Prolog: Lapangan Bola

2.3K 102 15
                                    


"Jam berapa jadinya?" Rama melempar korek ke meja setelah membakar rokok, lalu menghempaskan badannya ke sofa.

Maul bergidik mengangkat bahu, "Gak tahu, gajadi kali. Gimana, Wan?" lagi-lagi pertanyaannya dilempar. Kali ini ke Irwan yang baru saja masuk ke warung Bang Jei.

"Apaan?"

"Jam berapa jadinya sparing sama Riders Dakwah? Apa gak jadi?"

"Lah! Jadi lah! Sintya udah ga tidur semaleman itu mau ketemu Abi." Irwan berseru semangat. Dan semuanya tertawa lepas.

"Yeeeeee, apaansi" yang diledek cuma merengut sebal. Walau merengut sebal tapi seulas senyum tipis tetap tersirat di wajahnya.

"Aduh aduh cegan kita salting coy, gaakan jebolin gawang inimah besok, sibuk dia liatin Abi." Maul menimpuk Sintya dengan gulungan kertas bekas pembungkus rokok.

"Kayanya sih mending dia cadangan aja kata gua."

"Atau sekalian gausah dateng dah. Pertandingan persahabatan macem meet and greet ini mah."

Dan semuanya semakin sibuk meledek Sintya yang raut mukanya merengut tapi perlahan berubah jadi merah muda. Berisik sekali warung Bang Jei siang itu, ramai penuh huru-hara rencana sparing dan juga kabar Irwan yang baru saja putus.

Dibalik semuanya, tidak ada yang tahu jantung Sintya berdetak seribu kali lebih cepat.


"GUE BAKAL KETEMU ABI ANJIRRRR. Gini amat yak ngefans sama orang hhhhhhhhh."

BerlayarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang