Menjadi bagian dari kehidupan Real sebagai sahabatnya adalah salah satu kebahagiaan terbesar dalam hidupku. Meskipun aku sudah menyadari perasaan seperti apa yang kumiliki untukknya sekarang dan aku sendiri masih tak habis pikir kenapa rasa ini bisa dengan cepatnya hadir untuknya. Perasaan yang tak pernah kubayangkan akan kumiliki pada seseorang yang notabene segender denganku.
Perasaan yang awalnya hanya peduli berkembang menjadi rasa sayang dan rasa sayang itu berubah menjadi rasa ingin memiliki. Entah it karena attachment issue yang kumiliki atau keposesifanku akan dirinya. Dalam sebuah persahabatan tak seperti itu bukan? Tapi aku bisa apa selain menolak semua perasaan itu meskipun sangat menyiksaku. Aku tak ingin Real menjauhiku apalagi sampai membenciku.
Aku membuang nafasku berat setelah menariknya dalam. Menarik udara segar sedalam mungkin. Itu yang ku butuhkan sekarang. Menghilangkan sedikit sesak di dadaku, menghilangkan penat dalam otakku.
Aku sedang duduk dibangku belakang sekolah sekarang. Tempat yang dijadikan kebun sekolah yang sangat jarang di kunjungi oleh sebagian besar siswa kecuali anak-anak Urban Farming Club. Mungkin Real dan teman-teman lain sedang penasaran akan dimana keberadaanku sekarang ini karena tadi tepat lima menit sebelum bel istirahat aku sengaja keluar kelas dengan alasan ke toilet.
Bayangan sosok Real yang kulihat kemarin pagi masih nampak jelas dalam ingatan, berputar ulang seperti sebuah video. Namun bayangan itu memudar dan kabur saat sekelompok orang datang dengan membawa beberapa benda ditangan mereka. Sebuah kantong hitam yang kukira itu adalah polybag dan sekantong butiran-butiran berwarna biru yang kemudian mereka taburkan ke dalam beberapa tanaman yang udah ada, kurasa mungkin itu pupuk.
"Tumbenan lo disini, Cher?" Tanya satu orang yang ku kenal. Dia Helen teman sekelas Alvian.
"Emang kenapa kalau gue disini? Gak boleh?"
"Gak ada yang larang. Cuma penasaran aja. Belakangan ini an biasanya lo bareng terus sama anak baru itu seputus lo dari Alvian. Eh...ngomong-ngomong lo gak jealous apa si Alvian sekarang pedekate tuh anak baru?"
"Realdania namanya"
"Whatever"
"Lo kenapa deh, kok kayaknya gak suka banget sama Real? Jangan-jangan lo yang jealous?"
"Lo bener. Gue emang gak suka sama dia. Anak baru sok kecakepan"
"Emang dia cakep lo mau apa?"
"Percuma cakep tapi murahan. Siapa-siapa di embat"
"Jaga mulut lo ya!" suaraku meninggi denger apa yang Helen bilang. Iyalah dengan seenaknya aja dia menghina Real seperti itu.
"Lo kenapa bela dia si Cher? Lo gak tahu kalau yang lo bela-bela itu udah nusuk lo dari belakang? Lo gak tahu apa bego lo? Kalau..."
"Udahlah. Gue gak mau denger apa-apa lagi dari lo"
"lo musti dengerin gue Cheryl. ......"
Helen nahan tanganku saat aku akan beranjak ninggalin dia di kebun sekolah. Dia terus saja bicara soal Real dan hubungannnya dengan anak laki-laki di sekolahan ini, termasuk Alvian dan Ronald. Ronald itu pacarnya Helen yang juga katanya mutusin dia karena Real. semua ini benar-benar membuat aku jengah dan tambah pusing.
"Stop Helen! Gue tau Real. Sangat tahu. Jadi jangan pernah lo jelek-jelekin dia lagi di depan atau dibelakang gue. Paham?!"
Aku pergi dengan perasaan marah mendengar semua omongan Helen. Siapa yang gak kan marah coba kalau orang yang kita sayang dijelek-jelekin dan dihina kayak gitu. Terlebih semua itu fitnah.
Aku lirik jam ditanganku, waktu istirahat hampir habis. Aku berjalan cepat menuju kantin untuk membeli es kopi. Rasa marah benar-benar membuatku gerah! Real dan yang lainnya sudah gak kelihatan lagi di kantin karena sudah hampir waktunya masuk kelas. Aku menyesap es kopiku sambil jalan menuju kelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Next to You (GxG)
Teen Fiction"Sekuat apapun kita menyangkal nyatanya kekuatan cinta akan menyatukan rasa. dan sekuat apapun cinta yang kita miliki pada akhirnya hanya akan tunduk pada takdir" ...