Cheryl PoV
Duduk dipinggiran kolam ikan dibelakang rumah sambil menikmati suasana malam yang sepi dengan hembusan angin yang tenang dan tidak terlalu dingin seperti ini memberikanku sedikit ketenangan dan rasa nyaman. Melihat ikan koi yang berenang kesana kemari menciptakan gelombang kecil air yang memantulkan cahaya lampu taman seolah menghempaskanku jauh dari alam sadarku.
Sesekali kuhisap dalam rokok yang sedari tadi kuapit diantara jariku. Kuhembuskan kepulan asap seperti ingin ku buang serta semua rasa dan beban pikiran ini. Keheningan seperti ini memang sangat kubutuhkan. Aku butuh sendiri, setidaknya untuk saat ini.
Sebuah tangan mengambil rokok yang baru akan kuhisap dari tanganku. Kulirik dia yang sekarang ada disampingku, duduk dalam posisi yang sama.
"Aku tidak tahu kalau kamu merokok" kata-katanya mengawali perbincangan kami.
"Hanya sesekali" Responku dengan perhatian tetap ke air kolam.
"Sesekali itu kapan? Disaat seperti apa?"
"...." Kutarik nafasku dalam kualihkan pandangan dari air kolam ke langit yang tak berbintang.
"Aku pernah dengar bahwa untuk sebagian orang merokok dapat memberikan rasa tenang, dan rokok juga bisa menjadi teman baik dalam merenung sehingga dapat melahirkan pemikiran bijak dalam menyelesaikan masalah....Apa kamu sedang dalam kondisi seperti itu sekarang?" Lanjut Real dalam diamku.
Aku bisa merasakan kalau dia saat ini sedang menatapku dan bisa kudengar dengan jelas dia membuang nafasnya keras. Dan untuk beberapa saat suasana berubah hening dan yang satu-satunya tempat yang berisik adalah dadaku, bergemuruh dan berdetak dengan cepat saat mulai kurasakan senderan kepalanya dipundakku. Aku masih diam berusaha menetralkan jantungku yang berdebar tak karuan dan dia diam dalam pikirannya.
"Cher...Aku minta maaf. Aku tahu kamu pasti marah sama aku."
Dia melanjutkan kata-katanya setelah menarik kembali kepalanya dari pundakku. Ku tatap kedalam matanya ada kepedihan dan penyesalan. Mungkin dia sedih karena aku mendiamkannya, mungkin dia menyesal karena telah mengingkari janjinya. Dan aku tidak tahan melihatnya seperti ini. Ku usap lembut puncak kepalanya dan kuberikan dia senyum paling tulus dari hatiku.
"Kamu maafin aku?" yang ku balas hanya dengan anggukan kepala dan senyumanku.
"Aku akan menjelaskan semuanya karena aku gak ingin kamu salah paham. Terlebih karena kamu mantan pacar Alvian dan kamu sahabatku sekarang". Sungguh aku tersenyum getir disitu. Ya sahabat. Kami hanya sebatas itu. lantas bagaimana dengan hatiku? Akankah aku mampu menghilangkan semua rasa yang ku miliki untuknya begitu saja?
Dia menjelaskan semuanya, tentang alasan dia mau diajak pergi berdua sama Alvian. Dia juga bercerita dia pergi kemana dan ngapain aja. Pokoknya dia menceritakan semuanya dengan detail.
"Huft...katanya kamu gak marah dan maafin aku. Tapi dari tadi kamu diam aja." Dia menundukan pandangannya.
"Sepertinya sekarang aku tahu arti diam kamu." Lanjutnya masih dengan menundukan wajahnya.
"Huft...Maafin aku. Saat ini aku memang lagi dalam mode ingin diam. Tapi aku serius aku gak marah sama kamu. Meskipun memang pada awalnya aku kecewa sama kamu. tapi sekarang aku gapapa apalagi tadi udah kamu jelasin semuanya."Jelasku karena aku tak ingin melihat dia sedih.
Dia menatap wajahku lekat dan sedikit mengernyitkan dahinya.
"Apa? Gitu amat liatinnya." Aku bertanya dengan sedikit terkekeh.
"Tumben aku-kamu. biasanya juga lo-gue."
"Iya gitu?"
"Idih kamu sendiri yang ngomong masa gak sadar sih?"
Aku hanya tersenyum miring sambil menggaruk kecil kepalaku yang tak gatal.
Keheningan kembali terjadi.
"Huuuft...Sebenarnya kamu itu kenapa sih Cher? Lagi mellow banget kayaknya, dari tadi diem aja."
"Gapapa...perasaan lo aja itu"
"Hmm...balik lagi"
"Huh? Siapa yang balik?"
"Kamu!"
"Gue? kan dari tadi juga gue duduk disini. Balik dari mana ke mana?" Ku lihat Real memutar matanya malas.
"Itu lo-gue nya kamu"
"Ya emang gini kan biasanya?" Aku menggaruk lagi kepalaku yang gak gatal.
"Tapi aku lebih suka yang tadi. Aku-kamu nya kamu ke aku"
"Kenapa?" ku tatap matanya serius, seserius pertanyaan singkatku ini.
"Yaa...suka aja. gimana ya...? ya intinya suka aja deh."
"Huuuh... ga jelas"
"Emangnya kamu jelas? Dari tadi juga kamu gak jelas"
"Gak jelas apanya gue?"
"Tuh kan gak jelas? Padahal udah aku perjelas."
"Perjelas yang mana? Soal kamu sama Alvian? Iya gue udah ngerti."
"Kok Alvian sih?"
"Ya terus apa?"
"Itu yang aku lebih suka kamu, aku-kamu ke aku"
"Elah Real...Kamu tuh ya. itu doang?"
"Gak doang yah...kamu yang banyak diem gak jelas juga itu masalah buat aku. Aku tuh gak suka kamu diemin aku. Aku gak suka kamu cuekin aku. Seolah aku ini gak berarti apa-apa buat kamu. Aku juga gak suka kalau kamu ...". Real bicara dengan ritme cepat.
Dan
Cup
Aku mengecup bibirnya. Real langsung mendorongku ke belakang dengan keras sampai aku tercebur ke kolam. Raut wajahnya berubah. Rahangnya mengeras dan tatapan matanya...tatapan marah yang sebelumnya tak pernah kulihat dari seorang Real.
'Haish! Apa yang kulakukan? Kenapa aku bisa bertindak sebodoh ini?' Batinku.
Aku keluar dari kolam dengan tergesa setelah aku menyadari kesalahan yang kulakukan untuk mengejar Real yang sedang berjalan dengan tergesa meninggalkanku.
"Real...Real...tunggu Real. Aku mohon. Maafkan aku."
Real terus mempercepat langkahnya tanpa mempedulikanku. Sampai akhirnya dia keluar dari rumah menuju mobilnya yang dia parkir di bahu jalan depan rumahku. Real memasuki mobilnya, nahasnya saat aku berniat menahan pintu mobilnya berbarengan dengan dia menutup pintu, alhasil keempat jari tangan kiriku terjepit pintunya dengan keras.
"Awhh"
Aku menjerit kesakitan. Real nampak panik. Tapi sepertinya kemarahannya lebih besar dari rasa khawatirnya. Dia hanya membuka pintu hanya untuk melepaskan tanganku yang terjepit, setelah itu dia pergi begitu saja. Aku hanya bisa menatap kepergiannya dan menyebut namanya dengan perasaan sedih dan penyesalan.
"Real."
Sungguh sakit di tangan ini tak sebanding dengan sakitnya hati ini. Rasa perih seketika menjalar keseluruh tubuh. Rasa sakit yang kubuat sendiri. Aku hanya bisa meratapi kesalahanku dan berdo'a semoga Real bisa memaafkan kesalahanku dan tak memutuskan pertemanan kami. Semoga saja.
To be Continued.
Happy reading 💜💜💜
KAMU SEDANG MEMBACA
Next to You (GxG)
Teen Fiction"Sekuat apapun kita menyangkal nyatanya kekuatan cinta akan menyatukan rasa. dan sekuat apapun cinta yang kita miliki pada akhirnya hanya akan tunduk pada takdir" ...