"Akhirnya, waktu istirahat bunyi juga. Asik, nih! Bisa ambil jatah makan siang." Ketika Hakim sudah bersorak kecil penuh kegembiraan yang hendak melangkah, tiba-tiba saja krah baju belakangnya ditarik oleh seseorang.
Hakim pun tak berani menoleh, karena dirinya takut, jika yang menarik krah nya tersebut adalah seorang Veiga–orang yang tadi pagi menjewer keras telinganya hingga berwarna perah padam.
"V-vei? Lo mau apa lagi?" cicit Hakim begitu pelan, menelan ludahnya dengan susah payah. Namun, menit berikutnya justru sangat terdengar begitu renyah dari suara tawa yang dikeluarkan oleh Zivanka.
Zivanka tertawa sambil memegangi perutnya. "Hahaha, lo punya trust issue sama Veiga, ya? Ngakak amat lihat komuknya anjir. Hahaha."
"Sialan lo, Ziv. Gua udah takut setengah mati, woy!" sentak Hakim kesal lalu, terjadilah aksi kejar-kejaran dengan Hakim yang mengangkat tinggi-tinggi tangannya membawa sebuah rotan tipis sambil mengejar Zivanka yang terus saja kabur.
"Set, dah! Kek anak kecil aja mereka." Veiga menggelengkan kepalanya tak habis pikir sambil meletakkan paper bag besar di samping stan bazar mereka, diikuti dengan Java yang tadi membantunya untuk mengambil jatah makan siang Klub Sains.
"Ziva! Kim! Makan siang dulu, sini! Acara pdkt-annya nanti aja." Java berteriak begitu keras hingga membuat beberapa pengunjung yang masih di sekitaran stan bazar mereka pun ikut mengalihkan atensinya.
Veiga yang berdiri tepat di samping Java tersebut pun hanya bisa menghela nafas panjang, menunduk pelan menghindari tatapan yang dilayangkan pengunjung tersebut.
"Gak usah teriak juga kan, bisa Jav, astaga!" bisik Veiga penuh penegasan dalam setiap kalimat yang ia ucapkan.
Java yang mendengar bisikan tak jelas tersebut hanya bisa menimpalinya dengan senyum lebar yang tercetak jelas di raut ramahnya itu, membuat Veiga semakin menatapnya datar.
"Kawan! Makan dulu sini, sebelum dilanjut. Nanti bakal lebih sibuk dari sekarang loh," pekikan perintah dari Java pun langsung dijawab anggukan patuh oleh anggota Klub Sains, dengan segera mereka menghampiri Java lalu, mengantri mengambil makan siangnya.
Kini, box makan siang tersisa empat, yang di mana untuk dirinya, Veiga, Zivanka, dan Hakim. Namun, Zivanka dan Hakim entah hilang kemana sedari tadi, padahal Veiga sudah menghubungi ponsel Zivanka berkali-kali.
Tak hanya Veiga saja yang kesal, Java pun terlihat misuh-misuh ketika dirinya menghubungi Hakim tetapi, ponsel temannya itu ternyata ada di stan bazar mereka. Dengan terpaksa mereka makan tanpa menunggu kehadiran Zivanka dan Hakim, karena acara bazar selanjutnya akan dimulai.
Ketika suasana mulai hening, tak ada lagi misuh-misuh yang keluar dari mulut Java dan cibiran peda dari Veiga. Zivanka datang bersama Hakim dengan berlarian dan nafas terengah-engah yang membuat Veiga dan Java seketika langsung menghentikan kegiatan makan mereka lalu, berdiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fivers Eternity
Fantasy- Diikut sertakan dalam Event Writing Cakra Media Publisher Batch 07 ✨ - "Kami ada di antara temaramnya kilau ribuan bintang. Tampak megah tetapi, berubah tak menentu arah. Poros dunia selalu mengawasi di akhir bayangan mentari mulai memudar." Kisah...