"Xey, Zey! Apa maksud kalian ini? Kenapa kalian malah membantu dia? Jawab!" sentakan dengan suara bergetar terdengar nyaring serta bergema dalam ruangan penuh peralatan medis tersebut.
Sang empu yang namanya terpanggil itupun menarik bibirnya, membentuk sebuah seringai lebar dengan tatapan sengit. Tak banyak bicara, mereka lantas memakai pakaian yang tak jauh dari jangkauan mereka—sama seperti pakaian Professor Himel.
Professor Himel yang melihat adegan di depannya tersebut pun seketika tertawa lebar, suaranya mengudara dan begitu menggema, meninggalkan denging panjang pada gendang telinga mereka.
"Eyy! Bukankah ini terlalu cepat untuk menunjukkan identitas asli kalian, twins? Agaknya, mereka tak percaya dengan apa yang mereka lihat, sampai terdiam kaku seperti itu. Hahaha!" Tawa jahat kembali mengudara, memenuhi ruangan hening dengan diselimuti kabut menggebu-gebu tersebut.
Twins yang dimaksud Professor Himel adalah Xey dan Zey. Mereka, kini tengah berdiri sejajar dengan Professor Himel yang masih tergelak di tempatnya. Menatap dingin sosok-sosok di hadapannya yang masih terikat pada kursi mereka masing-masing.
Sosok-sosok tersebut tidak lain adalah Java, Veiga, Hakim, dan Kayshaka. Veiga adalah orang yang meneriaki Xey dan Zey ketika melihat mereka justru sudah tak terikat di kursinya dan mengambil jas yang sama seperti Professor Himel lalu, memakainya.
Java dengan nafas menggebu-gebu, tatapan sengit setajam silet dan suara gigi yang gemeletuk mulai angkat bicara dengan pelan tetapi, tersirat dendam amarah. "Gua sekarang paham, kenapa kalian dari tadi sama sekali gak berontak. Ternyata, kalian BERSEKUTU DENGAN MEREKA! DASAR BEDEBAH, SIALAN! APA YANG SEBENARNYA KALIAN INCAR DARI KAMI, HAH?! DRAMA APA YANG LO MAININ, XEY? ZEY? DRAMA APA!" hardiknya penuh amarah hingga urat nadi lehernya terlihat lebih jelas dan rahangnya semakin menegas.
Xey dan Zey yang mendengar bentakan tersebut sama sekali tak gentar ataupun ciut, mereka justru berdecih sinis menatap Java dengan tatapan mengejek.
"Dasar manusia bodoh! Gampang sekali memanfaatkan kalian," lontar Zey sambil menyilangkan kedua tangan di depan dada bidangnya.
"Cukup pasang muka melas, maka, semuanya beres. Hahaha!" Kini, giliran tawa Xey yang mengudara. Dalam tawa itu, entah kenapa Kayshaka mendengar suara seperti dipaksakan.
Ia pun lantas menatap lamat-lamat keduanya, mempertajam tatapan serta gendang telinganya untuk mencerna sesuatu yang begitu janggal dari mereka berdua. Entah memang kebenaran atau kepalsuan, Kayshaka seperti mendengar nada yang tersirat akan penuh luka.
Tak hanya suara, tatapan yang dilontarkan mereka pun tidak benar-benar tatapan tajam nan dingin, melainkan tatapan prihatin–yang sayangnya hanya Kayshaka saja yang menyadarinya. Maka dari itu, ia sedari tadi diam, menunggu waktu yang pas untuk dirinya berbicara.
Namun, sebelum dirinya memiliki kesempatan berbicara, tiba-tiba saja beberapa orang berbadan kekar datang ke dalam ruangan tersebut dengan membawa dua koper hitam yang terlihat dibawa oleh salah satu sosok yang berdiri paling depan di antara lainnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fivers Eternity
Fantasy- Diikut sertakan dalam Event Writing Cakra Media Publisher Batch 07 ✨ - "Kami ada di antara temaramnya kilau ribuan bintang. Tampak megah tetapi, berubah tak menentu arah. Poros dunia selalu mengawasi di akhir bayangan mentari mulai memudar." Kisah...