Setelah perdebatan yang cukup panjang dan melelahkan kala jam istirahat pertama tadi, kini, Zivanka serta Java, Hakim, dan Veiga tengah duduk santai di meja sebelah pojok kantin.
Beberapa makanan yang mereka pesan telah tersuguh di hadapan mereka. Namun, belum ada satupun yang tersentuh karena makanan penutup mereka yang belum tiba juga.
Java, yang sudah terlanjur tidak bisa menahan lapar lebih lama lagi pun, berinisiatif menyusul ke kedai eskrim yang sebelumnya telah mereka pesan.
Siang ini, mereka tak mengambil jatah makan siang mereka di kantin sebelumnya, karena mendapat isu bahwa makanan di kantin sebelumnya masih terasa hambar-sama seperti saat itu. Alhasil, mau tidak mau, Zivanka dan kawan-kawannya berpindah kantin makan siang untuk sementara ke gedung sebelah Barat SMAN 2 BERINGIN.
Di saat Java sedang sibuk menunggu pesanan eskrim mereka di kedai, Veiga diam-diam memperhatikan sekitarnya dengan seksama tanpa terlewat seinci pun. Matanya membelalak terkejut, kala panca indera penglihatannya tak sengaja menangkap objek yang begitu asing -sebuah atap truk yang terlihat terparkir rapih di halaman belakang kantin yang biasa mereka tempati.
Mencoba untuk menajamkan matanya. Namun, sayang, yang terlihat hanya atap truk berwarna hampir menyatu dengan bangunan-berwarna merah maroon.
Zivanka yang melihat Veiga menatap sesuatu dengan begitu serius tersebut pun ikut mengalihkan pandangannya, menatap apa yang dilihat oleh Veiga. Ia pun sama, terbelalak ketika melihat sebuah truk besar yang dijaga oleh orang-orang berbadan kekar di kedua sudut truk tersebut.
"Astaga, Vei! Lihat itu!" celetuk Zivanka nyaris berbisik, mencoba tenang agar siswa lain tak curiga terhadapnya atau mengiranya orang gila berkedok siswa.
Veiga yang mendengar celetukan tersebut pun sontak menoleh ke arah Zivanka, menatapnya dengan tatapan terkejut seraya bertanya, "Lo lihat apa yang gua lihat, Ziv?"
Zivanka pun lantas mengangguk tegas. "Iya, Vei. Gua lihat apa yang sedang lo lihat, bahkan dari sisi sudut gua, kelihatan jelas banget itunya."
"Seriously?" Veiga bertanya dengan nada sedikit tak percaya lalu, ia pun bangkit, berpindah posisi menjadi duduk di sebelah Zivanka.
Hakim yang sedari tadi hanya sibuk dengan dunia dalam ponselnya tersebut pun seketika mendongak ketika melihat Veiga berpindah posisi ke samping Zivanka. Ia menampilkan raut penuh tanya, menyipitkan matanya tanpa berbicara.
Mengikuti arah pandang kedua gadis tersebut yang ternyata ke arah belakangnya. Hakim pun menoleh, mencoba mencari-cari apa yang sedang kedua gadis tersebut lihat. Namun, nihil. Tak ada apapun yang bisa ia lihat kecuali pepohonan rimbun yang hampir menutupi pagar sekolah.
Menoleh kembali ke arah Zivanka dan Veiga yang kini raut wajahnya tampak sedang serius membicarakan sesuatu. Ingin rasanya Hakim nimbrung dalam diskusi tersebut tetapi, dirinya tak tahu apa yang sedang dibahas dalam diskusi bisik-bisik tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fivers Eternity
Fantasy- Diikut sertakan dalam Event Writing Cakra Media Publisher Batch 07 ✨ - "Kami ada di antara temaramnya kilau ribuan bintang. Tampak megah tetapi, berubah tak menentu arah. Poros dunia selalu mengawasi di akhir bayangan mentari mulai memudar." Kisah...