Real PoV
Aku turun menuju dapur dimana Bunda, Gia dan Gita sudah menunggu untuk sarapan. Bangun dengan suasana hati yang buruk, mata yang masih mengantuk karena kurang tidur semalam tambah kepala yang sedikit berdenyut membuatku tak bersemangat pagi ini. Aku mendudukan diriku disamping bunda dengan perlahan.
"Bi Sari boleh minta tolong bikinin kopi gak?" Pintaku ke Bi Sari setelah menenggak segelas air putih hangat.
"Baik non"
"Kok kopi sih sayang?"
"Lagi butuh kafein bun"
"Hmm...Cheryl mana? Kok belum turun?"
Aku, Gia, dan Gita saling pandang. Jadi bunda gak tahu kalau Cheryl sudah pulang dari kemarin?.
"Cheryl kan udah pulang dari kemarin bun, emangnya gak pamit sama bunda?" Gita
"Bunda gak tahu kalau Cheryl udah pulang, makanya bunda nanya. Bunda pikir dia jadi nginep. Kalian berantem?"
"Kita gak berantem kok bun". Gia
"Cheryl marah sama aku, bun. Aku udah nyakitin hati juga menyinggung perasaan dia. Belakangan ini aku ngerasa Cheryl berubah namun setelah semalaman aku berfikir dan ternyata memang aku yang salah. Waktu dia berbuat salah beberapa hari yang lalu, aku mengabaikannya padahal setiap saat dia berusaha bicara dan minta maaf. Saat dia ada masalah bahkan sendirian diluar sana aku gak ada buat dia. Aku malah sibuk dengan diriku sendiri. Tambah lagi aku tidak menceritakan soal hubunganku dengan Adam yang membuat dia ngerasa gak dianggap keberadaannya. Sangat pantas dia marah dan kecewa sama aku karena aku egois bun."
Tak terasa air mata ini turun menetes. Perih rasanya hati ini mengingatnya karena sesungguhnya aku menyayanginya, sangat menyayanginya.
Bunda merangkulku dari samping, mengusap kepalaku dengan lembut dan penuh kasih sayang.
"Perbaiki persahabatan kalian, apalagi sekarang dia hidup sendiri. Dia pasti merasa sedih dan kesepian tanpa orang tua disampingnya dan tanpa sahabat disekitarnya. Dia butuh orang-orang yang dia sayang juga menyayanginya"
Kata-kata bunda benar dan itu sukses menambah perih hatiku mengingatnya dan kusadari begitu buruknya aku. Aku tak bisa lagi menahan tetes air mata ini menjadi derai yang tak tertahankan.
'Maafkan aku Cher'
***
Aku menjalankan pelan mobilku menuju rumah Joana untuk berlatih drama. Gia dan Gita sudah duluan kesana, sedangkan tadi aku ke kostan Cheryl dulu untuk memastikan dia baik-baik saja. Namun dia gak ada, kata tante Irna dia gak pulang dan ponselnya juga masih belum bisa kuhubungi. Aku juga minta nomor Nevlin ke tante Irna tapi sayang tante Irna gak tahu. Tapi tante Irna memberikan alamat Nevlin dan aku langsung menuju kesana, namun ART disana juga bilang kalau Nevlin gak pulang.
'Huft...sebenarnya kamu dimana Cher? Kamu baik-baik aja kan? Kamu benar-benar membuatku khawatir Cher'
Aku sampai di rumah Joana. Mereka belum memulai latihannya karena menungguku. Mereka masih duduk-duduk sambil ngobrol kesana kemari di teras depan rumah Joana yang cukup luas. Aku menghampiri mereka dengan langkah gontai.
"Gimana?"Gia
"Dia gak pulang ke kostannya. Aku cari ke rumah Nevlin juga gak ada."
"Sudah bisa dihubungi?"Gita
Aku hanya bisa menggelengkan kepala. Sudah gak semangat lagi berkata-kata. Aku menghabiskan hari ini dengan mood yang berantakan.
***
Pagi-pagi sekali aku sudah berseragam rapi dan lengkap, tak lupa aku juga menyiapkan bekal yang akan aku bawa ke sekolah. Nasi goreng ayam untuk Cheryl, roti lapis untukku sendiri, dua buah susu kotak untuk kami berdua.
Aku berencana untuk menjemput Cheryl ke kostannya agar bisa berangkat bareng ke sekolah dan pastinya dengan harapan Cheryl sudah pulang, meskipun ponselnya belum bisa dihubungi. Adam sedikit kecewa karena aku menolak untuk dia jemput karena yang paling penting bagiku sekarang adalah sahabatku, Cheryl. Aku berangkat setelah pamitan sama bunda.
Semangat yang tadinya tinggi dengan harapan semuanya musnah tergantikan dengan rasa khawatir yang kian dalam akan keadaan Cheryl. Dia masih belum pulang, tante Irna yang kuharap sudah mendapat kabar ternyata juga lagi gak ada di rumah. Aku menjalankan mobilku menuju sekolah dengan perasaan gak karuan. Sedih, khawatir, menyesal dan juga merasa bersalah semuanya menjadi satu.
Upacara bendera baru saja selesai. Aku, Gia, Gita dan teman-teman lain sedang berjalan dari lapangan menuju kelas kami. Dari jarak yang tidak terlalu jauh aku melihat Tante Irna dan Nevlin sedang berada di depan ruang kepala sekolah, Aku berfikir untuk apa Nevlin dan tante Irna datang ke sekolah ini? Apa untuk mendaftarkan sekolah Nevlin? Ah..rasanya tidak mungkin, tante Irna itu kan bukan orang tua Nevlin.
"Kalian duluan ke kelas ya"
Kataku pada Gia, Gita dan yang lainnya sebelum aku berlari kecil untuk menghampiri tante Irna dan juga Nevlin. Aku perlu menyapa dan perlu menanyakan hal terkait Cheryl.
"Assalamu'alaikum..Tante, Nevlin". Aku menyapa dan mencium tangan tante Irna.
"Real?" sapa tante Irna sedangkan Nevlin diam saja.
"Tan, Cheryl ..."
Kata-kataku terhenti karena kepala sekolah mempersilahkan mereka untuk masuk. Dari luar aku bisa melihat sudah ada dua orang yang duduk di kursi ruangan itu, dia adalah Alvian dan juga seorang laki-laki paruh baya, mungkin orang tuanya. Tapi ada yang berbeda dari Alvian dan setelah ku lihat dengan seksama, kepala Alvian dibalut perban. 'Apa yang terjadi?'
"Maaf ya Real, kita bicara nanti". Setelah itu Tante Irna dan Nevlin masuk ke ruangan kepala sekolah dan aku langsung menuju ke ruang kelasku.
Waktu berlalu dan kami sudah melewati empat jam mata pelajaran. Itu artinya sudah waktunya istirahat pertama sekarang. Gia, Gita dan yang lainnya mengajakku ke kantin, tetapi aku menolak karena suasana hatiku yang buat aku gak mood untuk kemana-mana. Aku ingin menghabiskan waktu istirahatku di kelas saja. Mereka belum lama meninggalkan kelas, Gia berteriak dari arah pintu.
"Real. ada yang nyariin"
'Ah..apa mungkin itu tante Irna dan nevlin?'
Aku cepat-cepat keluar kelas dan ternyata benar itu mereka.
"Tante.."
"Real...Sesuatu menimpa Cheryl. Tapi tante gak bisa ceritain masalahnya sekarang, temui tante dirumah sepulang sekolah ya. Sekarang tante sama Nevlin harus pergi. Dan kamu jangan terlalu mengkhawatirkannya, dia baik-baik saja kok"
"tapi Cheryl dimana tan?"
"Pokoknya temui tante nanti ya"
Baiklah tan, nanti sepulang sekolah aku langsung ke rumah tante"
Tak lama kami berbicara, tak banyak juga yang disampaikan oleh tante Irna. Tapi aku sedikit lega sekarang, paling tidak aku sudah tahu kalau Cheryl baik-baik saja. Dan rasanya aku benar-benar sudah tak sabar agar waktu berjalan dengan cepat agar aku bisa menemui tante Irna dan tahu keadaan Cheryl.
To Be Continued
KAMU SEDANG MEMBACA
Next to You (GxG)
Novela Juvenil"Sekuat apapun kita menyangkal nyatanya kekuatan cinta akan menyatukan rasa. dan sekuat apapun cinta yang kita miliki pada akhirnya hanya akan tunduk pada takdir" ...