"Hakim!"
Tiba-tiba saja suara sentakan lebih keras nan nyaring dari sebelumnya terdengar jelas. Dengan nada yang mengisyaratkan kemarahan tertahan, Zivanka yang sudah sepenuhnya terlepas dari ikatan sebelumnya kini berdiri tegap menghadap Hakim.
Veiga, Java, Kayshaka, Xey dan Zey terbelalak kaget dan tak menyangka, ketika melihat mereka berdua telah terlepas dari ikatan yang begitu kencang pada kursi mereka. Karena ikatan tersebut terbuat dari besi bukan dari tali biasa yang mudah putus atau terlepas-pikir Xey.
Hakim yang tengah diselimuti kabut menggebu-gebu di sekitarnya sontak menoleh dengan raut terkejut, melihat Zivanka yang kini melangkah ke arahnya dengan raut wajah tak terima.
Ia pun lantas terdiam, ketika Zivanka melayangkan tatapan dengan sorot penuh kebencian yang menguar di sekitarnya. "Hebat lo begitu?! Berani bentak orang yang lebih tua. Di mana adab lo, hah?!" hardik Zivanka di depan wajah Hakim langsung.
Lagi-lagi Veiga serta yang lainnya terkejut ketika mendengar kalimat tersebut yang terlontar dari mulut Zivanka. Mereka tak menyangka, bahwa Zivanka masih memedulikan adab ketika ia tahu bahwa dirinya dan kawan-kawannya tengah dalam zona berbahaya.
Himelless yang berada di belakang Hakim dan Zivanka pun diam-diam menarik sudut bibirnya membentuk pola sabit, tangannya terangkat sambil bertepuk selama beberapa kali sambil berjalan mendekat ke arah mereka berdua.
Ia menepuk bahu Zivanka dengan sorot mata bangga dan senyuman remeh yang ia lontarkan kepada Hakim. Hal tersebut sontak membuat Java diam-diam mengerutkan keningnya, merasa aneh kenapa Zivanka tidak sensitif ketika disentuh oleh Professor gila itu.
Ketika Java perhatikan lebih detail, seketika dirinya tersadar akan sesuatu. Ia pun lantas menoleh ke arah Xey sambil memanggil Xey dengan berbisik.
Untung saja Xey mendengar namanya terpanggil oleh Java, ia pun lantas menoleh kearahnya dengan tatapan bingung ketika Java berusaha melontarkan kalimat. Namun, yang Xey lihat justru lebih ke komat-kamit tak jelas.
"Astaga! Masa dia gak ngerti, sih?" gumam Java, diam-diam kesal ketika Xey masih menatap dirinya dengan kening mengkerut, bingung.
Java berusaha mencoba berbisik lagi, tapi, kali ini dengan gerakan mulut perlahan. "Dia bukan Zivanka, alat bagian telinganya memiliki warna yang berbeda dengan Zivanka yang asli, Xey," bisik Java dan beruntungnya ia kali ini, karena Xey langsung sadar dan reflek menoleh ke arah telinga Zivanka yang sebelumnya dirinya tempelkan sebuah alat khusus.
Benar saja dugaan Java, bukan warna alatnya yang berbeda, melainkan tanda bintang yang menempel pada bagian antena kecil alat Earier Astiver tersebut yang berbeda warna. Xey ingat betul detail setiap alat yang ia ciptakan, dari bentuk, oposisi hingga ke bagian warna. Jadi, penglihatannya kali ini tidak salah, bahwa itu, bukan Zivanka yang asli.
"Hakim, stop! Gak usah lanjutin perdebatannya. Gak berguna! Yang lo lawan bukan Zivanka, Kim! Tapi, robot yang Professor gila itu ciptakan. Sadar, Kim! Sadar! Jangan hanya gara-gara cinta lo, lo jadi buta gitu!" pisah Kayshaka yang sebelumnya ikut menoleh ke arah Java dan mengerti apa yang dimaksud ucapan Java tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fivers Eternity
Fantasy- Diikut sertakan dalam Event Writing Cakra Media Publisher Batch 07 ✨ - "Kami ada di antara temaramnya kilau ribuan bintang. Tampak megah tetapi, berubah tak menentu arah. Poros dunia selalu mengawasi di akhir bayangan mentari mulai memudar." Kisah...