Setelah bel masuk kelas berbunyi, pelajaran pun dimulai. Kini, telah ada guru fisika yang tengah menjelaskan sebuah materi kepada murid kelas XI IPA 1 dengan beberapa barang yang akan menjadi bahan praktek dari teori yang telah ia jabarkan kemarin.
Guru fisika yang diketahui bernama Newton Curium tersebut mempraktekkan tentang gelombang frekuensi yang dihasilkan dari tiga radio berbeda jenis tersebut. Selain mempraktekkan, guru yang biasa disapa Pak Newton tersebut pun menyuruh murid XI IPA 1 untuk menganalisis setiap frekuensi suara yang keluar dari setiap radio tersebut.
Namun, disela-sela kegiatan mendengarkan ketiga radio tersebut, tiba-tiba Zivanka merasakan getaran aneh yang tubuhnya rasakan serta pikiran yang tiba-tiba saja mengingatkanya pada sesuatu. Ingin rasanya memperjelas ingatan yang sekelibat datang tersebut. Namun, sudah terlambat.
Ingatan tersebut kini lenyap bagaikan kayu yang dilahap api yang membara, bersamaan dengan suara radio terakhir-radio efek sonik yang menciptakan frekuensi Paradigma yang mulai menghilang secara perlahan.
Zivanka pun menjadi tak fokus pada penjelasan yang diberikan oleh pak Newton tersebut, kini, tatapan yang ia lontarkan menjadi tatapan kosong. Pikirannya melayang entah kemana, memikirkan ingatan yang baru saja menghampirinya tadi.
Sampai akhirnya bel pulang sekolah pun berbunyi. Matahari sore yang mulai condong ke ufuk barat menyinari gedung Mega Countries dengan hangat. Gedung besar ini, yang biasanya sepi di luar jam sekolah, kini, tampak lebih hidup dengan kehadiran anggota Klub Sains SMAN 2 Beringin.
Zivanka Adequaria berjalan santai menuju gedung itu, tas ranselnya penuh dengan bahan-bahan persiapan untuk bazar sains yang akan diselenggarakan minggu depan.
Semilir angin sore yang sejuk menyapanya, membuat rambut hitam panjangnya berkibar lembut. Di dalam, ia bisa melihat bayangan teman-temannya yang sudah berkumpul. Mereka jelas sibuk berdiskusi, terlihat dari gerakan tangan mereka yang begitu bersemangat.
Setelah membuka pintu kaca gedung, Zivanka disambut oleh Hakim yang sedang duduk di sebuah meja besar, memegang tablet dengan beberapa catatan digital terbuka di layarnya.
Java berdiri di dekat papan tulis, mencoret-coret ide di sana, sementara Veiga, yang selalu tenang, duduk di pojok dengan laptopnya, fokus pada sesuatu yang tampaknya sangat serius.
"Ah, akhirnya datang juga, Lo, Ziv," cetus Hakim dengan senyum tipisnya sambil membenarkan kacamatanya yang merosot ke batang hidung. "Kami udah mulai membahas detail bazar sains minggu depan."
Zivanka meletakkan tasnya di kursi kosong dan bergabung dengan mereka. "Maaf sedikit terlambat. Gua harus ngambil beberapa dokumen dari ruang guru. Jadi, gimana persiapannya?"
Hakim menatap layar tabletnya sambil menggeser-geser beberapa file. "Kita udah punya enam stan untuk bazar nanti. Namun, yang terkonfirmasi hanya satu, stan bazar utama kita mengenai fisika eksperimental dengan tambahan eksperimen kuantum."
KAMU SEDANG MEMBACA
Fivers Eternity
Fantasy- Diikut sertakan dalam Event Writing Cakra Media Publisher Batch 07 ✨ - "Kami ada di antara temaramnya kilau ribuan bintang. Tampak megah tetapi, berubah tak menentu arah. Poros dunia selalu mengawasi di akhir bayangan mentari mulai memudar." Kisah...