Duduk di gazebo kostan sambil menikmati secangkir kopi juga beberapa gorengan dapet beli dari depan bersama tante Irna dan beberapa penghuni kostan lainnya membuat suasana minggu pagi ini terasa menyenangkan. Aku memang belum lama tinggal disini, tetapi kehangatan keluarga bisa aku rasakan. Penghuni kostan yang mayoritas mereka adalah karyawan membuat kebersamaan seperti ini sangat jarang bisa dinikmati, meskipun ada beberapa diantara mereka adalah mahasiswi, tapi mereka lebih sering sibuk dengan aktifitas masing-masing.
Sebuah mobil terlihat berhenti didepan gerbang saat aku baru saja mau masuk ke kamar karena yang lain sudah bubar duluan, tinggal aku dan tante Irna. Seorang perempuan dengan jeans dipadukan dengan kaos crop top berwarna putih yang menampilkan perutnya yang rata, turun dan berjalan dengan santai menghampiri kami.
"Hola tanteee...". Sapanya ke tante Irna yang menyambutnya dengan ramah.
"Nevlin? Apa kabar kamu nak?". Tante Irna memeluk Nevlin.
"Baik tan, Tante juga apa kabarnya? Masih seger aja nih tan"
"Kamu bisa aja. Udah tua gini masa iya masih seger?". Jawab tante Irna sedikit tersenyum, malu.
"Tumbenan lo pagi-pagi gini dah keluyuran. Jangan-jangan ngelindur lagi". Potong ku menengahi acara sapa menyapa tante Irna dan Nevlin. Tante Irna memang sudah mengenal Nevlin karena dulu waktu mama sama papa belum cerai tante Irna suka ketemu Nevlin kalau dia kebetulan lagi main di rumah.
"Lihat dong mata gue, udah terbuka sempurna, kece pula. Masa iya ngelindur." Sambil mengedip-ngedipin kedua matanya. Tante Irna malah ketawa lihat betapa narsisnya temen aku yang satu ini.
"Sini...sini duduk. Mau minum apa?" Tawar tante Irna.
"Gak usah tan, Teh aja".
"Katanya gak usah, tapi teh aja. Gimana sih lo?"
"Suka-suka gue lah."
"Hiliihh" Kuputar bola mataku malas.
****
Nevlin rebahan di atas tempat tidurku, sedangkan aku duduk dengan bersandar ke dipan tempat tidur sambil mengutak-atik handphoneku.
"Gimana lo sama temen lo itu? udah baikan? Siapa namanya?"
"Namanya Real. Kita udah baikan kemarin."
"Gimana? Lo nyatain perasaan lo?"
"Ya kali! Gue gak segila itu Nevlin. Dicium aja dia marahnya kayak gitu. Gimana kalau dia tahu perasaan gue. Udah bener-bener kabur dia. Gak mau lagi kenal gue pastinya.". Aku ubah posisi dudukku menghadap Nevlin.
"Ya siapa tahu."
"Gue sayang dia banget Nev. Cinta malah. Gue gak mau dia ngejauh dari gue lagi. Gue mau tetap disamping dia walaupun hati gue sakit". Sekarang ku dudukan diriku di tempat tidur dengan kaki menyilang dengan sebuah bantal yang kudekap.
"Dia udah punya cowok?"
"Belum sih...masih pedekate, dan itu yang bikin gue sakit. Karena lo tahu di lubuk hati gue yang paling dalam gue pengen milikin dia. ngertikan lo?".
Nevlin mengangguk-ngangukan kepalanya. Sekarang dia duduk di hadapan aku dengan posisi yang sama.
"Punya perasaan kayak gitu ke sesama kita pastinya berat, apalagi dia sahabat kita sendiri dan terlebih lagi kita tinggal di Negara yang taboo akan hal kayak gitu. Tapi asal lo tahu Cher, kalau diluaran sana banyak lho orang kayak lo dan gue kenal beberapa. Ya lo tahu sendiri lah gue gaul kayak gimana"
"Mereka yang lo kenal apa cuma kayak gue aja nih. Cuma mendem perasaan?"
"Beberapa dari mereka ada yang punya pasangan L-nya juga lho, tapi yah gitu, mereka diem-diem. You know-lah, how hard to come out of the closet. Cuma mereka yang punya nyali gede yang bisa come out. Menurut gue sih."
"Tapi Real life nih adakah yang udah terang-terangan nunjukin jati diri mereka?"
"Ada juga kok. Btw nih...lo ngomongin jati diri. Emang lo udah yakin sama diri sendiri? Dan berani labelin diri lo?"
"Label? Maksudnya?"
"Ampun deh lo Cher. Lo bener-bener gak tahu masalah ginian? Smartphone lo, lo pake apaan? Kalau Cuma nelpon atau sms doang udah ganti aja pake hp cinitnit" Nevlin ketawa sampai puas banget kayaknya nertawain aku.
"Lo kayak yang gak tahu gue aja sih Nev. Medsos aja Ig doang gue mainnya. Lagian tuh ya, lo juga temenan lama banget sama gue tapi lo gak pernah mau ngajak-ngajak gue buat gaul atau nongkrong bareng sama temen-temen lo yang lain."
"Karena lo under-age you know?. Lagian gue sayang ama lo. gue gak mau bawa-bawa lo ke pergaulan gue yang orang tua gue sendiri aja sampai pusing mikirin gue. haha."
"Diskriminasi banget lo! Eh lo sayang gue sayang gimana? Sama kayak gue sayang Real?" Aku serius nanya ke Nevlin.
"Gaklah bego. Gue udah anggap lo kayak adek gue sendiri". Sanggahnya dia sambil mukulin bantal yang dia pegang ke aku.
"Uww... co cwit"
"Gelai" Nevlin memutar matanya malas. Aku? ketawa aja deh. Haha.
Disela-sela obrolan aku sama Nevlin, seseorang datang dan mengetuk pintu kamarku. Aku berjalan pelan ke arah pintu untuk membukanya.
"Real?" Aku sedikit terkejut dengan kedatangannya sekaligus terpana. Hari ini dia terlihat sangat cantik dan anggun. Eh gak deng. Tiap hari juga dia terlihat cantik dan anggun. As always.
"Hai." sapanya singkat dengan senyuman manis yang selalu terukir indah dibibirnya.
"Sendiri?" Tanyaku dan dia menganggukan kepalanya.
"Eh masuk yuk." lanjutku setelah ku sadari tadi hanya membiarkannya di luar. Dia menganggukan lagi kepalanya. Guk angguk aja teros. Hehe
Setelah melangkahkan kakinya masuk, Real terlihat terkejut dengan penampakan yang dilihatnya. Yah namanya juga kostan kecil ya, kepala doang yang nongol aja udah bisa menampakan dalam kamar beserta isinya. Nevlin sedang berbaring miring di atas tempat tidur dengan sebelah tangan menyangga kepalanya menghadap kearah pintu. Dia sudah tidak memakai kaos crop topnya dia, yang sekarang hanya memperlihatkan badannya dengan sport bra yang dia pakai. Eh tapi dia masih pakai celana ya. Jangan jorok dulu heheh.
Aku juga jadi mikir nih anak kenapa tiba-tiba buka baju? Apa yang Real pikirin ya setelah dia lihat Nevlin kayak gini. Aduh aku takut juga dia jadi mikir macam-macam.
"Oh iya Cher. Ini aku bawain makan siang buat kamu dari bunda." katanya sambil menyerahkan satu kantong yang berisi beberapa tuppy di dalamnya.
"Oh iya makasih ya." Aku berjalan kearah meja kecil yang ku pakai untuk menyimpan air minum dan makanan untuk menyimpan kantong yang Real kasih barusan. Aku lirik Real masih berdiri dengan mengedarkan pandangannya ke seluruh isi kamar dan dia terlihat tak nyaman. Ku lirik Nevlin ternyata dia lagi mandangin Real sambil senyum-senyum dan masih dengan posisi yang sama. Hmm..dedemit ini ngapain sih? Apa maksudnya coba?!
"Nev...duduk kek. Pake lagi bajunya napa?"
"Iya sayang." Jawabnya sambil mendudukan dirinya masih di tempat tidur. What? Aku pelototin si Nev-Nev ini. Apa maksudnya coba dia jawab kayak gitu. Biang nih dasar.
"Real duduk sini." Ajakku dengan senyum sedikit canggung seiring kududukan juga diriku di atas karpet pinggir tempat tidur. Dan kemudian Real duduk di sampingku.
"Cher... gak mau ngenalin nih?" Nevlin berbicara dengan nada yang sedikit menggoda.
"Kenalan aja sendiri." Jawab aku malas.
"Ok kalau gitu." Dia turun dari tempat tidur dan melanjutkan kata-katanya.
"Hai. Gue Nevlin. Gue itunya Cheryl"
"Dia teman gue Real" Potongku langsung sebelum si Nevlin ini ngeluarin kata-kata gaje-nya lagi. Itunya-itunya apaan?!
"Oh..Hai. Gue Real" Jawabnya sedikit kikuk.
"Udah tahu kok. Cheryl udah cerita banyak tentang lo". Real langsung mengarahkan tatapannya ke arahku dengan sedikit mengernyitkan dahinya. Aku tersenyum kikuk sambil menggaruk kepalaku yang gak gatal. Udah tahu maksud dari tatapannya itu. Huft.
To Be Continued
KAMU SEDANG MEMBACA
Next to You (GxG)
Teen Fiction"Sekuat apapun kita menyangkal nyatanya kekuatan cinta akan menyatukan rasa. dan sekuat apapun cinta yang kita miliki pada akhirnya hanya akan tunduk pada takdir" ...