Sebelas: Tamu Abidzar

1.3K 91 27
                                    

Pesan masuk dari Abidzar, "Jadi bisa ikut gak selasa depan?"

Sintya dengan cepat mengetik balasan, "Eh kok tau? Tiba-tiba Ummi ngundang kajian"

"Tau dong. Kan gue yang minta ke Ummi"

"Ih iseng bangettt"

"Loh kok iseng, kan lo emang mau kajian"

"Yaa iyasih, tapi kan..."

Wajah Sintya bersemu merah. Ia tahu maksud Abi, tapi tidak menyangka akan jadi seperti ini. Beberapa hari lalu Riders Dakwah mengadakan kopdar di basecamp mereka. Sintya tahu karena Abi memberi kabar saat acara akan mulai.

Saat itu, mereka hanya membahas tentang kajian sekenanya.

"Seru banget sih abis motoran agendanya kajian", komentar Sintya ketika Abi bilang Ust. Alfie sudah mulai bicara.

"Emang suka kajian?"

"Ga pernah sih, tapi pengen bangett sebenernya. Belum kesampean aja. Belum tau juga kalo kajian tuh gimana cara ikutnya."

"Banyak kajian-kajian terbuka kok, Ummi juga sering ngadain."

"Iya sih, gue sering liat di instagram Ummi. Kapan-kapan deh kalo waktunya pas"

"Manteb"

Pembicaraan berakhir begitu saja. Dua hari kemudian mereka kembali bertukar pesan karena Abi merilis lagu. Dan tidak pernah ada bahasan lanjutan tentang kajian.

Siapa sangka laki-laki itu akan melakukan ini. Apalagi ini kajian dengan Hubabah Ummu Salim. MasyaAllah, undangan luar biasa yang tidak bisa ia sangka. Membayangkan pun tidak pernah.

Ting. Abidzar membalas lagi, membuat Sintya kembali dari lamunannya.

"Tapi kenapa?"

"Gapapa, makasih ya undangannyaa, gue confirmed bisa dateng"

"Nice"

Ia tidak membalas. Tapi Abi mengirim pesan lagi.

"Nanti bareng sama Adiba aja. Adiba bisa bantu kalo lo butuh apa-apa"

Sintya membaca pesan itu dalam diam. Ia merasa ada yang luruh dalam hatinya tiba-tiba. Rasanya semuanya tidak masuk akal.

"Iya aman kokk. Thank you ya sekali lagi"

Sintya mengetik dengan cepat lalu buru-buru mengunci layar ponsel. Seolah-olah, jika ruang pesan itu masih terbuka, ia takut Abi bisa mendengar suara detak jantungnya yang berisik sekali itu.

Ia meletakkan ponsel, lalu memegang dadanya. Masih dengan mukena, Ia meringkuk diatas sajadah.

"Masya Allah. Astagfirullahaladzim. Allahuakbar" Ia berdzikir berulang-ulang, mencoba menetralisir jantungnya yang berdetak sangat kencang.

Ia masih fokus dengan detak jantungnya ketika layar ponselnya menyala, menandakan ada pesan baru masuk,

"Jangan lupa kajiannya pake hijab ya, Habibah"

***

Sintya baru membaca pesan terakhir Abi dua jam kemudian; ketika ia sudah kembali normal dari kondisi kritis yang menyerangnya.

Kalau salah tingkah biasa ia bisa teriak, loncat, atau bahkan guling-guling. Tapi ketika salah tingkah luar biasa, maka ia cuma bisa terdiam dan pasrah dengan jiwanya. Dan itulah yang terjadi ketika ia menyadari kalau Abi baru saja melakukan sesuatu yang... khusus untuknya.

Ia ingin memberi label "Abi sangat perhatian", tapi sepertinya ia terlalu gede rasa. Abi hanya baik. Itu saja.

Dan karena Abi sudah berbaik hati, maka Ia dengan semangat memikirkan baju yang akan dipakai ke kajian minggu depan. Ia bangkit berdiri dan siap mengacak-acak lemari, tapi tiba-tiba ia ingin membaca sekali lagi pesan itu.

"Jangan lupa kajiannya pake hijab ya, Habibah"

Sintya lantas kembali tersenyum malu lalu menjatuhkan diri ke kasur. Menggeliat seperti ulet dan menendang-nendang kakinya ke udara.

Salting core part x8462.

***

Notes:

Aku update lagi!

Aku gak kuat kalian lucu banget! Aku gak bisa update sering-sering karena aku kerja normally 9 to 6. Tadi siang aku break lebih cepat, dari jam 11 sampai jam 1, makanya bisa nulis sedikit. Tapi kalau normal, aku gak bisa sering update. Kerjaan aku numpuk :") 

Dan... kalau makin sering update ceritanya makin cepat selesai loh. Hayooo pilih mana?

Anyway, love to hear from you, leave comment ya!

Dan pengen deh bisa interaksi langsung sama penumpang kapal, kita ketemu tanggal 4 di Roetara kali ya?

Salam sayang,

Benak😘

BerlayarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang