Bagian 12: The Girls' Story

64 7 0
                                    

Dipersembahkan oleh: __Mirror

🍑🍑🍑

Cerita ini terjadi waktu sebelum negara api menyerang. Sebelum para bokem--Hannah, Rara, dan Rere--masuk kontrakan. Oleh karena Gita juga masih semester awal, belum terlalu sibuk. Jadi, Gita masih sering hangout sama Veve.

"Ci," Gita tiba-tiba masuk kamar Veve tanpa ketok pintu.

"Kosong kan hari ini?"

Veve masih fokus sama laptopnya, ngurus kerjaan biasalah. Veve melirik ke arah Gita, "Kosong, kenapa?"

"Pengen boba ga zieeeee...."

Veve sebenernya males, tapi suntuk juga dari pagi kerja terus padahal lagi hari Minggu.

"Ayo deh."

Mereka akhirnya mutusin buat ke taman kota dan parkir mobil di sana. Kemudian jalan kaki menelusuri ruko-ruko yang berjajar rapih di depan trotoar yang luas. Gita suka banget penataan kotanya bagus, jadi banyak pohon yang bikin asri dan lalu lintasnya bagus.

Mereka jalan sampingan sambil Gita meluk tangan Veve. Keliatan banget kalo mereka ini cewek-cewek jombas, jomblo basi kek nasi yang kelamaan diketekin.

"Ci, ini aja yuk!" Tunjuk Gita ke salah satu Coffee shop yang keliatannya juga ada menu bobanya.
Gita dan Veve disambut ramah oleh satu-satunya karywan yang ada disana. Veve pesan 1 boba matcha kesukaannya, sedangkan Gita strawberry cheese. Mereka cuma nunggu sebentar, ga sampe 5 menit.

"Silahkan pesanannya."

Veve langsung bayar sekaligus punya Gita. Iyalah, udah seharusnya yang berpenghasilan nraktir beban orang tua.
Gita uda nyeruput minumannya sesegera mungkin dan enak banget Gita suka. Apa karena yang bikin ganteng ya?

Namun, pas baru aja keluar dari pintu,
"Punya gue salah, deh Git."

Gita yang baru menyeruput botol bobanya, heran, "Salah gimana?"

"Tadi kan gue pesennya matcha, tapi ini tuh alpukat. Cobain deh..."

Gita mencoba menyedit sedikit minuman Veve, "Oh iya ini mah salah!" Seru Gita.

"Yaudah, gapapa deh, ga perlu tuker," Veve tersenyum kecil, mencoba meredam perasaan ga enak yang sudah mulai merambat. Bagaimana pun, dia memang ga terlalu peduli soal rasa minuman-asal dingin dan manis, sudah cukup buatnya.

Menurut Gita, Veve kalau ikut lomba sama orang yang paling ga enakan di dunia, orang itu pasti juara dua. Alias Veve adalah ga enakan maksimal.

Gita memelototkan mata, jelas tidak setuju, tapi belum sempat Gita buka mulut, pandangan Veve kembali tertuju ke jendela kaca coffeshop itu, disana si barista tadi masih di tempatnya. Rambutnya yang sedikit berantakan, senyum tipis yang masih tersisa di wajahnya, dan tangan gesitnya yang terus bekerja. Sumpah, dia tipenya banget. Tapi, Veve menggigit bibirnya, menahan diri. Ga mungkin kan tiba-tiba nanya, "Mas, boleh tuker Instagram ga?" Ih, nanti keliatan desperate banget.

Veve melirik ke arah Gita yang sekarang asyik menyeruput boba. Sebagian dari dirinya berteriak untuk cuma pergi aja, ga usah ribet. Tapi... Ah, kapan lagi ketemu cowok kayak gini? Dan kenapa juga dia harus takut dianggap aneh?

"Kita tuker aja deh, Git. Gue beneran ga bisa minum alpukat."

Gita tersenyum puas, seperti mendapatkan kemenangan kecil, lalu segera membawa Veve balik ke dalam coffee shop.

Cling... lonceng pintu berbunyi lagi saat mereka masuk.

"Selamat data... eh, ada yang bisa saya bantu, Mba?"

Bitter SweetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang