Bel istirahat baru saja berbunyi. Sudah hampir dari seluruh siswa berhamburan keluar kelas untuk memburu makanan dan minuman di kantin sekolah ini untuk mengisi energi hari ini, terkecuali aku, Gita dan Gia. Kami memburu bu Kelly yang sedang berjalan ke arah ruang guru.
"Ibu..Bu..."
"Kalian? Ada apa?"
"Maaf bu mengganggu waktu istirahat ibu. Tapi, kami perlu bicara dengan ibu, perihal Cheryl". Aku
"Iya bu, kami mau minta tolong, boleh?" Gita
"Hmm...baiklah. Kita bicara dikantor ya."
Kami menganguk dan mengkuti bu Kelly dibelakang. Sebenarnya kami mau ngobrolnya di luar ruang guru saja karena merasa gak enak sama guru-guru yang lain.
"Baiklah. Apa yang ingin kalian bicarakan?" Tanyanya setelah duduk dengan nyaman dan minum segelas teh hangat terlebih dulu.
"Bu...kami sudah mendengar tentang apa yang dialami Cheryl dan aku sendiri juga sudah bicara secara langsung dengan Cheryl. Aku mengunjunginya di penjara kemarin. Cheryl menceritakan semuanya dari awal. Dan kami juga mendengar kalau keluarga Alvian akan tetap melanjutkan kasus ini, dan sekolah akan mengeluarkan Cheryl. Maaf bu...rasanya gak adil untuk Cheryl, karena dia melakukan itu karena Alvian sendiri yang memancing amarahnya. Dia menghina Cheryl dan mengatakan hal-hal yang tidak pantas tentangku. Dia hanya membela diri dan aku bu. Jadi kami mau minta tolong sama ibu untuk bicara dengan kepala sekolah bu. Minta kebijaksanaan beliau agar mempertimbangkan kembali keputusannya, dan membicarakannya dengan kedua orang tua Alvian agar mau mencabut gugatannya. Pihak Cheryl sudah mencoba berbicara namun mereka tetap kekeh dengan pendirian mereka. Aku harap kalau kepala sekolah yang berbicara akan lebih di dengar." Aku berbicara panjang lebar dengan harapan yang besar.
"Hmm...Ibu sendiri juga sebenarnya sudah memikirkan tentang hal ini begitu juga dengan guru-guru yang lain. Ibu sepakat dengan kalian meskipun ibu sendiri awalnya belum tahu letak permasalahannya. Kami sudah mengusulkan untuk diadakannya pertemuan antara team managemen sekolah, wali kelas dan kedua orang tua Cheryl dan Alvian agar bisa menyelesaikannya secara kekeluargaan. Tapi sayangnya hari ini, bapak Kepala sekolahnya sedang ada kegiatan dinas di luar dan menurut kabar setelah selesai urusannya pak kepsek akan mengunjungi Cheryl. Mungkin besok atau lusa baru akan bisa dilaksanakan. " Jelas bu Kelly.
Kami sedikit merasa lega mendengarnya. Semoga saja apa yang direncanakan akan berajalan baik dan menghasilkan keputusan terbaik dan keadilan untuk Cheryl, Merasa cukup puas dengan apa yang akan dilakukan akhirnya kami pamit dan meninggalkan kantor dan langsung ke kantin untuk membeli beberapa minuman dingin untuk kami.
***
Dua minggu sudah berlalu sejak Cheryl dipenjara, namun kami masih belum mendapatkan kabar baik, dan hari ini adalah hari sabtu dimana sekolah hanya diisi oleh kegiatan ekstrakulikuler. Kami mengikuti ekskul pramuka seperti biasa, karena Pramuka merupakan ekskul yang wajib kita ikuti. Setelah selesai berlatih, Adam menghampiri ku yang sedang duduk di pinggiran lapangan bersama teman setongkrongan biasa ditambah beberapa orang yang ikut drama.
"Selesai Real? Yuk...". Adam.
"Kemana?"
"Aku mau ajak kamu jalan, tapi aku akan antar kamu ke rumah dulu untuk ganti baju."
"Maaf Dam. Aku lagi gak pengen kemana-mana. Abis ini aku mau langsung pulang aja."
"Kamu kenapa sih belakangan ini selalu saja menolak ajakanku?"
"Maaf Dam tapi aku lagi benar-benar gak mood buat ngapa-ngapain apalagi jalan-jalan." jawabku malas.
"Apa sih yang buat mood kamu buruk belakangan ini? Apa Cheryl lagi alasannya? Huh?!" Nada suara Adam sedikit meninggi.
