Sudah hampir sepuluh menit aku berdiam di depan gerbang sekolah setelah tadi turun dari ojek online yang kupesan tadi. Kulihat mobil Real sudah terparkir. Hatiku berdebar,ragu untuk memasuki kelas dan takut akan reaksi Real setelah kita ketemu nanti. Ku tarik nafas dalam dan kuhembaskan cepat sebelum kulangkahkan kakiku menuju kelas. Dari depan kelas sudah bisa kulihat Real duduk dibangkunya sedang ngobrol dengan Gia, Gita, Joana dan juga Amel.
"Hei."
Kusapa mereka semua dengan ragu. Jujur aku takut Real menceritakan apa yang terjadi semalam ke mereka. Aku takut mereka juga akan memiliki reaksi yang sama seperti Real. Marah!. Tapi ternyata mereka menjawab sapaanku dan bersikap biasa. Real juga menjawab sapaanku hanya dengan ekspresi yang berbeda.
Joana bergeser dari duduknya memberikan ku ruang untuk duduk karena dia duduk di bangkuku. Kuletakkan tas di atas bangku.
"Tangan lo kenapa Cher?"
Joana yang pertama menyadari jari-jari tangan kiriku bengkak dan otomatis mereka semua melihat kearah jariku termasuk Real.
"Gapapa. Cuma kejepit pintu kemarin" Jawabku setengah jujur.
"Keras banget pasti tuh. Sampe bengkak gini. Udah di kasih obat?" Tanya Gita sambil memegang pelan tanganku.
"Udah di kasih krim pereda nyeri kemarin, tadi juga"
"Di kompres dulu gak tuh kemarin?".Gantian Gia yang nanya.
"Udah kok."
Ku lirik Real yang sedari tadi diam saja. Sedih juga dia besikap seperti itu. Gak lagi hangat, ramah apalagi perhatian. Apa aku sudah-benar-benar kehilanganya?.
Bel masuk berbunyi. Gita, Gia, Amel dan Joana berpindah ke tempat duduk masing-masing.
"Real."
Aku berusaha menyapanya lagi. Tak ada respon darinya dan kami belajar tanpa ada komunikasi satu sama lain.
****
Waktu istirahat sudah tiba. Real langsung berdiri dan menghampiri Gita dan teman-teman lain untuk ke kantin.
"Cher. Lo gak ikut ke kantin?" Tanya Gita.
"Dia gak ikut. Ada perlu katanya" Real sudah menjawab pertanyaan Gita sebelum aku sempat mengeluarkan suaraku.
"Iya. Maaf ya." Jawabku dengan senyum getir.
Huft...Fix ini Real gak mau deket-deket sama aku. Ya..mungkin dia jijik sama aku.
Aku keluar dari kelas dengan membawa serta tasku setelah kelas ini benar-benar kosong. Aku menghampiri meja guru piket yang berada tepat diseberang koperasi sekolah. Aku meminta ijin pulang dengan alasan sakit di tanganku dan untungnya aku diijinkan pulang.
Aku memesan ojek online tapi tidak untuk pulang ke rumah. Melainkan ke rumah Nevlin teman mainku dulu yang sudah jarang kutemui semenjak aku dekat sama Real dan teman-teman lainnya.
Aku berdiri didepan sebuah rumah cukup megah dan berpagar tinggi. Kupijit berulang kali bel sampai seseorang yang kukenal datang untuk membukakan pintu pagar ini. Dia adalah pa Tono security rumah Nevlin.
"Mbak Cheryl?"
"Iya pa, Nevlin nya ada pa?"
"Ada mbak. Silahkan masuk"
Aku langsung memasuki rumah setelah dibukakan pintu dan langsung menuju kamarnya. Aku dan Nevlin sudah kenal sejak masa sekolah dasar dulu. Meskipun kami tidak pernah sekolah di satu sekolah yang sama tapi aku mengenalnya dan berteman baik dengannya karena dia adalah anak dari salah satu rekan bisnis papa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Next to You (GxG)
Ficção Adolescente"Sekuat apapun kita menyangkal nyatanya kekuatan cinta akan menyatukan rasa. dan sekuat apapun cinta yang kita miliki pada akhirnya hanya akan tunduk pada takdir" ...