~ Chereal 22 ~

1.1K 50 0
                                    

Cheryl PoV


Bak sebuah oase di tengah gurun pasir yang gersang. Keberadanmu disisiku adalah penyejuk hatiku. Pelepas dahagaku, pelipur laraku? Aku bahagia sekaligus sakit. Memandangmu sedekat ini adalah kebahagiaan terbesarku. Menikmati kembali manisnya senyum yang selalu kau tebar membuatku tersenyum lebar dan melupakan fakta bahwa di balik senyum itu ada luka untukku. Luka yang bisa saja tiba-tiba terbuka dan menganga, begitu dalam dan perih.

Tapi aku membiarkan diriku terlarut didalamnya. Berdiam diri dalam sebuah fatamorgana yang seolah tak bertepi. Fatamorgana yang mengguratkan ilusi cintamu untukku.

"Cher..Cheryl?"

Usapan lembut kurasakan ditanganku yang serta merta menyadarkanku dari lamunan.

"Eh iya..kenapa Real?"

"Ngelamunin apa sih?" Tanyanya lembut dengan menampilkan deretan gigi putihnya di balik senyumnya yang indah.

"Aku gak ngelamun kok."

"Huh..gak ngelamun apanya? orang kamu dipanggil gak nyaut-nyaut." Real sedikit mengerucutkan bibirnya.

"Dia emang gak ngelamun Real, tapi kesambet jin kicep." Gia.

"Jin kicep nenek moyang lo." Aku sedikit menoyor kepala Gia, yang dia balas dengan pukulan kecil ke bahuku.

"Hmm...Real ..." Kata-kataku terpotong karena ucapan Joana.

"Eh..eh..Alvian tuh" Tunjuk Joana kearah dimana Alvian sedang berjalan kearah kami.

Suasana siang ini berubah tak menyenangkan terlebih untukku. Real pun sangat bisa terlihat sikapnya yang mulai gelisah. Tatapannya tak tenang, tak tentu arah. Gita yang juga sepertinya menyadari gelagat Real, mengusap pelan lengan Real yang memang duduk disampingnya.

Apakah kamu merasa gak enak Real? Apa kamu merasa bersalah karena kamu ternyata sedang dekat dengannya? Padahal kamu tahu dia siapa. Dia yang notabene adalah mantan pacarku. Dia yang menjadi penyebab aku dipenjara. Dia yang saat ini menjadi laki – laki yang sangat kubenci.

"Hei Real. Nanti sore jadi kan kita?" Alvian duduk begitu saja diantara Gita dan Real yang membuat Gita sedikit menggeser duduknya dengan tak rela sedangkan senyuman terpaksa nampak jelas di wajah Real.

Alvian menunjukan sikap perhatiannya terhadap Real dengan nampak disengajakan. Senyuman miring kemenangan berusaha ia tunjukan padaku. Arrggh...rasanya ingin ku robek saja mulutnya itu. Aku tak bisa menahan diriku untuk terus berada diantara mereka. Aku beranjak dari tempat dudukku dengan tak sabaran dan melangkahkan kakiku menuju kelas dan mengambil tasku. Aku benar-benar tak bisa menguasai emosiku. Amarahku meradang memuncak bersamaan dengan rasa sakit di hatiku.

"Cher..tunggu. Lo mau kemana?" Cegah Gita saat aku akan meninggalkan kelas.

"Pulang" jawabku singkat dan mengabaikannya.

"Tunggu Cher...kita harus bicara" Gita masih berusaha menghentikan langkahku.

"Maaf Git...Gue lagi bener-bener gak pengen ngomong. Gue cuma pengen pulang" Aku melanjutkan langkahku keluar kelas dan benar-benar mengabaikan Gita.

"Stop Cheryl! Lo gak bisa bersikap seperti ini dan melakukan apapun sesuka hati lo" Suara Gita meninggi.

"Kenapa? ini hidup gue. Apa peduli lo?"

"Tunggu Cher. Dengerin gue dulu Cher...Cher...Cheryl!"

Aku meninggalkan Gita begitu saja. Meskipun aku tahu Gita sama sekali tak bersalah, tapi kedua mata dan telingaku sudah tertutup oleh emosi dan amarah yang meraja.

Next to You (GxG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang