ANIN MAKIN MENJADI"

24 7 0
                                    


Waktu berlalu, tetapi kesulitan dalam hubungan Oline dan Aralie semakin memuncak. Oline berusaha sekuat tenaga untuk memperbaiki kesalahannya, namun kenyataan yang harus dihadapi jauh lebih rumit daripada yang ia bayangkan. Hubungan terlarang dengan Anindya (Anin) semakin menjadi-jadi, dan dampaknya begitu besar terhadap kehidupan Oline, Aralie, dan bahkan orang-orang di sekitar mereka.

---

Di kantor, Anindya semakin agresif dalam mendekati Oline. Tak hanya menjadi teman dekat di tempat kerja, Anindya kini berusaha lebih keras untuk membuat Oline tergoda, dan Oline, yang sebelumnya berusaha menjaga jarak, merasa semakin terjebak dalam permainan perasaannya.

Suatu hari, setelah pulang kerja, Oline merasa bingung dan lelah. Sejak malam itu, ia tidak bisa berhenti memikirkan Anindya dan percakapan mereka yang seolah menjadi pancingan untuk masuk lebih dalam ke dalam godaan. Anindya yang selalu memberikan perhatian dan merawat perasaan Oline membuatnya semakin tergoda untuk menyerah pada perasaan tersebut, meskipun ia tahu itu salah.

"Oline, kamu tahu apa yang sebenarnya kamu inginkan, kan?" suara Anindya terus terngiang di telinganya. "Kamu tidak bisa terus bersembunyi di balik alasan dan kewajibanmu. Kamu berhak merasa bahagia."

Oline terhimpit, di satu sisi ia ingin kembali ke keluarganya, kembali pada Aralie, Fritzy, dan Elian. Namun, di sisi lain, Anindya membuatnya merasa dihargai, diperhatikan, dan dirindukan.

---

Sementara itu, Aralie merasakan bahwa ada sesuatu yang tidak beres. Setiap kali Oline pulang, ada sikap yang berbeda—terlihat jauh lebih penat dan penuh kecemasan. Aralie sudah berusaha berbicara, tapi Oline selalu menghindar. Namun, sesuatu dalam hati Aralie sudah mulai mencurigai adanya hubungan lain di luar pernikahan mereka.

Suatu malam, setelah Oline pulang terlambat dari kantor, Aralie memutuskan untuk menghadapinya.

"Oline, aku tahu ada yang salah," kata Aralie dengan suara penuh rasa sakit, "Kenapa kamu begitu jauh dari aku? Apa yang sedang terjadi?"

Oline hanya bisa diam. Air mata mulai mengalir di wajah Aralie. "Aku tahu kalau ada seseorang yang lebih penting dari aku, kan? Aku sudah cukup sabar, Oline. Aku merasa seperti aku kehilanganmu."

Namun, Oline hanya bisa menunduk, merasa terjebak dalam rasa bersalah yang mendalam. "Aku... aku minta maaf, Aralie. Tapi aku bingung. Anindya... dia membuatku merasa hidup lagi," ucap Oline dengan suara tercekat, namun penuh penyesalan.

---

Erine, yang saat ini bersama Kimmy, mendengar kabar tentang permasalahan rumah tangga Oline dan Aralie dari seorang teman. Ia merasa hati Erine terguncang. Meskipun mereka sudah lama berpisah, Erine masih memiliki perasaan terhadap Oline. Ia merasa kasihan dengan Aralie, namun di sisi lain, ia juga merasa cemas bahwa Oline akan jatuh lebih dalam ke dalam hubungan dengan Anindya.

Malam itu, Erine memutuskan untuk menemui Oline. Meski sudah lama tidak berhubungan, dia merasa bahwa Oline perlu disadarkan.

"Oline, apa yang kamu lakukan? Kamu tahu kalau kamu sudah memiliki keluarga yang bahagia. Kenapa kamu harus menghancurkannya?" tanya Erine dengan suara lembut namun penuh kecemasan.

Oline menatap Erine dengan tatapan kosong, tidak tahu harus berkata apa. "Erine, aku salah. Aku tahu aku harusnya tidak melakukannya. Tapi Anindya... dia membuatku merasa dilihat lagi, membuatku merasa dihargai."

Erine menghela napas. "Kamu melupakan hal yang terpenting, Oline. Keluargamu. Aralie, Fritzy, dan Elian—mereka membutuhkanmu. Jangan biarkan dirimu tersesat dalam godaan yang akhirnya hanya akan merusak semuanya."

---

Hari-hari berlalu, tetapi Oline semakin merasa terperangkap. Ia mulai sering mengabaikan Aralie dan anak-anaknya. Setiap kali Anindya mengirim pesan atau menelepon, Oline merasa seperti mendapatkan pelarian dari semua tanggung jawabnya. Namun, perasaan itu hanya sementara. Setelah berhubungan dengan Anindya, ia selalu merasa cemas dan bersalah.

Di sisi lain, Aralie berusaha memahami, meskipun hatinya terluka. Setiap kali Oline pulang, ia melihat suaminya semakin tenggelam dalam kesedihan. Aralie tahu bahwa ia harus memutuskan apakah ia bisa memaafkan Oline atau justru memilih untuk berpisah. Meskipun rasa cintanya masih ada, Aralie merasa sulit untuk melanjutkan hubungan mereka tanpa adanya kepercayaan yang utuh.

---

Pada suatu malam yang kelam, setelah Oline kembali dari kerja, Aralie menghadapinya untuk terakhir kali.

"Oline, aku sudah cukup. Aku tidak bisa melanjutkan ini jika kamu tidak serius," ucap Aralie dengan suara bergetar, penuh amarah dan kesedihan. "Kamu memilih untuk berada di sisi Anindya, bukan di sisi keluarga kita."

Oline terdiam, tidak bisa berkata apa-apa lagi. Ia tahu bahwa ini adalah titik terendah dalam hidupnya, dan ia sudah terlalu jauh dari Aralie. Meskipun hatinya ingin meminta maaf dan kembali, rasa bersalah dan godaan dari Anindya terlalu kuat untuk ditahan.

Di saat yang sama, Erine merasa kecewa melihat semuanya berakhir seperti ini. Meski ia tidak lagi bersama Oline, ia tahu bahwa hubungan mereka memiliki cerita yang tak mudah dilupakan. Namun, ia juga tahu bahwa ini adalah waktu yang tepat bagi Oline untuk memilih jalan yang benar.

---

Akhirnya, Oline menghadapi kenyataan bahwa ia harus memilih antara keluarganya atau hubungan yang semakin merusak dirinya. Aralie memutuskan untuk memberikan Oline waktu untuk berpikir, dan Oline harus memutuskan apakah ia ingin memperbaiki semuanya, atau menyerah pada godaan yang ada.

"Sisa cintaku hanya untukmu, Aralie," pikir Oline dalam hati, namun ia tahu bahwa memperbaiki semuanya bukanlah hal yang mudah.

SISA CINTAKU UNTUKMU (ORINE) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang