Sintya masih menatap ponselnya walaupun telepon itu sudah berakhir sepuluh menit yang lalu. Jantungnya berdegup kencang. Apa ini?
Ia sudah tidak menangis. Percakapan itu tidak lagi emosional dan kembali ringan sejak Abi mengalihkan pembicaraan menjadi bahasan komentar netizen di akun Instagram teman perempuan Abi. Salah satu komentar yang membuat Abi benar-benar merasa semua ini melelahkan.
"Terus temen kamu gimana setelah di-komen gitu?" Sintya memastikan.
"Yaa sebenernya dia nggak apa-apa, cuma aku nggak enak aja."
"Iya sih kebayang. Aku juga nggak enak jadinya. Padahal kayaknya dia baik ya?"
"Baik kok dia anaknya. Bahkan ya, dulu kita pernah ngomongin kamu." Terdengar Abi terkekeh pelan.
"Hah? Kapan?"
"Hmm kapan ya, udah lama lah, nggak inget juga aku." Abi diam sebentar. "Jadi tuh, dia liat foto kamu di Instagram apa Twitter ya aku lupa, trus dia kayak bilang kamu keren banget. Dia nge-fans."
"Ih boong! Nggak jelas masa nge-fans." Sintya denial. Mana mungkin perempuan cantik itu nge-fans dengannya?.
"Serius, Sin! Karena dia liat aku follow kamu di instagram makanya dia nanya-nanya tentang kamu. Yaaa, aku juga belum kenal kamu banget waktu itu jadi aku responnya selewat aja."
"Tapi aku setuju banget kamu di foto yang dia tunjuk-in emang keren banget. Lagi main bola apa basket ya tapi aku lupa." lanjut Abi. "Aku disitu udah ga heran sih, yaa kamu emang keren, apa aja bisa."
Abi masih terus bercerita panjang lebar. "Bahkan dia tuh becandanya kayak yang 'aku aja yang cewek ngefans, gimana cowok ya?'"
Tidak tahu harus menanggapi cerita itu dengan apa, Sintya mencoba terus mendengarkan. Tapi bagian terakhir cerita itu membuatnya tidak tahan, "Sumpah lebay bangettt! Gajelasss."
Meskipun responnya menolak cerita itu, dalam hati sebenarnya Ia salah tingkah. Ini serius nggak sih? Masa iya?
Mendengar cerita ini disaat berita ramai membandingkan dirinya dengan gadis masa lalu Abi itu malah membuatnya semakin tidak bisa berkata-kata.
Ia tidak suka membandingkan dirinya dengan siapapun. Komentar jelek netizen di laman perempuan itu sebenarnya malah membuat Ia tidak nyaman. Nggak perlu fanatik, apalagi sampe banding-banding-in gitu, komentarnya ketika Dinda cerita bahwa komentar itu sedang ramai.
Walaupun itu bentuk dukungan yang seharusnya bernilai positif, tapi karena tidak pada tempatnya, malah jadi negatif. Apalagi mengandung unsur menjelekkan.
Dibanding-bandingkan begitu membuat Ia malah merasa tidak enak dan kadang-kadang malah bisa membuat insecure.
Namun, tanggapan Abi sangat tidak membantunya, dan malah membuat detak jantungnya menjadi semakin mirip gerak jalan militer. Berderap cepat.
"Nggak lebay lah, kamu beneran cantik, keren, cewek idaman semua orang. Dia aja yang cewek suka, jadi kalo aku suka juga wajar banget kan."
Sintya terdiam. Salah tingkah entah untuk keberapa kalinya malam ini. Yaa memang semua urusan dengan Abidzar ini tidak bisa tidak salah tingkah. Entah sampai kapan. Saat dulu jadi crush, ia salah tingkah, tapi kini? Masih sama saja.
Memaksa diri menanggapi Abi, Sintya merespon tegas, "Abi kurang-kurang-in deh kek gini. Aneh banget denger kamu kayak gini."
Bukannya ikut serius, Abi malah makin semangat. "Kenapa Sih? Aku kan nggak boong. Beneran ini. Jangan denial kamu kalo dipuji." Abi tertawa. "Aku jujur beneran ngefans sama kamu dari dulu. Itu netizen aja tau aku udah nge-like-in foto kamu dari dulu, masa kamu nggak tau."
"Yeee itu mah kamu pasti nge-like semua foto yang lewat di timeline kan. Biasa aja."
"Kannn... ga terima-an kamu mah."
"Gatau ah." Sintya malas sekali menghadapi topik-topik semacam ini. Bukan apa-apa, jantungnya itu loh. Sedangkan Abi sepertinya malah senang sekali. Sangat tidak cocok.
"Yaaa walaupun sekarang like-nya nggak bisa pake first account." Celetuk Abi.
Memahami arti kalimatnya, Sintya berseru, "Hah? Kamu punya second account?"
"Ya punya lah. Kamu juga punya kan?"
"Yaaa ada sih, buat share-share sama anak-anak CCBK doang tapi." Jawabnya. "Lah kamu buat apa?"
"Yaa buat liat IG kamu lahhh. Aku subscribe konten exclusive kamu loh."
"Ihhhh aneh bangett."
"Ngapain bangetttttttttttttt?!!!!!! Keluar ga?" Sintya memerintah.
Abi tertawa tidak berhenti, lalu mentah-mentah menolak, "Lah aku bayar, hak aku lah."
"Abidzar gak jelas banget astaga." Sintya geleng-geleng. "Abis ini fix aku subscribe kamu juga. Apa sih yang kamu share-share di exclusive."
"Pake akun apa, mau tau dong second account kamu."
"Nggak, nggak mau."
"Ih apa namanya? Ayo tukeran."
Abi terdengar benar penasaran. Sedangkan Sintya kekeuh tidak mau berbagi.
"Gak."
"Pelit."
"Biarin."
Perdebatan persis anak umur enam tahun yang berebut bekal makan siang. Tapi, tiba-tiba Sintya tapi berubah pikiran,
"Akun kamu apa?" tanyanya.
Membuat Abi heran, "Loh, kok kamu yang jadi penasaran?"
"Akun kamu namanya apa?" Ia mengulangi pertanyaan. Berubah jadi Ia yang penasaran dan terdengar tidak sabar
"Jadi mau tukeran akun nih?"
"Nggak, cuma mau tau akun kamu aja, sini biar aku block." Jawab Sintya cepat.
"Ih jaharaaaa Sintya sama eyke, mama tolongggg." Sisi lain jati diri Abi muncul tiba-tiba. Membuat Sintya tidak kuat untuk tidak teriak,
"ABI!!!!!!!"
Percakapan itu akhirnya selesai setelah Abi bertanya pendapatnya tentang ke-ngondek-annya itu bermasalah atau tidak. Yang tentu saja dijawab tidak oleh Sintya.
Setelah keduanya sepakat mereka perlu segera makan malam, Sintya menutup telepon lebih dulu. Mereka berakhir dengan tidak saling tahu second account Instagram masing-masing. Tapi Sintya mengingatkan dirinya untuk memastikan tidak ada post aneh yang ia unggah. Bahaya, nggak bisa curhat lagi, Abi bisa liat!
Walaupun begitu, meruntut kembali isi percakapan mereka di empat puluh lima menit terakhir ini, membuat ia menemukan dirinya ter-engah-engah. Apa-apaan sih jantung gua norak banget. Deg-degan mulu. Capek banget ngos-ngos-an kalo gini terus. Lebih capek telfonan daripada main futsal, jir. Batinnya.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Berlayar
FanfictionCerita fiksi dengan drama romansa dan berbagai highlight kehidupan di Kota Jakarta. Sebagian besar cerita terinspirasi dari kisah kehidupan sehari-hari yang tersedia di media sosial. Tokoh utama cerita terinspirasi dari tokoh asli, namun seluruh alu...