part 32

967 144 48
                                    











Di chapter sebelumnya aku tidak mengatakan bahwa di chapter yang ini akan ada badai ya gais, aku hanya mengatakan bahwa sebelum book ini benar-benar berakhir, masih akan ada badai yang menerjang hubungan Jungkook dan Jin. Tapi aku juga belum tau badai itu akan terjadi di chapter berapa..

Tapi bisa saja badainya tidak benar-benar terjadi, karena tidak ada yang mustahil bagi author hahahaha

Selamat membaca dan jangan lupa tinggalkan vote dan komennya ya gais!








             🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺









"Selamat datang Seokjin! Jungkook! Mari masuk! jangan canggung ya Jin anggap saja rumah kamu sendiri." Jimin menyambut Jin dan Jungkook yang baru saja datang di rumahnya.

Jimin lalu merangkul bahu Jin dan membawanya untuk masuk ke dalam rumahnya, meninggalkan Jungkook di belakang mereka.

"Bagaimana keadaanmu Jimin? Apakah masih ada yang sakit?" Tanya Jin sambil berjalan pelan bersama Jimin, untuk menuju ke ruangan yang telah disiapkan untuk acara makan malam mereka.

"Aku sudah baik-baik saja sekarang Jin, jangan khawatirkan apapun, luka bekas tusukannya bahkan sudah mengering dan sudah bisa dilepas perbannya dalam beberapa hari ke depan." Jawab Jimin dengan senyum manisnya, yang hampir membuat kedua matanya menghilang.

"Syukurlah kalau begitu, aku benar-benar berterima kasih dan aku juga meminta maaf padamu Jimin, seharusnya aku yang terluka waktu itu, Tapi karena kamu menolongku justru kamulah yang malah menjadi terluka." Sesal Jin.

Jimin mendecakkan lidahnya setelah mendengar perkataan Jin. "Jangan katakan hal itu! aku sama sekali tidak menyesal sudah melakukannya, apalagi setelah aku tahu bahwa ternyata aku menyelamatkan dua orang sekaligus, aku menyelamatkanmu dan juga calon keponakanku." Jimin mengelus lembut perut Jin yang sudah mulai sedikit menggembung.

"Benarkan dugaanku waktu itu, kalau kau dan Jungkook selalu bermain tanpa menggunakan pengaman, kau  kemungkinan besar akan hamil Seokjin, dan itu benar-benar terbukti sekarang."

Jin menganggukkan kepalanya.  "Iya itu benar Jimin, dan sebenarnya aku selalu memikirkan tentang pengaman ketika Jungkook sedang melakukannya, tetapi Jungkook tidak pernah mau menggunakannya, hingga akhirnya aku harus mengandung anaknya."

Jimin bisa melihat dengan jelas bahwa ada sedikit rasa sesal yang tersirat dari mata bening Jin, dan ia bisa mengerti tentang hal itu, karena Biar bagaimanapun Jin pasti belum siap untuk hamil dan menjadi seorang ibu, di usianya yang masih muda dan bahkan statusnya belum menikah.

"Hmm.. kau benar Jimin, tapi sekarang semuanya sudah terlambat dan menyesal pun sudah tidak ada gunanya, aku juga tidak mungkin menyakiti anak ini karena Biar bagaimanapun dia juga adalah darah dagingku, dia berhak untuk hidup dan dia berhak untuk terlahir ke dunia ini."

Jimin menggenggam erat kedua tangan Jin.  "Jangan khawatirkan apapun! hiduplah dengan baik dan jaga kesehatanmu dan juga bayi mu, walaupun Jungkook memang sering berbuat kasar dan menyebalkan, tapi sebenarnya dia itu adalah anak yang baik Seokjin, asalkan kamu bisa mengambil hatinya dan membuatnya merasa nyaman bersamamu."

Jin menganggukkan kepalanya Seraya tersenyum sendu, ia merasa seperti memiliki sahabat baru ketika Jimin sudah kembali dari rumah sakit.

"Terima kasih banyak Jimin! Mulai sekarang sering-seringlah main ke rumah Jungkook, karena aku sendirian di sana Jimin, aku kesepian."  

Jimin secara refleks memeluk tubuh Jin yang terlihat begitu rapuh.

masa depan memang tidak pernah ada yang tahu, jika dulu Jimin begitu sangat membenci Jin meskipun tanpa alasan yang jelas, lalu sekarang secara tiba-tiba Jimin justru menjadi begitu baik dan menyayangi Jin dengan tulus.

black and white Love (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang