Cheryl PoV
Aku duduk sambil memeluk kedua lututku di balkon kamar Nevlin. Menghirup udara pagi yang kuharap tak hanya melegakan pernafasanku tapi juga perasaanku. Terpaan sinar jingga kurasakan hangat meresap kedalam tubuhku tapi tak mampu hangatkan hatiku.
Sosok Real terus saja membayangi pikiranku dan selalu menghiasi pelupuk mataku bahkan dalam setiap kali ku berkedip.
'Real' batinku menyeru namanya.
Nevlin datang dengan membawa dua cangkir kopi di tangannya dan memberikannya satu padaku.
"Thanks"
Ku ubah posisi dudukku menjadi bersila dengan bersandar ke pagar balkon. Menghirup dalam aroma kopi yang kusuka.
"Jadi mulai besok lo balik sekolah?"
Tanya Nevlin saat dia sudah duduk dengan nyaman di sisi lain pagar. Aku hanya mengangguk sebagai jawaban.
"Lagi mikirin Real ya?"
"Huft..begitulah"
"Lo kenapa gak terima aja tawaran bundanya Real buat tinggal bareng mereka?"
"Gue udah janji kan sama lo buat nemenin lo"
"Iya itu kan pas lo belum tau bakal ada tawaran itu. Gue tau lo pengen banget kan tinggal bareng Real. Gue gapapa kok kalau lo mau tinggal bareng mereka."
"Lo bener, tapi gue rasa ini yang terbaik. Karena semakin gue deket sama dia, gue yakin perasaan gue akan semakin tumbuh dan akan semakin sulit buat gue lupain perasaan gue ke dia"
"Kenapa lo mau lupain perasaan lo ke dia? lagian ya Cher kalau gue perhatiin nih si Real juga sebenarnya punya perasaan yang sama deh ke lo"
"Gak mungkin"
"Kenapa gak mungkin?"
"Kalau dia punya perasaan yang sama gak mungkin kan dia seperti sekarang ini. Bentar-bentar dia sama yang satu bentar lagi sama yang lain. Kalau gue pertahanin perasaan ini yang ada makin sakit hati gue."
"Menurut gue nih ya..lo gak boleh maen simpulin sendiri gitu aja. Gue pikir lo lebih kenal dia daripada gue, Cher"
"Tapi itu yang gue lihat sekarang"
"Gak semua yang lo lihat itu sesuai dengan apa yang lo pikir. Ingat Cher...menyelami hati dan perasaan orang itu bukan pake mata tapi pake hati. Lo kadang-kadang oon juga ya" Kata Nevlin sambil dia memegangi dada sebelah kirinya dengan telapak tangannya.
Aku menatapnya takjub. Gak nyangka aku orang kayak si Nevnev ini meskipun perilaku dan bahasanya yang suka nyeleneh bisa juga mengeluarkan kata-kata seajaib itu, dan ku akui apa yang barusan dia katakan itu benar.
"Apa sih lo? ngeliatinnya sampe segitunya" tambahnya.
"Gak apa-apa. Takjub aja gue ternyata lo pinter juga ya kadang-kadang"
"Gue gitu loh" dengan percaya dirinya sambil mengangkat kaosnya yang gak berkerah. Dasar narsis.
"Ish kepedean banget sih lo. Tolong dicermati ya...lo tadi bilang kadang-kadang gue oon, dan gue bilang lo kadang-kadang pinter. Berarti yang paling banyak oonnya disini tu siapa?"
"Gue lah.... Eh?.. Si anjir!" Reflek tuh tangannya jitak kepalaku seiring jalan otaknya hehe.
"Hahaha...anjir sakit pala gue." Ku usap kepalaku pelan. Bener gila. Sakit ini..gak bohong. Dia mukulnya gak kira-kira.
"Lagian lo...sembarangan aja kalo ngomong" sebelnya Nevlin
"Eh yang ngomong lo oon siapa? Gue Cuma nanya doang perasaan." Gak mau kalah dong aku.
"Tapi maksud dari pertanyaan lo itu, gue kan?"
"Hehe...Emang" Ku tampilkan deretan gigi putih bersinar ku padanya, dan dia hanya mengerucutkan bibirnya. Lucu, Tapi gak menggerakan bibirku apalagi hatiku untuk menciumnya. Tapi kalau itu Real sudah pasti ... Ah sudahlah.
***
Pagi-pagi sekali aku harus mundar mandir, bongkar sana bongkar sini. sambil mulut gak berhenti komat kamit kayak mbah dukun baca mantra. Aku sesekali teriak-teriak manggilin temanku yang entah sedang apa di kamar sebelah.
"Nevliiin...Elah, gue dari tadi teriak-teriak juga. Lo masih molor ternyata. Nev...kemeja seragam gue mana? "
Tanyaku setelah memasuki kamar dia yang ternyata dianya masih tertidur pulas.
"Nevlliiin....bangun ih. Kemeja seragam gue mana?"
Tanyaku sambil sedikit mengguncang-guncangkan tubuhnya yang masih betah berada di balik selimut.
"Apa sih lo ah...ganggu aja."
"Kemeja seragam gue mana?" tanyaku lagi
"Kan lo sendiri yang beresin di kamar."
"tapi kan lo yang masuk-masukin ke tas waktu di kostan"
"Ya gak tahu gue. Gue udah masukin semua yang ada di lemari lo kok. Udahlah lo pake seragam yang ada aja dulu"
"Huh..iya deh... tapi tetep ayo bangun katanya mau anterin gue ke sekolah"
"Iye...iye...ah berisik banget sih lo. baru semalam lo disini pagi-pagi dah bikin rusuh, ganggu tidur gue. gimana nasib gue di hari-hari kedepannya?" Nevlin bangun sambil menggeretu pelan yang tetap saja masih bisa kudengar dengan jelas.
"Eh ... Gue denger ya"
"Lo denger?"
"Lo kira gue budeg?. Udah ah cepetan sana lo mandi"
"Iya..iya...lo tamu tapi galakan lo di banding gue. heran...untung aja..."
"Untung apa?"
"Untung gue sayang" kata Nevlin sambil nguyel-nguyel kedua pipiku.
"Uuuh...sweet banget sih sahabat aku satu ini" yang ku balas dengan perlakuan yang sama ke kedua pipinya.
"Udah ah cepet mandi sana" suruhku sambil memutarkan tubuhnya ke arah kamar mandi.
"Mandiin" Manjanya dengan menunjukan smile eyes nya. Aku? melotot heran dengan tingkahnya. Dasar!.
"Hehe...iya gue mandi ya." lanjutnya yang kemudian berlari kecil kearah kamar mandi.
Geleng-geleng kepalalah aku, tapi tanpa kusadari aku tersenyum bahagia. Bahagia memiliki dia. Sahabat dengan segala ke-absurd-an nya, namun selalu bisa membuatku tersenyum. Merasa ada dan berharga, sahabat setia dan sangat bisa ku andalkan sepertinya.
***
Seturunnya dari mobil Nevlin, aku langsung berlari menuju gerbang sekolah yang beberapa detik lagi pasti akan ditutup. Tapi untunglah aku masih sempat masuk tanpa omelan dari pak satpam baru, muda, ganteng tapi jutek itu.
"Hei tunggu... " Pak Satpam itu memanggilku. Aduh..baru juga bilang untung.
"Kenapa pa? Aku udah mau telat nih pa. Jangan tambah aku makin telat dong pa. Kelasnya pa Burhan nih bentar lagi. Bapak mau aku mati di tangan dia?"
"Jangan lebay kamu" protesnya si bapak.
"Buka sweater kamu. kamu tahu kan gak boleh pake atribut lain selain seragam sekolah." Lanjutnya dengan nada mengesalkan.
"Iya pa nanti aku buka ya. Sekarang aku harus masuk pa. beneran deh."
"Saya bilang buka sekarang" nadanya sedikit menegas.
"Bapak mau aku teriak karena bapak maksa aku buka baju disini dan dituduh macam-macam?"
"Eh..kok?" Si bapak gelagapan dan tanpa mempedulikannya lagi aku langsung berlari ke kelas sebelum dikasih tatapan maut guru killer itu. Hahah..kena juga dia. Aku di lawan.
Aku masuk ke kelas dengan sedikit ngos-ngosan. Bagaimana gak? lari dari gerbang sampai harus naik tangga juga menuju kelasku. Disana Real sudah duduk manis juga sambil melemparkan senyum termanisnya ke arahku sambil geleng-geleng kecil. Rasa capekku mendadak hilang setelah melihat senyuman manisnya itu. Aku membalas senyumannya dan menghampirinya dengan berjalan tenang. Adem rasane atiku hehe.
To Be Continued
KAMU SEDANG MEMBACA
Next to You (GxG)
Teen Fiction"Sekuat apapun kita menyangkal nyatanya kekuatan cinta akan menyatukan rasa. dan sekuat apapun cinta yang kita miliki pada akhirnya hanya akan tunduk pada takdir" ...