"Kalau iya kenapa Dam? Dia sahabatku, Aku gak mau senang-senang sementara dia terkekang dan gak bahagia sama sekali disana." Aku memelankan suaraku mencoba untuk sabar dan agar Adam juga tidak bertambah emosi.
"Cheryl...Cheryl...Cheryl aja terus. Apa kamu gak pernah mikirin aku sedikitpun?"
"Adam aku mohon mengertilah sedikit keadaanku."
"Selama ini aku sudah mengerti kamu dan mengikuti semua keinginan kamu. Tapi ini sudah dua minggu dan kamu seperti mengabaikanku."
"Maafkan aku. Aku tak bermaksud seperti itu." Responku semakin malas untuk memperpanjang percakapan ini, karena ujung-ujungnya kami pasti akan bertengkar.
"Huft...baiklah. Ayo kita jalan." Akhirnya aku menyerah aku gak mau nambah lelah hatiku karena pertengkaran dengannya.
Aku berdiri malas dan memandangi teman-temanku tanpa suara yang kukeluarkan, tapi memalui ekspresi wajah dan tatapanku aku yakin mereka paham bahwa aku sedang meminta pengertian mereka sekaligus pamitan.
***
Aku dan Adam sedang duduk sambil menunggu makanan pesanan kami di salah satu food street setelah cukup lelah kami berkeliling mengunjungi beberapa tempat yang menurut Adam enak untuk dikunjungi. Sebenarnya aku tidak begitu menikmati kebersamaan dan refreshing yang Adam tawarkan, tapi aku tetap berusaha untuk tersenyum hanya untuk membuatnya merasa senang.
Adam pergi untuk mengambil makanan pesanan kami sementara itu aku melihat Alvian sedang menaiki motornya. Aku cepat-cepat menghampirinya sebelum dia menyalakan motornya dan benar-benar pergi. Aku harus bicara padanya sekarang karena sejak kejadian itu dia tak masuk sekolah selama seminggu, dan seminggu kemarin dia seakan menghindariku dan selalu menghilang saat aku mencoba mendatanginya di kelasnya sampai-sampai aku tak bisa bicara dengannya di sekolah.
"Alvian." Aku memanggilnya sebelum dia pergi.
"Real..ngapain kamu disini? Sama siapa?"
"Aku bersama Adam. Alvian...kita perlu bicara."
"Soal Cheryl?"
"Iya"
Alvian diam seakan sedang memikirkan sesuatu untuk beberapa saat sebelum akhirnya dia mengiyakan.
"Ok. nanti malam gue ke rumah lo."
"Kenapa harus nunggu nanti malam? kita bisa bicara sekarang kan?"
"Gak. sekarang gue ada urusan."
"Baiklah. Aku tunggu di rumah."
Aku dengan terpaksa mengiyakan permintaan Alvian karena aku benar-benar harus bicara dengannya. Aku perlu membujuknya supaya dia mau mencabut gugatannya. Tiba-tiba badanku tertarik ke belakang karena tanganku ditarik dengan kasar oleh seseorang, dan orang itu adalah Adam. Dia menarikku sampai pergelangan tanganku sakit. Dia menatapku dengan sorot mata tajam. Dia marah.
"Apa maksudmu kamu menunggunya di rumah malam ini. Kamu pacaran juga sama dia. huh?"
"Gak. siapa yang pacaran. Aku mengijinkan dia ke rumah karena aku memang perlu bicara dengannya dan karena dia gak mau bicara di tempat lain." Aku berusaha menjelaskan.
"Iya. Kita akan bicara mengenai Cheryl dirumahnya malam ini". Alvian ikut bicara dengan senyum entah mengejek atau apa. yang jelas aku tidak suka dengan senyumnya itu.
"Apa? Soal dia lagi? Kenapa harus selalu dia sih yang jadi perhatianmu?"
Dan aku pun memperhatikan sosok Adam. Kenapa orang yang aku cinta karena sikapnya yang kalem, karismatik, cerdas berubah menjadi sosok yang pemarah, egois dan berpikiran picik seperti ini. Apa ini karakter lain dari dalam dirinya? Atau ini adalah karakter dia yang sebenarnya?
To Be Continued
KAMU SEDANG MEMBACA
Next to You (GxG)
Genç Kurgu"Sekuat apapun kita menyangkal nyatanya kekuatan cinta akan menyatukan rasa. dan sekuat apapun cinta yang kita miliki pada akhirnya hanya akan tunduk pada takdir" ...