Bagian 5: The Man I Love; The Parkiran AGAIN

37 9 2
                                    

Dipersembahkan oleh: __Mirror

"Mama bilang apa sama Lino ma?" Veve tiba-tiba tanpa babibu langsung masuk ke ruang kerja mamanya.

"Kamu dateng-dateng bukannya nanyain kabar Mama malah marah-marah. Duduk dulu, Bi ... tolong bikinin teh jasmine ya?"

"Gausah, Bi!" Sergah Veve kepada pelayan pribadi mamanya.

"Aku kesini bukan mau nemenin Mama. Mama bisa ga sih, berenti ikut campur urusan aku, Ma? Aku selama ini udah nurutin semua kemauan Mama. Sekolah bisnis di luar negeri yang bahkan aku ngga pengen. Ikut modelling karna nerusin hobi mama, yang bahkan aku sendiri ga suka jadi pusat perhatian," Veve menjeda, mengambil napas dalam-dalam.

"Bisa ga, Ma buat yang satu ini, aku milih pendamping aku sendiri, Ma?"

"Dia ga pantas buat kamu, Venia. Dia bahkan ga punya pekerjaan tetap!"

"MA STOP!"

"Mama udah carikan laki-laki yang jauh lebih pantas. Kamu nikah sama Jae akhir tahun ini, Mama akan urus semuanya." Orang yang dipanggil mama oleh Veve itu melanjutkan memeriksa berkas di mejanya. Dengan seolah tanpa beban bicara begitu.

"Ma... cukup! Mama boleh ga suka sama Lino tapi dengan ngasi dia uang buat ninggalin aku? Mama udah ngehina dia Ma!"

"Apa pentingnya? Dia aja ngambil uangnya, kan?"

Veve mengusap rambutnya kebelakang. Lino kemarin menjelaskan yang sebenarnya, katanya:

"Ibu aku masuk rumah sakit, Ve. Kami ga ada biaya untuk bayar rumah sakitnya. Tapi, kemarin Mama kamu ngasih aku uang. Maaf ya, aku harus ambil uangnya, aku udah gatau lagi harus gimana."

"Oh ya? Mama bantuin kamu?" Awalnya Veve kira mamanya udah mau nerima Lino, jadi dia seneng.

Lino tersenyum simpul, "Iya, tapi aku ga bisa sama-sama kamu lagi sebagai gantinya."

Dari situ Veve benar-benar ngerasa hancur dan merasa bersalah disaat yang bersamaan. Bayangkan betapa runtuhnya dunia Lino, ditambah lagi dia harus dengar kata-kata kasar dari mulutnya pas marah tadi.

"Ma, aku punya hidup aku sendiri ... Mama pun begitu." Itulah alasan kenapa Veve milih buat keluar dari rumah dan tinggal terpisan dari mamanya. Kalau dirumah, rasanya hidupnya bukan miliknya. Semuanya ada di genggaman mamanya.

"Dia ga cukup buat kamu! Intuisi Mama, Jae lah yang akan cukup buat kamu bahagia, Ve.... Mama cuma mau yang terbaik buat kamu."

"Oh ya? Intuisi? MAMA CERAI SAMA PAPA ITU JUGA INTUISI MAMA?!"

Setelah bilang gitu, Veve langsung pergi dari sana.

🍑🍑🍑


Di belahan dunia lain sore itu, ada orang yang juga lagi berjuang sama hidupnya. Gita baru aja kelar mata kuliah umum di gedung kuliah bersama (GKB). Gita menghela napas lemah. Bener kata Hannah, parkiran GKB emang liar. Pada parkir sembarangan, Gita sampe bingung ini cara ngeluarin motornya gimana.

Akhirnya, mau ga mau gita mindahin motor-motor itu setengah mampus karena ada yang dikunci stir, jadi ya SUSAH. Namun, usaha memang tak pernah mengkhianati hasil.

Tapi ketika jalan keluar sudah ada, timbul masalah lain. MOTOR GITA GA BISA NYALA.

"Sialan! Ini pasti gara-gara udah lama ga diservice."

Gita rasanya udah mau pingsan di tempat karena kuliah dari pagi hari belom sempet makan apa-apa.

"Gita?" Suara seseorang bikin Gita noleh.

Bitter-SweetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang