Cheryl PoV
Hari ini mereka ngunjungin gue. Perasaan yang tak pernah gue rasakan sebelumnya hadir di hati gue begitu aja, bak oase di padang pasir yang gersang yang menuntaskan dahaga gue selama ini akan perasaan hangat dan bahagia. Tapi lagi-lagi gue sendiri yang merusak moment dan bikin mereka tambah jengkel atau mungkin juga mereka marah dan benci. Lagi-lagi semua itu harus terjadi kerena kemunafikan gue.
Perasaan hangat ini gue rasain semenjak Real hadir dalam kehidupan gue. Sebagai teman sekelas gue, dan sebagai teman sebangku gue yang tiap harinya bawel dengan segala kebaikan dan perhatiannya. Entah kenapa hati gue ngerasa hangat dan nyaman saat dia berada di deket gue. Tapi gue.... Ah gue harus lupain itu semua. Lebih baik gue tidur. Gue baru mau narik selimut saat seseorang masuk ke kamar.
"Alvian?"
Alvian gak ngomong apa-apa. Dia langsung mendekat dan mencium gue. Gue bisa nyium bau alcohol dari mulutnya.
"Lo mabok?"
Alvian gak peduiliin gue. Kembali dia ciumin gue dari bibir sampai leher. Lama-lama gue merasakan pegangan tangannya di daerah sensitif gue. Gue spontan mendorongnya.
"Hentikan Alvian. Lo mabok!"
"Emang kenapa kalo gue mabok? Lo gak mau gue tidurin kalau gue mabok? Huh? Ayolah kita sudah sangat sering melakukannya kan? Sekarang apa bedanya kalau kita ngelakuin itu kalau gue lagi mabok? Jadi jangan sok suci deh lo! Asal lo tahu aja setiap kali gue nidurin lo dengan penuh kesadaran sebenarnya gue gak pernah melakukannya atas dasar cinta. Karena apa? karena lo gampangan. Jadi gue bisa manfaatin lo kapan aja gue butuh penyaluran." Avian tertawa puas dengan kata-katanya sendiri yang bagiku tentu saja itu sangat menyakitkan.
Alvian mencoba lagi untuk melakukannya dengan segenap tenaganya. Dan gue..gue merasa sangat terhina dan jijik akan diri gue sendiri. Padahal dulu gue mau melakukannya karena gue benar-benar cinta sama dia. Gue gak nyangka kalau dia sudah benar-benar ngerendahin dan cuma manfaatin gue.
"Stop Alvian!." Gue nampar Alvian dengan sangat keras. Gue juga mukulin dia dengan sejadi-jadinya. Dia yang mabok membuat tubuhnya gak stabil dan kuseret dia keluar dari rumah, dibantu bibi setelah gue memanggilnya. Di luar alvian sempat teriak kalau dia mutusin gue.
Di kamar gue menangis sejadi-jadinya. Sedih, perih, terluka di hati yang sangat dalam. Merasa kehilangan harga diri seketika dengan penuturan jujur dari mulut Alvian. Bagaimana gue bisa buta karena cinta. Kenapa gue bisa tertipu karena sikap manisnya. Kemudian gue teringat bagaimana Alvian memandang Real. Gue juga teringat bagaimana baiknya Real. Gak! Gue gak boleh biarin Alvian deketin Real. Gue gak mau Alvian ngerusak Real juga.
Besok paginya Gue putuskan untuk kembali bersekolah karena gue udah ngerasa baik-baik aja meskipun hati gue sepenuhnya masih sakit dan hancur. Gue baru mau melangkah sesaat setelah kuparkirkan motor. Gue lihat Real baru saja keluar dari mobilnya. Dia berjalan menuju selasar. Alvian tiba-tiba datang menghampiri Real.
"Real. Tunggu. gue mau bicara sama lo"
"Soal apa lagi?" wajah Real terlihat datar.
" Real...gue udah putus sama Cheryl. sekarang apa lo mau terima gue sebagai pacar lo?"
"Apa? sejak kapan kamu putus sama Cheryl?" Tanya Real sedikit terkejut.
"Semalam. Jadi lo mau ya terima gue? gue cinta sama lo, Real" Kata Alvian dengan sedikit memohon.
" Maaf Alvian. Kamu sudah putus dengan Cherylpun. Tak akan merubah apapun. Aku tetep gak mau. Aku sudah bilangkan sama kamu? Aku gak punya perasaan apapun sama kamu. Maaf aku harus ke kelas. Permisi."
Real meninggalkan Alvian namun Alvian berusaha mengejar Real dan menarik tangannya dan kembali memohon.
"Lepaskan aku Vian. Tolong hentikan semua ini. Seberapa besarpun kamu memaksa, jawabanku tidak akan pernah berubah." Real membuang tangan Alvian dari tangannya dengan kasar dan pergi begitu saja meninggalkan Alvian menuju kelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Next to You (GxG)
Fiksi Remaja"Sekuat apapun kita menyangkal nyatanya kekuatan cinta akan menyatukan rasa. dan sekuat apapun cinta yang kita miliki pada akhirnya hanya akan tunduk pada takdir" ...