ERINE SAKIT

33 13 0
                                    


Hari itu, Oline sedang duduk di ruang tamu rumahnya, memandang layar ponselnya yang bergetar tanpa henti. Pesan-pesan masuk, panggilan telepon bertubi-tubi, tetapi semua perhatiannya terfokus pada satu hal. Erine.

Sudah beberapa hari ini, Erine tidak bisa dihubungi. Oline mencoba menahan perasaan cemasnya, tetapi semakin hari, kekhawatirannya semakin bertambah. Erine, gadis yang selalu menjadi bagian dari hidupnya, kini terbaring sakit di rumah, dan Oline merasa ada sesuatu yang lebih dari sekedar sakit biasa.

Sudah beberapa bulan sejak perjodohan Oline dengan Aralie diumumkan oleh kedua keluarga mereka. Meskipun perasaan Oline masih untuk Erine, ia tak bisa melawan takdir yang sudah ditentukan. Tapi cinta itu, meski tersembunyi, tetap ada. Dan sekarang, dengan keadaan Erine yang sakit, Oline merasa cemas, tidak hanya sebagai seorang teman, tapi juga sebagai seseorang yang sangat mencintainya.

---

Di sisi lain, Erine terbaring lemah di tempat tidur rumahnya. Tubuhnya terasa sangat lelah, dan matanya yang sayu menceritakan betapa besar rasa sakit yang ia alami. Sakitnya bukan hanya fisik, tetapi juga hati. Erine merasa terjebak dalam dilema, antara kenyataan bahwa Oline kini akan menikah dengan Aralie, dan perasaan cinta yang terus menghantuinya.

Sejak beberapa minggu terakhir, Erine mulai merasakan gejala-gejala yang aneh. Mulai dari demam tinggi hingga rasa nyeri yang tak bisa dijelaskan. Dokter mengatakan bahwa itu hanya kelelahan dan stres, namun Erine tahu bahwa semua ini berhubungan dengan perasaannya yang tak bisa ia ungkapkan. Ketika Oline mengumumkan akan menikah dengan Aralie, perasaan kecewa dan kesakitan itu semakin mendalam.

Di saat itulah, Oline datang.

---

"Erine," suara Oline terdengar pelan namun penuh kecemasan. Erine membuka matanya yang hampir tertutup, dan melihat sosok Oline berdiri di pintu kamar, wajahnya penuh khawatir. "Kamu nggak apa-apa?"

Erine tersenyum lemah, meskipun tubuhnya terasa lemah. "Aku baik-baik saja, Oline. Hanya sedikit sakit."

Oline melangkah mendekat, duduk di samping tempat tidur Erine, memegang tangannya dengan lembut. "Kamu nggak harus memendam semuanya sendirian, Erine," ucap Oline, suaranya penuh kehangatan. "Aku tahu kamu merasa sakit, bukan hanya fisik, tapi juga perasaan."

Erine menatap Oline dengan mata yang penuh kesedihan. "Aku... aku nggak tahu apa yang harus aku lakukan, Oline. Aku tahu kamu sudah dijodohkan dengan Aralie, dan aku harus menerima kenyataan itu. Tapi hatiku, sisa cintaku... hanya untukmu."

Oline merasa dadanya terhimpit. Ia menggenggam tangan Erine dengan lebih erat. "Erine, aku juga mencintaimu," jawab Oline dengan suara bergetar. "Aku tahu aku akan menikah dengan Aralie, tetapi hatiku tetap di sini, bersama kamu. Aku nggak tahu bagaimana aku bisa menghadapi semua ini."

Erine meneteskan air mata, merasakan beban yang semakin berat. "Lalu kenapa, Oline? Kenapa kita harus terpisah, jika kita masih saling mencintai? Aku nggak kuat, Oline," ucap Erine, suaranya pecah.

Oline menarik napas panjang, mencoba menenangkan dirinya. "Keluargaku sudah mengatur segalanya, dan aku nggak bisa melawan mereka, Erine. Tapi itu bukan berarti perasaanku untukmu berubah. Sisa cintaku hanya untukmu, dan aku nggak akan pernah bisa melupakanmu."

Saat itu, Aralie tiba-tiba datang ke kamar Erine. Wajahnya menunjukkan rasa khawatir yang dalam. "Oline, Erine, aku dengar kamu sakit, Erine," kata Aralie, suaranya cemas. "Aku sudah memanggil dokter untuk memeriksa keadaanmu."

Erine hanya tersenyum lemah kepada Aralie, tetapi matanya tetap terfokus pada Oline. Aralie melihat keraguan di mata Oline, dan meskipun ia tahu hubungan Oline dengan Erine sangat dekat, hatinya tetap terasa sakit.

"Oline, aku tahu ini semua sulit, tetapi kita sudah membuat keputusan," kata Aralie pelan. "Kamu harus melanjutkan pernikahan kita, untuk kebaikan keluarga kita."

Oline menatap Aralie, hatinya tertekan. Ia tahu apa yang harus dilakukan, tetapi perasaannya untuk Erine begitu kuat. Namun, Aralie benar. Mereka sudah dijodohkan, dan keputusan ini tak bisa diubah begitu saja.

"Aku... aku tahu, Aralie. Aku hanya... ingin Erine sehat dulu," jawab Oline pelan.

Erine menatap mereka berdua, matanya yang sayu penuh dengan perasaan yang tak bisa diungkapkan. "Aku tahu, Oline, kamu sudah punya jalan hidupmu. Aku... aku hanya ingin kamu tahu, bahwa cintaku untukmu tak akan pernah berubah," ucap Erine dengan suara lembut. "Aku hanya berharap kamu bahagia, meskipun itu tidak bersamaku."

Oline menggenggam tangan Erine lebih erat, tak mampu berkata-kata. Hatinya terasa hancur, tetapi ia tahu perasaannya yang mendalam untuk Erine tak akan pernah bisa hilang, meskipun ia harus menjalani hidup dengan Aralie.

---

Beberapa minggu kemudian, Erine mulai membaik dari sakitnya. Meskipun tubuhnya semakin kuat, namun perasaan cinta yang terpendam itu tetap ada. Sementara itu, Oline dan Aralie melanjutkan persiapan untuk pernikahan mereka, meskipun di hati Oline, hanya ada satu nama—Erine.

"Sisa cintaku hanya untukmu, Erine," bisik Oline dalam hati, berharap suatu hari mereka bisa bersama, meskipun jalan mereka berbeda sekarang.

SISA CINTAKU UNTUKMU (ORINE) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang