Professor Himelless Cakra Phytagoras, nama yang menyelipkan kebanggaan sekaligus ketakutan di kalangan para akademisi dan peneliti, merupakan tokoh misterius yang telah meninggalkan jejak mendalam dalam setiap ruang yang dia tempati.
Orang-orang membicarakan tentang betapa obsesinya dia dalam mengejar ide-ide baru dan inovasi tanpa batas. Namun, ada satu tempat yang lebih dari sekadar ruang kerja biasa bagi Himel, yaitu Ruang Terainfinita.
Bagi banyak orang, Terainfinita hanyalah cerita, simbol dari kebebasan intelektual dan pengetahuan tanpa ujung. Namun, bagi Himel, ruangan itu adalah saksi dari perjalanan panjangnya dalam dunia riset, keajaiban, dan kegilaan yang terus tumbuh dalam setiap putaran imajinasinya.
Terainfinita bukanlah ruang yang sembarang orang bisa temukan begitu saja menggunakan mata telanjang. Letaknya tersembunyi jauh di balik lorong-lorong gelap di kampus pusat Paradigma Eterus.
Selain letaknya yang tersembunyi dan cukup terpencil, Ruang Terainfinita juga cukup susah ditemukan jika tidak menggunakan alat khusus atau lensa sidik jari yang sudah terdaftar dalam program masuk Ruang Terainfinita—ruang sejuta rahasia.
Bagi mereka yang berhasil menemukannya, Terainfinita seolah membuka dimensi lain—ruang tanpa batas, dipenuhi dengan susunan buku tua dan perangkat eksperimental yang tampak mustahil. Tak ada yang benar-benar tahu dari mana asal ruangan ini, tapi, bagi Himel, Terainfinita telah menjadi semacam laboratorium pribadi, tempat ia bisa mewujudkan ide-idenya yang sering kali dianggap ‘terlalu berbahaya’ oleh para kerabat maupun koleganya.
Kini, Himel tengah menatap satu persatu sosok-sosok yang mencoba melepaskan diri tapi, nihil. Usaha mereka sia-sia, sebab, kursi yang mereka tempati telah dibuat khusus oleh Himel untuk para tawanan seperti mereka ini.
Dengan raut tenang dan tatapan penuh arti, ia berjalan mendekati Zivanka yang terus mengeram rendah. Zivanka tertunduk, melihat sepatu seseorang yang berdiri di hadapannya. Ia tak mendongak, justru hanya berdecih sinis sambil meludah ke sepatu tersebut. Terkesan tak sopan–Zivanka tahu hal itu, tapi, mau bagaimana lagi? Zivanka terlalu kesal hingga rasanya ingin mencabik-cabik muka tenang milik Himel tersebut.
Himel berjongkok, mengapit kedua dagu Zivanka dan memaksanya untuk bersitatap dengannya. Di satu sisi, Zivanka terus memberontak sambil melontarkan sumpah-serapah yang malah mengundang kekehan ringan dari Himel.
Himel mencengkram dagu Zivanka dan dalam hitungan detik, kini, mata mereka saling bertemu. Beradu dengan begitu tajam nan sengit, entah apa yang mereka bicarakan lewat tatapan tersebut. Namun, satu hal yang pasti, hal tersebut mengundang raut penuh tanya dari Kayshaka yang baru saja tersadar dari pingsannya.
Pandangan yang pertama kali ia lihat sewaktu bangun yaitu di mana Zivanka sedang beradu tatapan sengit dengan Himel di depannya, dengan Himel yang berjongkok tepat di depan Zivanka.
Himel yang sadar sosok lainnya telah terbangun tersebut pun lantas berdiri, melepaskan cengkeramannya pada dagu Zivanka. Membersihkan celananya yang berdebu akibat menyentuh lantai ruangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fivers Eternity
Fantasy- Diikut sertakan dalam Event Writing Cakra Media Publisher Batch 07 ✨ - "Kami ada di antara temaramnya kilau ribuan bintang. Tampak megah tetapi, berubah tak menentu arah. Poros dunia selalu mengawasi di akhir bayangan mentari mulai memudar." Kisah...