Bab 23. Berdamai

92 16 2
                                    

Kini Amato telah dilarikan ke rumah sakit, saat dalam ambulans hanya ada Hali. Serta beberapa tim medis yang berusaha memberikan pertolongan semampunya pada Amato.

"Hali..." Ucap Amato lirih, sambil menahan rasa sakitnya.

"Ayah, Ayah harus bertahan kita akan segera sampai di rumah sakit" Ucap Hali menggenggam tangan Ayahnya, dengan air mata yang mengalir deras.

"A-yah har-us pergi sa-yang" Ucap Amato.

"Ayah nggak boleh pergi, apa yang harus aku bilang ke adik-adik kalau Ayah pergi" Ucap Hali.

"Ja..ga diri..ka..lian baik...baik ya.., ja..ngan pernah... mem..ben..ci si..apa...pun, se..mua ini...murni... ke...celaka..an" Ucap Amato

"Tapi Ayah, kami semua masih membutuhkan Ayah, Ayah jangan pergi... hiks" Kali ini Hali benar-benar menangis histeris.

"Ay..ah, sa..ngat ..menya..ya..ngi..ka..li..an"

Ucapan itu merupakan ucapan Amato untuk terakhir kalinya. Kini napasnya telah berhenti, seiring dengan jantungnya yang sudah tidak berdetak lagi.

****
Sesampainya di rumah sakit...

Tubuh Amato yang telah tertutup kain kini, ditarik keluar dari ambulans.

"Kak.. apa yang terjadi? Apa itu Ayah? Apa Ayah telah menjadi mayat?" Tanya Gempa yang kini tubuhnya mulai gemetar.

Hali segera memeluk Gempa, dia sangat tahu kembarannya yang satu ini sangat takut pada orang meninggal.

"Gem, lo harus kuat, Ayah sekarang udah tenang,  dia bakal ketemu sama Bunda sebentar lagi. Jadi lo nggak boleh takut" Ucap Hali, berusaha menjelaskan.

"Apa maksud lo Kak? Nggak mungkin, Ayah nggak mungkin meninggal" Ucap Blaze emosi, tapi tidak tahu harus marah pada siapa.

"Kalau Ayah pergi, kita sama siapa Kak? Thorn nggak mau Ayah pergi hiks" Ucap Thorn mulai menangis.

"Thorn, biarin Ayah pergi, Ayah kan mau ketemu sama Bunda, masa nggak boleh sih" Ucap Taufan. Dia menghapus air mata Thorn. Namun membiarkan wajahnya basah dengan air mata.

"Kalau emang Ayah mau ketemu sama Bunda, Thorn mau ikut" Ucap Thorn.

"Lo nggak boleh ikut Thorn, kita semua kan masih disini, lo mau ninggalin kita?" Tanya Solar

"Lebih baik kita ikhlasin Ayah, mungkin ini yang terbaik untuk kita semua" Ucap Ice dengan wajah datarnya, namun air matanya tetap berhasil membasahi wajahnya.

Sedangkan Kaizo dan Fang hanya bisa menyaksikan kesedihan mereka tanpa berkata apapun. Tak lupa Fang juga menangis, sedangkan Kaizo tetap menunjukkan wajah dinginnya, dengan air mata yang sedikit menggenang, di pelupuk matanya.

****

Keesokan paginya....

Acara pemakaman Amato berjalan dengan lancar. Semua orang pun yang menghadiri pemakamannya kini telah bubar. Yang tersisa hanya Hali dan keenam adiknya, serta Kaizo dan Fang.

"Sampai kapan kalian ingin disini, ini sudah mau hujan. Lagipula kalau kalian disini Ayah kalian tidak akan bangun lagi kan?" Tanya Kaizo, memulai pembicaraan.

"Kau seharusnya dipenjara, kau sudah membunuh Ayah kami hiks..." Ucap Blaze emosi,  walau dia masih saja menangis.

"Tidak ada yang perlu dipenjara, aku tidak bersalah, lagipula bukankah nyawa harus dibayar dengan nyawa" Ucap Kaizo, dengan wajah tenangnya.

"Kak, sudah cukup, bukankah Kakak sudah janji akan melupakan dendam Kakak, ingat Kak buka mata dan hati Kakak untuk masa sekarang. Jangan hidup di masa lalu Kak" Ucap Fang, sambil memeluk Kakaknya.

"Mulai sekarang kalian adalah tanggung jawabku, aku sudah memaafkan segalanya, jadi kalian mau memaafkanku atau tidak itu terserah kalian. Mulai sekarang, kalian bisa hidup bebas seperti sebelumnya. Milikku adalah milik kalian juga, adik-adikku" Ucap Kaizo lantas pergi meninggalkan area pemakaman.

Fang dan yang lainnya, hanya bisa terdiam, berusaha mencerna kata-kata Kaizo.







Happy reading ya guys

Akhirnya, bisa update juga

Ini adalah bab terakhir dari cerita ini

Tapi tentu akan ada tambahan untuk epilog

Makasih banyak untuk semuanya yang telah mensupport cerita ini

See You 👋😁

The Devil Boys Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang