Chapter 22

50 9 5
                                    

‘Apa yang sudah aku lakukan! Kenapa kemarin aku melakukan hal itu!’

Di sebuah sumur yang terletak di luar pintu belakang kamar mandi, ada seorang gadis berdiri yaitu Vheena sedang memegang kepalanya dengan ekspresi menyesali sesuatu. Dia menyesali keputusan yang telah dia perbuat kemarin karena tidak memikirkan dampaknya.

‘B-bagaimana ini? Kenapa bisa-bisanya kemarin aku menerima seorang putri kerajaan menjadi muridku! B-bisakah jika aku menarik kembali kata-kataku yang kemarin? T-tidak mungkin, bukan? Ahh! Kenapa aku harus menjadi serakah cuma karena melihat putri itu memiliki banyak uang!’

Kemarin, setelah Vheena merasakan kembali kenikmatan memakan makanan yang enak saat menginterogasi putri dan bawahannya di restoran. Dia membuat rencana kecil untuk memeras putri itu agar membelikan makanan yang dia inginkan. Melihat putri dan bawahannya tidak merasa curiga dengan yang dia lakukan. Vheena menjadi semakin serakah, dia membeli semua makanan, pakaian, dan hal apapun yang menarik minatnya.

Karena merasakan betapa mudahnya dia membeli barang tanpa harus berjualan berjam-jam mencari uang membuat Vheena memikirkan sebuah rencana untuk mendapatkan uang dari sang putri. Vheena merenung memikirkan hal apa yang paling diinginkan putri ini darinya, karena tidak ada satupun hal berharga yang dia miliki setelah menjual semua barangnya. Vheena hanya bisa menggunakan wajahnya yang menipu untuk membuat putri ini menjadi muridnya.

Putri yang mendengar hal itu, tentu saja langsung setuju untuk menjadi muridnya. Setelah putri itu berpisah dari bawahannya yang akan kembali ke kerajaan membawa buah yang telah dibeli darinya. Vheena mengajak putri itu pulang ke rumahnya, karena sudah malam saat tiba di rumah, Vheena meminta putri itu untuk istirahat. Saat dia melihat putri itu masuk ke salah satu kamar tidur, Vheena menyeringai senang karena telah membawa orang kaya yang bisa dia manfaatkan. Vheena pergi tidur dengan bahagia sampai esoknya dia menyesal setelah mengingat kembali tindakan bodoh yang tidak dia pikirkan dengan matang.

Keesokan harinya, Vheena yang terbangun saat waktu subuh pergi ke sumur untuk mengambil air, saat sampai disanalah dia mengingat kembali peristiwa kemarin yang membuat dia menyesali tindakan bodohnya.

‘Bagaimana caranya agar aku bisa menipunya! T-tenang… aku harus tenang, huuuft… k-kalau tidak salah kemarin aku bertanya tingkat kultivasi putri itu, s-seingatku kultivasinya sama dengan RuanRuan, kecuali putri itu memiliki tahap yang lebih tinggi satu tingkat. Aku cukup terkejut tingkat kultivasi yang kubuat ternyata sama dengan yang dikatakan putri itu, apakah itu suatu kebetulan? Yah, tidak perlu terlalu dipikirkan, setidaknya aku tidak perlu menambal kebohongan tentang tingkat kultivasi kalau itu sudah benar.’

‘Aku jadi tidak perlu lagi berbohong tentang tingkat kultivasi, seharusnya aku bisa menanyakan kepada putri itu sendiri tentang tingkat kultivasi yang lebih tinggi. Kalau begitu berarti yang harus aku pikirkan adalah teknik apa yang cocok untuk kuberikan kepada putri itu, yang tidak kuketahui adalah, apakah teknik yang kubuat bisa menipunya? M-mungkin aku bisa menipunya setelah aku melihat putri itu mengeluarkan suatu kekuatan dari tubuhnya, nantinya aku bisa membuat teknik yang cocok kalau aku sudah tahu kekuatannya, bukan?’

Setelah membuat rencana yang agak tidak meyakinkan baginya, Vheena pergi ke kamar mandi untuk mandi setelah dia membawa air yang dia ambil dari sumur. Setelah mandi dan memakai pakaian baru yang dia beli dari kota, seperti biasa dia pergi mencuci pakaian dan menyiapkan sarapan untuknya dan juga murid barunya.
Saat sedang menyiapkan piring di meja, dia melihat murid barunya datang kepadanya. Melihat muridnya ingin membantunya, Vheena hanya menyuruhnya untuk duduk menunggu dia membawakan sarapan. Melihat muridnya memakan masakan buatannya seperti orang kelaparan membuat Vheena bingung.

‘Putri ini sangat kaya kenapa dia makan sarapan buatanku seperti orang kelaparan? Memang sih, makanan yang kubuat sekarang menjadi berbeda setelah aku bisa membeli garam, rempah-rempah, dan makanan pokok lainnya. Apakah memang seenak ini? padahal aku cuma membuat nasi dengan telur dan sayuran, biar tau mending kucoba saja. Gila, ini asin! Apakah aku berlebihan memberi garam saat memasak tadi?’

Menjadi Guru Terkuat Dengan Murid Yang Jenius Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang