Tujuh Belas: Dilarang Pacaran

794 82 18
                                    


Notes:

Ternyata aku gak bakat main tunggu-tunggu-an, gaperlu nunggu rame, ini aku up yaa!😂😂

Lanjut berlayar awas mabok lauttt!

***

"Ummi ga izinin kamu pacar-pacaran ya, Bi."

Abi mengernyit. "Kok tiba-tiba bahas pacaran, Um?"

Ia menatap Umminya yang sedang mengupas buah pir di dapur. Kaget tiba-tiba topik pembicaraan mereka berubah dari pilihan lagu karaoke jadi agenda pacaran.

"Yaaa gakpapa. Kan cuma ngomong ajah." Umminya bersikap cuek dan mengangkat bahu. "Namanya orang tua kan tugasnya ngingetin anaknya."

Abi tidak puas dengan jawaban Ummi, dan memilih tidak menjawab. 

"Kok gak jawab, denger gak Ummi bilang Ummi ga izinin kamu pacar-pacaran?"

Abi tertawa, Ia tidak bisa lepas dari Umminya itu. "Iya Um iyaaa, aku denger. Gaada juga yang pacaran."

"Nganter-nganter pulang  gitu juga kalau ga urgent ya jangan."

Deg. Abi terhenyak. Ummi tau dari mana?

"Nanti jadi fitnah. Ummi ga izinin lah kamu pergi-pergi berdua perempuan gitu."

"Iya Um." Abi menjawab pelan. Masih berpikir, ini Ummi-nya beneran tau atau cuma me-wanti-wanti saja?

Umminya terlihat sudah selesai dan berjalan ke arahnya. "Nih, pir, manis banget enak."

Yang ditawari masih mendelik memperhatikan Umminya, mencari kebenaran. Umminya ini kira-kira mau ke arah mana?

"Tadi Ummi dikirimin pir banyak banyak sama Tante Sarah. Manis-manis banget. Alhamdulillah." Umminya bercerita dan dilanjut dengan detil asal usul pir manis ini dari kerabatnya Tante Sarah yang dateng ke Jakarta.

Abi memutuskan tidak memperpanjang, mungkin Ummi cuma ngingetin aja, pikirnya.

***

Nai naik ke ke pangkuannya tiba-tiba. Gadis kecil itu sering berubah manja kalau sedang masanya. Sintya pun merespon dengan gemas. "Kenapa Kunai?" Kunai, panggilan sayang Naira darinya.

"Gapapa, kangen aja." Nai mengerucutkan bibirnya. "Onta pergi mulu sih."

Ia mengusap-usap kepala Nai, "Yaaa kan Onta kerja, Nai."

"Onta nikah aja kayak mama biar ga usah kerja." Sahut Nai cepat yang disambut tawa semua orang. Kak Kiki, Mamski, Caca, Dinda, Ais dan anak-anak futsal lain yang sedang berkumpul di Roetara.

"Tuh, Nta. Nikah aja biar ga usah kerja. Nai aja tau rumusnya." Dinda melempar bensin ke obrolan.

"Abijar mana abijar, Onta dah pen nikah nih." Irwan menghidupkan korek.

Maul menjahit semuanya, "Adudududu mantu Ummi Pipik, masyaAllah tabarakallah" Ia mendekati Sintya dan mengusap-usap bahunya.

Siulan, teriakan dan tawa beradu jadi satu. Riuh sekali Roetara malam ini.

"Neng beneran ga si itu?" Pertanyaan Mamski membuat semuanya diam sebentar.

Belum sempat Sintya buka mulut, Maul cekatan mewakili. "Beneran lah, Ummi Pipik tanggal sepuluh bulan depan dah siap bawa seserahan katanya. Adat jawa." Mukanya serius seribu persen.

"Allahuakbar." Sintya speechless dan hanya bisa takbir.

"Lah jait baju dong kita, Nta?" Caca ikutan.

Ais ikut nimbrung, "Udin gondrong kudu dibooking masang sound system itu." Lagaknya tak kalah serius dengan Maul. "Tenda warna apa, Sin? sama itu, kudu ada hadroh apa kaga?"

Semuanya masih memasang wajah serius sampai Nai menceletuk,

"Onta mau nikah beneran?"

Barulah semuanya tertawa lepas. Berhenti ber-akting. Tidak tega melihat wajah Nai yang sepertinya benar-benar percaya.

"Ngga Nai, becanda itu semuanya." Kak Kiki merangkum obrolan mereka untuk Nai.

Nai menggumam, "Ohh bercanda."

Sintya yang hanya menonton saja aksi laga teman-temannya itu akhirnya buka suara, "Liatin lu pada ye." Suaranya galak, tapi mukanya merah dan sudut bibirnya naik. Ia tersenyum samar-samar. Masih belum bisa menutupi ke-saltingannya.

Sejak lama, banyak orang memujinya ABCDE. Mulai dari dipuji karena jago taekwondo, jago bola kaki, badminton, voli. Hampir semua olaharga dia bisa. Sampai-sampai seringkali ada yang berkomentar, "Onta gak bisa nya apa sih? Bisa semua."

Jawaban standarnya, Onta gak bisa masak.

Jawaban benarnya, Onta gak bisa gak salting kalo menyangkut Abizar.

***

"Neng, kamu tuh deket sama Abi?" Mamski yang sedang melipat baju dari jemuran itu akhirnya kembali mengangkat topik Abizar. Karena Roetara tidak kondusif, ia menyimpan pertanyaan ini untuk kembali ditanyakan di rumah.

Disinilah Sintya tidak bisa tidak menjawab. "Kemaren terakhir kan Iya collab endorse tu sama dia. Jadi makin rame aja itu gosipnya." jelasnya. "Tapi temenan aja."

Mamski mendengarkan, lalu bertanya lebih lanjut, "Deket yang mau pacaran gitu? Apa deket gimana?"

Sintya tidak berniat menutupi apapun dari Mamanya. Tapi lain cerita kalau masalahnya ia sendiri tidak tahu jawabannya. Ia tidak tahu apakah ia berniat pacaran dengan Abi? Rasanya terlalu jauh menyimpulkan ke arah sana.

"Yaa belum ada kesana, Ma. Deket aja temenan."

"Tapi Iya mau pacaran?"

"Yaa gatau juga. Kalo maunya mah yaa nikah, tapi kan belom ada jodohnya."

Mamanya menyahut pelan, "Kalo emang cowonya baik, sayang sama Iya, sayang sama keluarga, nikah aja. Gausah pacaran-pacaran. Mama udah ikhlas kok kalo Neng nikah."

Sintya bangun dari sofa dan mendekati Mamanya. "Ih Mama jangan gitu dong kan jadi sedih. Iya kalo nikah juga masih akan sama Mama kok. Gaakan kemana-mana."

"Mana bisa gitu." Mamanya berseru, "Lu kudu ikut laki lu."

"Ih tapi nikah tuh bukan berarti Iya gak ketemu Mama lagi. Lagian Iya belum mau nikah. Iya masih banyak pengen ini itu buat Mama. Iya masih muda, masih pengen kerja lebih keras lagi biar bisa bahagiain Mama." Sintya merengut sebal membahas hal ini. Ia masih belum bisa membayangkan berpisah dari Mamanya.

"Iya Neng, iyaa makasih ya udah sayang sama Mama. Tapi jan dijadiin beban. Mama udah bersyukur banget Neng selama ini jadi tulang punggung Mama." Mamski mengusap matanya yang hampir basah. "Kalo emang nanti ada laki yang pas, nikah aja, kaga usah pacaran-pacaran, yak."

Sintya mengangguk pelan, "Iyaa, tapi gausah mellow gini dong Mamsusss." Ia menggeliat sebal. Tidak suka dengan atmosfer melankolis yang melingkupinya itu.

"Iya dah ah." Mamanya bangun berdiri. "Gua ngegosok dulu."

Sebuah perubahan scene yang sungguh cepat. Sintya hanya bisa memandangi mamanya yang berjalan masuk ke kamar. Tadi mellow banget, tiba-tiba galak lagi. Susi oh susi, batin Sintya.

***

Notes:

Kemarin-kemarin gatau mau nulis apa tapi hari ini aku bener-bener pengen cepet selesain ceritanya WKWKWK jadi mari kita terus berlayar sampai perlabuhann~~

Anyway, biasanya aku menulis untuk jadi catatan aja, aku simpan semuanya di folder. Baru kali ini, setiap aku nulis sesuatu, ada pembaca yang langsung komentar. Ternyata aku senang kalau ramai! Terus berinteraksi lewat comment-comment ya!


BerlayarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang