **“Kamu akan menjadi ayah.”**

Oline hanya mengangguk, tampak bingung dan cemas. **“Iya, Erine. Aku tahu ini sulit untuk dijalani. Tapi aku harus menjalani ini demi Aralie dan anak kami.”**

Erine menatap Oline dalam-dalam. **“Kamu sudah memutuskan untuk menikahi Aralie, dan aku tahu itu adalah pilihan yang terbaik untukmu. Tapi aku hanya ingin kamu tahu, aku selalu mencintaimu, meskipun kita nggak bisa bersama.”**

Oline terdiam sejenak, lalu menghela napas panjang. **“Erine, aku juga masih mencintaimu. Tapi perasaanku ini sudah terlambat. Aku harus menjalani hidupku dengan cara yang benar.”**

Erine menundukkan kepalanya, menahan air mata yang ingin keluar. **“Aku mengerti, Oline. Aku hanya ingin kamu bahagia. Mungkin saat ini, aku harus benar-benar melepaskanmu, agar kamu bisa menjalani hidupmu dengan baik.”**

Mereka berdua terdiam, merasakan kenyataan yang tak bisa dihindari. Oline sudah memilih jalan hidupnya, dan meskipun perasaan mereka masih ada, kehidupan mereka sudah berbeda.

**“Sisa cintaku hanya untukmu, Erine. Tetapi aku harus maju dan menerima kenyataan ini,”** Oline akhirnya berkata dengan suara pelan.

Erine tersenyum lemah, meski hatinya terasa hancur. **“Aku akan selalu mencintaimu, Oline. Aku hanya berharap kamu dan Aralie bisa bahagia.”**

Mereka berdua saling berpandangan untuk terakhir kalinya, sebelum akhirnya berpisah. Erine tahu bahwa perasaannya untuk Oline akan selalu ada, namun kini ia harus melepaskan cinta itu untuk memberi ruang bagi Oline untuk menjalani kehidupannya yang baru.

Dan sementara itu, Oline harus menghadapi kenyataan bahwa meskipun ia mencintai Erine, ia harus melangkah maju dengan tanggung jawab yang kini ada di depannya—sebagai seorang suami, dan sebagai seorang ayah.

SISA CINTAKU UNTUKMU (ORINE) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang