"Vony prokynulysya, vitayemo!"
(Mereka telah bangun, ayok ucapkan selamat datang!) lontar salah satunya dengan begitu semangat, ketika melihat Zivanka, Kayshaka, Java, Hakim, dan Veiga menggeliat pelan seraya melenguh panjang.Ia melihat Zivanka dan sahabatnya yang tergeletak di atas Padang rumput luas tak terkira dari kejauhan sejak tiba-tiba saja ada pusaran negatif yang membunyikan alarm darurat mereka.
Zivanka membuka matanya perlahan yang sudah disuguhkan dengan pemandangan langit biru cerah dan awan yang berbentuk abstrak dengan formasi yang begitu unik. Ia lantas duduk, memegangi kepalanya yang terasa berdenyut sangat kencang hingga meringis pelan.
Hakim yang kebetulan tergeletak tak jauh dari Zivanka pun bergegas duduk lalu, menggeser posisi duduknya agar lebih dekat dengan Zivanka. Ia pegang bahu Zivanka dengan pelan, tercetak jelas pada raut wajahnya jika ia begitu khawatir dengan keadaan gadis tersebut.
"Lo aman, Ziv? Butuh sesuatu?" Pertanyaan khawatir yang terlontar secara cepat tersebut membuat Zivanka lantas menoleh, menampilkan raut datarnya. Menatap Hakim yang menatapnya dengan raut heran sekaligus khawatir.
Zivanka menepis pelan tangan Hakim lalu, memandang sekitarnya dengan raut kebingungan. "Lo kalau tanya satu-satu, kek. Udah tahu guanya pusing, malah nanyanya kayak wartawan. Eh, be the way, kita di mana ini?" tanyanya yang masih menatap sekeliling padang rumput yang hanya ditumbuhi beberapa pohon, dan pohon tersebut adalah pohon beringin.
Hakim lantas menghela nafas panjang tetapi, ucapan yang dilontarkan Zivanka tak ia ambil pusing. Kini, tatapannya ikut memandang sekitarnya dengan raut yang sama seperti Zivanka.
"Seingat gua, terakhir kali tadi kita ..." Hakim menjeda ucapannya ketika Zivanka menoleh dengan raut terbelalak kaget serta dirinya yang baru sadar apa yang ia alami bersama teman-temannya.
Zivanka menatap Hakim dengan raut tak percaya. "Gak mungkin, kan, Kim?" tanya Zivanka nyaris berbisik.
Hakim menggeleng ragu lalu, dengan cepat ia mengambil jam tangan yang selalu ia bawa dalam saku kemejanya tersebut. Ia melihat di dalam jam nya tersebut, tertera jelas bahwa mereka berada di tanggal 36 bulan 10 tahun 2124 dengan pukul 17.00 dini hari.
Zivanka yang melihat hal tersebut pun memekik kaget, membuat Veiga, Java, dan Kayshaka terlonjak kaget dan langsung duduk, hingga menyebabkan kepala mereka berdenyut nyeri akibat kaget.
"Lo kenapa, sih, Ziv?! Jangan heboh gitu, gua jadi pusing ini. Aelah," cibir Veiga sambil memijit pangkal hidungnya, mencoba meredakan nyeri pada kepalanya.
Zivanka menoleh, mulutnya terbuka untuk mengatakan sesuatu. Namun, tiba-tiba saja, tiga sosok tinggi, yang bentuk tubuhnya mirip manusia, berjalan gagah ke arah mereka. Mereka tidak terlihat seperti ancaman langsung—tidak membawa senjata—tapi, sesuatu tentang mereka membuat udara di sekelilingnya menjadi berat dan dingin, seakan-akan realitas itu sendiri bergeser sedikit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fivers Eternity
Fantasy- Diikut sertakan dalam Event Writing Cakra Media Publisher Batch 07 ✨ - "Kami ada di antara temaramnya kilau ribuan bintang. Tampak megah tetapi, berubah tak menentu arah. Poros dunia selalu mengawasi di akhir bayangan mentari mulai memudar." Kisah...