15. Dentuman tak Kasat Mata

6 3 0
                                    

"Mengapa seorang anak yang selalu disalahkan atas nama baik keluarga jika tercemar? Sehina itu kah, menjadi seorang anak?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Mengapa seorang anak yang selalu disalahkan atas nama baik keluarga jika tercemar? Sehina itu kah, menjadi seorang anak?"

— Zivanka Adequaria —

"Gimana, Ziv? Apa lo terima tawaran mereka?" Tepukan pelan di bahu menyadarkan Zivanka lagi kegiatan melamunya.

Veiga, menatap cemas Zivanka yang sedari tadi hanya diam dengan mulut terbungkam rapat, tak seperti biasanya, yang terlihat ceria dan begitu energi.

Zivanka menghela nafas pelan, menoleh dan menatap Veiga dengan tatapan tak terbaca, membuat Veiga mengernyit heran.

"Mikirin tentang apa, lo? Jangan kira gua bakal mudah termanipulasi sama tatapan jelek lo itu, ya." Veiga menoyor kepala Zivanka, yang membuatnya meringis pelan. Menggosoknya dengan pelan, mencoba menghilangkan rasa denyut ngeri pada bagian samping kepala.

"Pekaan amat, sih, anjir! Mana sakit banget pula," gumam Zivanka dengan nada hampir berbisik, membuat Veiga mencondongkan tubuhnya.

Karena terkejut melihat wajah Veiga dengan jarak beberapa senti dari wajah Zivanka, membuat Zivanka reflek mendorong Veiga hingga terjatuh ke lantai.

Meringis pelan, merasakan perih yang begitu ngilu ketika merasakan pantatnya mencium lantai tersebut.

Zivanka pun segera tersadar lalu, buru-buru membantu Veiga dengan raut khawatir. "Lo aman, kan, Vei? Gak ada yang luka?" Zivanka memutar seluruh tubuh Veiga sambil melihat secara detail dari ujung kepala hingga ujung ibu jari Veiga.

Veiga menatap kemusuhan yang ia layangkan kepada Zivanka. Menepis lembut tangan Zivanka yang terangkat untuk membersihkan debu pada bagian rok belakangan.

"Lo kenapa, sih, Ziv? Buset! Gak santai amat dorongnya. Kalau gak suka bilang, bukannya malah main kasar kayak gitu," seru Veiga dengan lantang berniat main-main untuk Zivanka.

Namun, Zivanka yang biasanya menanggapi candaan yang Veiga lontarkan, kali ini justru Zivanka hanya fokus melihat-lihat keadaannya dengan berjalan mengitari tubuh Veiga.

Melihat hal tersebut justru membuat Veiga semakin panas kepalanya lalu, menarik paksa tangan Veiga ke arah tempat duduk yang sedikit jauhan dari anak-anak Klub Sains.

Jadi, Zivanka dan Veiga ini sekarang sedang berada di Gedung Mega Countries bersama anggota Klub Sains lainnya—termasuk Java dan Hakim. Mereka berkumpul, berbagi cerita serta canda tawa dengan topik kecil yang hangat dibicarakan. Topik tersebut adalah rasa mereka sewaktu penjelasan serta meminta nomor telponnya.

Sesampainya pada kursi kayu panjang yang tak jauh dari tempat latihan mereka di ruangan Mega Countries, Veiga langsung memberikan Zivanka sebuah pertanyaan.

"Sebenarnya lo kenapa, Ziv? Ada masalah? Soal bokap lo lagi? Atau hal lainnya?" Pertanyaan yang Veiga lontarkan bertubi-tubi tersebut membuat Zivanka mengangguk kecil. Menyembunyikan air matanya yang hampir saja keluar dari kelopak mata matanya.

Fivers Eternity Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang