~ Chereal 15 ~

530 24 0
                                    

Real PoV

Aku kembali ke rumah dengan perasaan kesal dan juga sedih. Aku pikir hubungan persahabatan aku dan Cheryl tidak akan berubah setelah kami baikan waktu itu. Tetapi ternyata semuanya terasa tak sama lagi bahkan aku merasa ini tak lebih baik dari sebelum kita dekat dulu karena rasa yang aku sendiri kadang tak mengerti.

Baru saja sampai rumah hujan turun cukup deras. Teringat Cheryl yang masih di halte tadi. Apa dia kehujanan? Apa Nevlin sudah menjemputnya? Huft...aku mulai mengkhawatirkannya. Aku coba menguhubungi nomor ponselnya untuk memastikannya, tetapi ternyata tidak aktif. Aku memang sedang merasa kesal tapi tetap aku peduli padanya karena aku sayang dia.

"Nelpon siapa?"

Tanya Adam yang tiba-tiba sudah berada di belakangku.

"Cheryl. Tapi gak aktif. Aku khawatir dia kehujanan soalnya tadi dia masih di halte."

"Udah gak usah terlalu dipikirkan toh dia sudah gede."

"Tetap saja aku khawatir Dam, dia sahabatku. Aku takut dia sakit kalau kehujanan."

"Kamu berlebihan Real"

Berlebihan katanya? Aku rasa ini wajar kenapa harus dianggap berlebihan. Hah..ntahlah kenapa aku gak suka dengan pikiran Adam ini, tetapi aku tak meresponnya lagi. Biarlah lagian aku malas untuk berdebat.

"Nanti aku pulang ya kalau hujannya udah agak reda. Tadi mamah telpon minta anter ke rumah temannya soalnya sopir mamah lagi gak ada." Lanjut Adam sambil duduk lagi dan meraih minumnya yang hampir habis.

"Iya. Tambah lagi minumnya?"

"Gak usah, makasih"

Tak berapa lama hujan sudah sedikit reda. Adam pamit pulang setelah pamit ke Bunda lebih dulu.

"Hati-hati ya." pesanku saat Adam mulai menyalakan mesin motornya.

"Iya. Hmm...Real. Kalau besok aku ngajak jalan mau gak?"

"Gak tahu ya...soalnya aku udah ada janji sama anak-anak mau latihan drama buat acara pensi perpisahan ntar."

"Oh ya udah gak apa-apa. Kalau gitu sampai jumpa nanti hari senin ya."

"Iya."

Aku memperhatikan kepergian Adam sampai dia menghilang dari pandanganku. Adam, Dia adalah teman seangkatan di sekolah hanya saja berbeda kelas yang sekarang sudah resmi menjadi pacarku. Pacar pertamaku. Aku sangat menyukai Adam karena dia adalah sosok yang tenang, kharismatik, cerdas dan pintar main music juga. Selama ini aku nyaman berada di dekatnya, nyaman dengan semua sikap dan tutur katanya yang lembut namun tegas, kecuali satu kalimat yang keluar dari mulutnya tadi. Aku benar-benar tidak suka.

Aku memasuki kamarku dimana Gita dan Gia masih berada di dalamnya karena rencananya kami mau menghabiskan malam minggu bersama untuk belajar dan berlatih dialog untuk pementasan drama nanti. Tentu saja rencana awalnya bersama Cheryl juga. Gita sama Gia keduanya diam dan memandang kosong film yang katanya sedang mereka tonton, sedangkan aku rebahkan tubuhku di atas tempat tidur.

"Git...Gia, kalian ngerasa gak sih kalau sekarang Cheryl berubah?" Tanyaku masih dengan memandang langit-langit kamarku.

"Sebenarnya aku sedih dengan keadaan ini. Aku ngerasa aku kehilangan Cheryl" Lanjutku karena mereka masih saja diam. Hanya helaan nafas yang kudengar dari mulut mereka.

"Real...berapa lama lo pacaran sama Adam?". Gita

"Kok nanya sih. Kan kalian tahu sendiri kapan aku jadian sama Adam"

"Tapi Cheryl gak tahu, sampai tadi...". Gia

"Dan dia ngerasa lo udah gak anggap dia sahabat lagi. Dia juga ngerasa udah gak tahu apa-apa lagi tentang lo". Gita

Aku tersentak mendengar penuturan mereka. Aku tak pernah menyangka Cheryl akan punya pikiran seperti itu. Aku mencoba mengingat-ingat lagi. Apa aku benar-benar tidak menceritakannya sama dia? Setelah ku ingat-ingat lagi memang setelah kami baikan aku dan Cheryl tidak pernah bicara panjang lebar. Tidak pernah lagi curhat-curhatan tentang semua yang terjadi dalam hidup kami. Aku biasanya menceritakan apapun yang terjadi padaku ataupun tentang apa yang sedang kurasakan tanpa dia tanya.

'Jadi apa karena ini Cher kamu berubah? Jadi karena ini juga kamu pulang tiba-tiba?Huft...jadi bukan dia yang berubah, tapi aku yang tanpa sadar sudah berubah. Maafkan aku Cher. Aku tak bermaksud mengabaikanmu.'

Aku raih lagi ponsel dan mencoba untuk menghubunginya lagi, tetapi masih saja tidak aktif.

Tiba-tiba saja mataku memanas, seiring kedua mata yang mulai berkaca-kaca. Aku sedih mengingat kembali bagaimana kami dulu dan bagaimana kami sekarang. Aku menundukan kepalaku sambil terus memandang kearah ponselku dimana nama kontak Cheryl masih tertera disana.

Aku merasakan pergerakan di sampingku. Gia dan Gita kini sudah duduk bersamaku di tempat tidur.

"Real...Apa lo juga nyembunyiin sesuatu dari kita? Soal lo sama Cheryl". Gita

Ku alihkan pandanganku ke mereka berdua. Tapi aku ragu. Haruskah aku menceritakan apa yang terjadi yang menyebabkan aku dan Cheryl menjauh kemarin? Aku takut akan reaksi mereka. Aku takut mereka tidak bisa menerima dan berfikiran buruk soal Cheryl. Karena aku sendiri saja waktu itu aku tidak bisa menerima apa yang dia lakukan padaku. Meskipun pada akhirnya aku menyesali karena telah mengabaikannya. Mengabaikan sahabatku sendiri. Sampai pada akhirnya aku menceritakan semuanya sama mereka.

"Lo pernah gak tanya ke dia, alasan kenapa dia lakuin itu?". Gita

"Gak pernah. Karena aku takut dengarnya...aku takut mengetahui kenyataan kalau-kalau apa yang aku pikirkan itu benar".

"Emangnya apa yang ada dalam pikiran lo?" Gia

"Ya kalian bisa tebak sendiri. Apa yang orang akan pikir kalau seseorang menciumnya di bibir. Apalagi dia juga sama-sama cewek".

Hening....tanpa ada yang bersuara lagi.

"Hah...udahlah yuk. Mending kita mulai. Mau apa dulu nih kerjain PR dulu apa latihan dialog dulu?" Gita

"PR dulu" Aku dan Gia menjawab dengan serempak.

Akhirnya kami melakukan semua apa yang harus kami lakukan sampai kami merasa lelah dan ngantuk. Malam ini kami bertiga akan tidur di ranjang yang sama.

Saat aku sudah memposisikan tidurku menyamping ke arah nakas. Aku melihat ponselku disana dan mengingatkanku kembali pada Cheryl. Ku raih ponsel itu dan mencoba lagi untuk menghubunginya. Namun, lagi-lagi ponselnya masih tidak aktif.

'Huft...sebenarnya kamu lagi dimana Cher? Lagi apa? kenapa susah sekali dihubungi?'

Terus ku tatap layar ponselku.

"Nyoba hubungi Cheryl lagi?" Gita.

"Iya. Tapi kenapa ya gak aktif terus?"

"Ya udah besok coba lagi aja. Mendingan sekarang tidur udah malam". Gita

Ya mendingan sekarang tidur. Tapi hanya mata ini yang tertutup karena pada kenyataanya pikiran ini terus saja berputar dan bekerja, dan hati ini kenapa rasanya gak tenang. Huft.



To Be Continued

Next to You (GxG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang